31 [Serangan Traitors]

2K 312 2
                                    

Berry tidak tau kemana kakinya melangkah, yang terpenting adalah mereka harus pergi dari perkampungan manusia itu.

Hingga akhirnya kaki Berry berhenti di sebuah bibir pantai. Berry berpandangan dengan serigala milik Manuwella, sedangkan Joselyn masih belum sadarkan diri.

Serigala yang beberapa waktu lalu tumbang itu adalah serigala milik Jose.

Berry berubah menjadi Hera, begitupun dengan Manuwella.

"Joselyn kehilangan banyak darah," kata Manuwella. "Saya akan mencari tanaman herbal, Luna."

"Tidak perlu," langkah Manuwella berhenti. Ia menoleh ke asal suara.

"Aku yang akan mengobati Jose,"

Lalu Hera mengedarkan pandangannya untuk mencari beberapa tanaman Herbal yang berada di sini, setelah menemukan beberapa tanaman herbal liar yang ada, ia memfokuskan fikirannya pada kesembuhan Joselyn.

Hera memejamkan matanya. "Therapéfste to," lalu perlahan sinar hijau menutupi luka di tubuh Joselyn. Hera tidak mengeluarkan banyak tenaga karena lukanya tidak terlalu parah.

Manuwella hanya bisa bergumam 'wow' ketika melihat kekuatan langka yang dimiliki Luna nya ini.

"Kenapa kalian mengelilingiku?" tanya Jose heran. Ia bangun dari rebahan nya, matanya menelisik tempat dimana mereka berada ini. "Pantai?" kening Jose berkerut. "Mengapa kita di sini?"

"Daripada di perkampungan laki-laki cabul itu, argh sial!" umpat seseorang.

Joselyn terkejut begitupun dengan Manuwella. Mereka memandangi Hera yang mengeluarkan umpatan itu, benarkah seorang Hera mengumpat?

"Suaramu, ke-kenapa berbeda? Kau terkena serangan? Atau kepalamu terbentur hingga membuatmu seperti ini?" tanya Joselyn sambil menatap Hera.

Hera memutar bola matanya. Tanpa mereka sadari warna mata Hera tidak lagi hijau. "Kau ingin mengataiku gila? Dasar penyihir,"

Lagi lagi mereka terkejut mendengar ucapan Hera. "He-hera?"

"Aku bukan Hera!"

Joselyn memandang Wella yang masih memandangi Hera dengan kening berkerut. "Wella, apa yang terjadi?"

Manuwella menggeleng. "Siapa kau? Apa yang kau lakukan di tubuh Luna? Di mana Luna?" tanya Manuwella beruntun. Ia merasakan Luna-nya masih berada di sini.

'Berry, sudah.'

'Aku belum puas,'

Hera yang terperangkap di dalam sana hanya bisa berdecak kesal. 'Lain kali aku tidak akan mengijinkan mu lagi memakai tubuhku!'

Dengan dongkol Berry pun mengikuti ucapan Hera.

"Dia Berry, serigala ku," kata Hera menjelaskan setelah dirinya kembali memegang kendali tubuh itu.

"Huh wajar saja, mana mungkin seorang Hera bisa mengumpat seperti itu." Ungkap Jose.

"Aku juga bisa mengumpat, apa kau mau dengar?"

Jose menyilangkan tangannya. "Tidak usah," lalu ia memurus lengannya kedinginan, tentu saja karena bulan masih bertugas menyinari sebagian dari bumi.

Jose mengambil kayu yang hanyut terbawa ombak lalu ia mengandalkan sihir apinya untuk menghidupkan kayu yang basah itu.

"Kaméni," laku kayu itupun terbakar dan menciptakan api unggun.

Hera langsung mendekat ke arah api tersebut guna menghangatkan tubuhnya. Diikuti Manuwella yang duduk disampingnya. "Wajar saja kau bisa menghidupkan api dengan sekali gesekan batu, ternyata di bantu dengan yang lain juga." Gumam Hera mengingat tempo Hari ia takjub akan Jose yang bisa menghidupkan api hanya dengan sekali gesekan batu.

HERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang