42 [Melemahnya perisai Orlando]

1.8K 286 3
                                    

Hera dan teman teman sudah sampai di daerah gurun. Ya perjalanan mereka selanjutnya adalah melewati gurun.

Sekarang sudah hampir petang jika dilihat dari matahari yang nampak bertengger itu. Mungkin sekarang sudah pukul empat atau lima. Waktu seperti ini merupakan waktu yang tepat untuk berjalan melewati gurun karena sinar matahari tidak terlalu menyengat.

"Untung saja kita membawa bekal air," ucap Jose. Ia meminum air yang ia tampung di dalam ruas bambu itu.

Mereka sudah mempersiapkan beberapa bekal untuk melewati gurun ini. Sebab Owlye sudah memberi tahu bahwa mereka akan melewati gurun. Beruntunglah Hera memiliki Natthy Controller dengan begitu mereka akan mendapatkan bambu yang sesuai keinginan mereka.

"Menurutku, kita beristirahat jika matahari sudah naik saja. Malam ini kita akan berjalan demi menghemat air," saran Hera.

Ia berfikir jika perjalanan malam akan sangat bagus demi menghemat persediaan air mereka, karena jika mereka berjalan di siang hari maka akan banyak kesulitan yang akan mereka lalui, sebut saja salah satunya adalah fatamorgana.

"Aku juga berfikiran seperti itu, semoga saja tidak ada kesulitan lain yang akan kita hadapi disini," ucap Jose.

"Aku harap juga begitu," ucap Hera juga berharap agar mereka tidak memiliki hambatan yang terlalu besar.

"Luna, bukankah di peta terlihat bahwa ada setitik cahaya biru namun disertai sebuah pusaran seperti angin. Saya berfikiran bahwa tanda tersebut adalah tantangan kita,"

Hera kembali membuka peta tersebut, dan benar. Memang ada tanda seperti pusaran angin.

"Aku yakin ini pasti badai, karena pusaran angin identik dengan badai, aku berharap ini bukan tornado tetapi badai saja," ucap Jose.

"Aku berharap ini bukan badai atau tornado melainkan angin biasa saja," ucap Hera menyeletuk.

Tiba-tiba Jose terkekeh mendengar ucapan Hera. "Ya kau benar. Wella, kau tidak ingin menyerukan harapanmu?"

Wella mengangguk. "Aku hanya berharap meskipun topan, ****** beliung sampai tornado yang akan kita hadapi, kita bisa melewatinya bersama-sama dan kita bisa sampai ke gunung Everest tepat waktu."

Hera dan Jose berdecak kagum.

"Wow! Aku sangat bangga padamu, Wella," kagum Hera.

Wella tersenyum. "Saya lebih kagum terhadap Anda."

"Tidak usah merendah, Wella."

"Nanti kau akan semakin pendek," kelakar Jose.

Tidak terasa hari pun menjadi malam. Bulan membulat sempurna karena hari ini adalah ke empat belas mereka menjelajah, dan juga malam ini merupakan bulan purnama.

Bulan bertengger manis seakan mengatakan, tidak akan terjadi apa-apa. Para bintang bertaburan bak batu permata itu semakin membuat kesan indah gurun ini berada pada malam hari, berbanding terbalik pada siang hari yang membuat satu makhluk pun enggan hidup di sini.

Hera tersenyum menikmati pemandangan gurun pada malam hari ini, menikmati setiap langkah yang ia lewati, menikmati angin sepoi berembus membelai wajah putihnya. Sungguh, ia ingin bulan lebih lama bertugas dibandingkan matahari.

Fiuuuhhhh ...

Tiba-tiba langkah kaki Hera berhenti hingga membuat Jose dan Wella mengernyit bingung.

"Kenapa, Hera?" tanya Jose.

"Apa kalian mendengar sesuatu?" tanya Hera karena tadi telinganya menangkap sedikit suara.

"Tidak, aku tidak mendengar apa-apa. Apa kau mendengar sesuatu, Wella?"

HERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang