24 [Mark 2]

2.3K 330 0
                                    

Blacky menggeram. "Aku benci mate! Mate tidak suka aku! Grrrrr!"

Hera masih mengelus rahang itu dalam keadaan menangis. "Hiks, tidak, aku tidak benci, tapi aku hanya ingin bertemu dengan Ares. Biarkan dia yang menandaiku,"

"Grrrrr! Mate benci aku,"

Lagi-lagi Hera menangis. Ia tidak membenci Blacky, ia hanya ingin bertemu Ares. "Aku tidak benci Blacky," Hera mengecup bibir Ares yang dikendalikan Blacky. "Aku hanya ingin bertemu dengannya hiks," sambung Hera.

"Sweety mate,"

Hera mendongak. "A-ares?"

Ares tersenyum. "Ini aku sweety mate,"

"Ares, hiks." Hera langsung memeluk Ares erat. Ia sangat rindu dengan suara ini.

Ares membalas pelukan Hera, ia mencium puncak kepala Hera. "Jangan menangis, sweety mate, aku tidak suka--Arghhh!"

Pelukan mereka terelepas kala Ares mendapati sakit itu datang lagi, ia merasakan lehernya tercekik oleh benda panas.

"Ares! Kau kenapa?! Ares hiks,"

"Per-gi, a-aku ti-dak ingin me-menyakiti-mu," kata Ares terbata. Mengeluarkan suara pun rasanya sangat sakit sekali.

Hera menggeleng kuat, tidak mungkin ia membiarkan Ares menahan rasa sakit ini sendiri. Semua ini salahnya karna tidak membiarkan Ares untuk menandainya, ya benar ini salahnya jika saja ia tidak ragu akan Ares maka Ares tidak akan mengalami hal seperti ini.

"Ares, tandai aku, ku mohon," mohon Hera lagi.

Ares menggeleng sambil menahan rasa sakitnya. "Tidak, aku tidak-- ingin me-maksamu--Arggghhh!" Ares berteriak lagi kala rasa sakit itu semakin menyerang tubuhnya.

"Bodoh! Cepat tandai aku! Jika kau tidak menandaiku, aku akan bunuh diri!" ancam Hera. Ia menyingkap rambut pirangnya menyodorkan leher putihnya agar Ares bisa menancapkan taring di situ. "Cepat tandai aku! Aku tidak main-main dengan ucapanku, Ares," kata Hera lagi.

Mata Ares berubah-ubah melihat leher jenjang matenya terpampang jelas di depan matanya. "Tapi-"

"Cepat!" Hera langsung mengarahkan lehernya ke mulut Ares.

"Ma-maafkan aku," kata Ares lirih.

Ia mengecup pelan leher Hera dimana ia akan menancapkan taringnya. "Tahanlah, ini akan terasa sakit," katanya.

Hera memejamkan matanya kala merasakan dua buah taring menancap di leher sebelah kanannya.

Ares merasakan sakit ditubuhnya berangsur-angsur menghilang ketika darah Hera mengalir di tenggorokan nya, luka ditubuhnya pun menghilang meninggalkan noda darah yang tersisa. Ares melepaskan taringnya ketika merasa cukup untuk menandai matenya. Sekarang Hera adalah miliknya, tiada satupun orang yang bisa menyentuh bahkan merebut apa yang sudah menjadi miliknya.

"Terima kasih," kata Ares lalu mengecup tanda yang berhasil ia buat. Tanda itu berubah menjadi tato berbentuk serigala yang memegang bumi dan bulan.

Hera mengangguk lemah, ia merasakan pandangan nya berkunang, lalu pendengaran semakin menajam. Ia dapat mendengar suara kebisingan dapur yang jaraknya lumayan jauh dari mereka berada.

Tanpa Hera sadari, selama Ares menghisap darahnya Ares juga mengalirkan sedikit kekuatannya pada Hera agar ia dapat bertahan meskipun tanpa Ares disampingnya.

∆∆∆

Hera mengerjapkan matanya kala merasakan panas dilehernya. Ia meraba tanda itu, ia seperti merasakan ada sebuah tato yang terlukis disana. Panas itu menjalar ke seluruh tubuhnya ketika ia mengelus tanda itu.

Hera memandang sekelilingnya, bagaimana dia bisa berada di kamar Ares? Dahinya berkerut melihat sebuah nampan yang berisi segala bentuk makanan. Di nampan tersebut terdapat note kecil yng tertulis kan,

'Makanlah sweety mate, aku pergi mengurus pekerjaan yang sempat terbengkalai. Aku hanya sebentar, kali ini aku bersungguh-sungguh.'

Hera tersenyum, artinya Ares sudah terbebas dari penyakit yang Hera saja masih bingung dengan penyakit tersebut.

"Shh," Hera mendesah ketika mengelus kembali tato yang mengeluarkan rasa panas itu.

"Kenapa panas sekali?" monolog nya.

Ia langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Ia memandang cermin yang memperlihatkan seluruh tubuhnya. Hera merasa ada yang berbeda dari tubuhnya, ya tato. Tato yang tercipta dari tanda yang dibuat Ares, tato tersebut sangat indah karena nampak seekor serigala memegang bumi dan bulan seakan-akan bumi dan bulah berada dibawah kendalinya.

Hera mengelus tato itu, namun mengapa tubuhnya terasa semakin aneh? Seperti tubuhnya ingin disentuh dan dibelai. Hera menggelengkan kepalanya karena tiba-tiba terlintas begitu saja fikiran dimana Ares menggahinya.

Astaga! Kenapa Hera jadi mesum?

'Hera, aku gerah. Aku ingin sesuatu, aku ingin mate menyentuh kita,' kata Berry di dalam sana yang merasakan hal yang sama.

Hera tidak bisa berkata lagi, tubuhnya serasa panas bahkan badannya sudah memerah. Ia pernah berada di situasi seperti ini, dulu ia pernah meminum sesuatu yang membuatnya jadi seperti seorang jalang. Dan hal itu dilakukan oleh Clorine, sang ratu bully.

Hera melihat tato dilehernya mengeluarkan cahaya, dan anehnya rasa ingin disentuh semakin kuat sehingga ia harus mendesah sendiri. Bagian bawah Hera rasanya sudah sangat basah, entahlah apa yang membuatnya seperti ini.

Hera keluar kamar untuk meminta pertolongan, ia sudah tidak sanggup menahan ini, bahkan cairan di bagian bawahnya sudah mengalir keluar.

"To-long," kata Hera lirih.

"Sweety mate?"

"A-res, to-tolong aku, rasanya sakithh,"

Ares melihat wajah dan tubuh Hera yang terlapisi bathrobe itu sudah memerah ditambah lagi dengan cairan yang mengalir di paha putihnya, sial Hera mengalami Heat!

"Ares," entah bagaimana caranya Hera sudah menyambar bibir Ares dengan brutal.

Ares yang memang menyukai rasa bibir Hera pun langsung membalas ciumannya.

Setelah beberapa menit berciuman panas Ares melepaskan pagutan nya, nampak sekali Hera ingin protes namun Ares dengan cepat menangkup pipinya.

"Kau kenapa, sweety mate?"

"Uhh sentuh aku Ares, bantu aku."

Ares dilanda kebimbangan, ia ingin membantu Hera, namun ia juga tidak mau membuat Hera menyesal nantinya.

"Aku tidak mau kau menyesal, sweety mate,"

"Uh lama!" tanpa fikir panjang, Hera mencium brutal bibir Ares lagi. Dan kali ini Hera sudah menindih Ares, tali bathrobe yang ia pakau pun sudah lepas menampilkan bagian depan Hera yang tidak tertutup apapun.

Ares meneguk ludahnya kasar, miliknya yang sedari tadi sudah bereaksi semakin sesak dibawah sana.

"Baiklah aku akan membantumu," kata Ares, ia mengambil alih permainan sehingga Hera menjadi di bawahnya.

"Uhh cepat, aku sudah tidak tahan lagi, rasanya sangat sakit."

Ares langsung mencium kembali bibir Hera, tangannya pun tak lupa menjamah apa yang bisa ia jamah. Sore itupun menjadi sore hingga malam yang panjang bagi Luna baru Blood Dark Pack bersama matenya.

Salah satu ritual untuk menjadi Luna yang sempurna adalah menjalani ritual penyatuan dengan matenya sendiri, sang Alpha. Dan mereka telah melakukannya, yang artinya Hera sudah hampir sempurna. Masih ada beberapa tahap lagi sampai ia benar benar menjadi Luna yang sesungguhnya.

HERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang