21 [Monster]

2.4K 349 1
                                    

Hera yang sedari tadi hanya berdiam diri di dalam kamar dengan perasaan gugup. Pesta sudah berakhir sedari tadi, bukan itu yang membuatnya gugup tapi apa yang terjadi kedepannya. Sungguh, ia bukan gadis yang benar-benar polos yang tidak mengerti dengan keadaannya sekarang.

Ia menghembuskan nafasnya lalu menariknya lagi, hanya itu saja yang ia bisa lakukan demi menghilangkan rasa gugup itu.

"Ada apa sweety mate? Kau terlihat gugup," kata seseorang. Hera terjengkit kaget. Ia tidak tau bahwa ada orang yang memperhtikannya sedari tadi.

"Uhm ... ti--tidak-- aku tidak gugup," kata Hera. Ia sudah menundukkan kepalanya sedari tadi.

Ia menahan nafasnya kala aroma khas mate mulai mendekat padanya. "Aku tau kau sedang gugup sweety mate," kata Ares yang sudah duduk di samping Hera.

"Tatap mataku," perintah Ares. Namun Hera menggeleng, ia sungguh sangat gugup sekarang.

"Aku tidak suka di bantah, kau tau itu," kata Ares datar.

Hera yang gugup tergantikan dengan perasaan takut. Ia takut mendengar suara Ares yang datar. Perlahan ia menyampingkan tubuhnya lalu menatap manik hijau yang membuat persaannya selalu merasa dicintai dan dihargai itu.

Ares mengecup singkat bibir Hera. "Jangan takut padaku sweety mate, aku mate mu bukan musuhmu."

Hera menggeleng, bukan itu maksudnya. Ia tidak bermaksud menganggap Ares musuh, sungguh. Terlintas dalam kepalanya pun tidak.

"Aku ... aku hanya ... gugup," lalu ia menunduk lagi.

"Aku tau penyebabnya,"

Hera menatap Ares yang juga menatapnya lembut. "Kita tidak akan melakukannya, sweety mate. Aku ingin kita melakukannya atas keinginan kita berdua, bukan sebuah paksaan dariku atau dari siapapun,"

Hera masih menatap Ares, bukan ia tak mau melakukannya, namun ia masih belum bisa. Ia masih ragu karena di dunia manusia mereka akan wajib melakukannya setelah mengucapkan janji pernikahan, namun berbeda dengan di sini ketika sudah menemukan pasangan maka ia tidak akan perlu lagi menikah seperti di dunia manusia.

"Aku, aku masih ragu. Maafkan aku," katanya. Air mata Hera sudah mulai mengeluarkan air mata namun masih ditahannya. Ia tak tau mengapa jadi seperti ini, ia merasa marah akan dirinya yang tidak bisa memberikan sesuatu pada Ares.

Ares membawa Hera dalam pekukannya. "Tak apa, sweety mate. Aku akan tetap menunggumu sampai kau siap, jangan memaksakan diri," katanya sambil memurus kepala Hera.

Air mata Hera pun tumpah, ia terisak di dalam pelukan matenya. Sungguh Hera ingin melakukannya namun entah mengapa ia masih ragu akan hal itu.

"Sayang," Ares menangkup wajah Hera yang penuh air mata, lalu ia mengecup kedua mata Hera, "jangan menangis karenaku, tidak apa-apa aku baik-baik saja," sambungnya.

"Maafkan aku, aku masih ragu. Di duniaku dulu, tidak seperti ini. Aku, aku belum terbiasa," ucap Hera menunduk.

Ares mengangkat dagu Hera. "Aku tau, sweety mate. Makanya aku akan menunggumu sampai kau siap. Kita akan menggelar pesta pernikahan beberapa hari lagi," katanya lembut. Lagi-lagi Hera menangis, ia langsung memeluk tubuh yang menjadi tempat ternyamannya, ia merasa terlindungi berada dalan dekapan hangat itu.

"Tidak perlu, aku akan berusaha menyesuaikan diri," kata Hera. Namun sebenarnya dalam hatinya yang paling dalam ia sangat menginginkan sebuah pernikahan bak negeri dongeng. Wanita mana yang tidak memimpikan pernikahannya?

Ares mengecup puncak kepala Hera lalu memurusnya. "Dua minggu lagi kita akan menggelar pernikahan, jangan khawatir, sweety mate."

"Tidak--"

"Lebih baik kita tidur, sweety mate. Aku tau kau kelelahan."

Hera mengangguk, lalu mereka tertidur dalam posisi berpelukan.

∆∆∆

Hera terbangun kala merasakan tidak ada orang lagi di sampingnya. Ia dapat merasakan bantal di sampingnya sudah dingin, artinya Ares sudah bangun sedari tadi.

'Ares, kau di mana?' tanya Hera melalui mindlink.

Namun tidak ada balasan dari Ares. Hera memutuskan untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu setelah itu ia berencana akan mencari Ares.

Setelah membersihkan diri, Hera langsung pergi mencari Ares. Namun ia melihat sebuah nampan yang berisi sarapan di sana dan ia juga melihat ada note kecil di dalam nampan itu.

Makanlah, aku hanya pergi sebentar.

Tulisan dalam note kecil itu membuat Hera tersenyum simpul, di dalam hatinya ia sudah mulai menerima Ares sebagai pasangannya. Atau mungkin ia sudah mulai mencintai Ares? Entahlah Hera tidak tau perasaan apa itu, yang jelas ia ingin selalu bersama Ares, ia ingin Ares tersenyum karenanya.

Setelah menyelesaikan sarapannya ia keluar dari kamarnya, saat ia membuka pintu ia dikejutkan dengan seseorang yang langsung membungkuk hormat padanya.

"Salam, Luna."

"Siapa kau?" tanya Hera. "Bangunlah," lanjutnya. Ia terkejut dengan orang ini, awalnya ia mengira adalah seorang pria namun ternyata orang ini adalah seorang wanita.

"Nama saya Manuwella, Luna. Alpha Ares mengutus saya untuk menjaga Anda," jawab wanita bernama Manuwella itu.

Hera menatap wanita yang berpakaian seperti ninja dengan samurai di pinggangnya hanya saja ia tidak memakai penutup wajah. "Benarkah? Lalu di mana Alpha Ares?"

"Maaf, Luna. Saya tidak tau, beliau hanya memberikan surat ini kepada saya," kata wanita itu. Ia mengulurkan sebuah surat pada Hera.

Hera membuka surat tersebut.

Biarkan Manuwella menjagamu selama aku tidak ada, sweety mate. Aku mencintaimu.

Lagi-lagi Hera tersenyum, Ares tidak ada saja ia mampu membuat Hera tersenyum apalagi jika Ares berada di sampingnya.

Hera menatap orang itu. "Baiklah Manuwella, aku ingin berjalan-jalan bisakah kau menemaniku? Aku tidak memiliki teman, temanku Joselyn entah pergi ke mana sekarang," kata Hera.

"Baiklah, Luna. Saya akan menemani, Anda."

∆∆∆

Di dalam sebuah ruangan yang terlihat sangat berantakan, terdapat seseorang yang berdiri dengan rantai mengikat kaki dan tangannya. Ia bukan tawanan atau apa, ia seperti itu karena ia yang memintanya, ruangan yang sangat berantakan pun pelakunya adalah dia.

"Apakah kau tidak mau ku lepaskan?" tanya seseorang yang membantunya dalam mengikat kaki dan tangannya. "Tangan dan kakimu sudah berdarah, jangan menyiksa tubuhmu sendiri,"

"Ti-tidak, aku ... aku akan membahayakan nyawa ... kalian," ucap orang itu yang sedang menahan rasa sakitnya karena monster dalam tubuhnya itu meronta ingin keluar.

"Tapi--"

"ARGHHHHHHHHH!!"

Orang itu meraung, rantai yang mengikatnya sudah terlepas dari tubuhnya. Matanya sudah berubah menjadi hitam pekat tanda bahwa monster itu sudah mengusai tubuhnya.

"Keluar!" katanya pada orang di depannya ini.

"Aku tidak bisa membiarkanmu seperti ini, jangan sampai kau membahayakan tubuhmu--"

"KELUAR!!"

"ARGHHH!!" teriak orang itu ketika tubuhnya terpelanting ke dinding membuat meja yang berada di sana terpecah belah.

"Uhuk," orang itu terbatuk dengan darah keluar dari mulutnya.

Monster itu tertawa devil. "HA HA HA, AKU AKAN MEMBUNUHMU JIKA KAU MASIH BERADA DI SINI! KELUAR!!" katanya lagi, namun orang itu masih keukeuh menemani orang yang sudah ia anggap saudara itu.

Monster itu menggeram, kuku-kukunya sudah mencuat keluar.

GRRRRR!!!

"KELUAR JACK THOMPSON!!!"

"ARGHHHHHHHHH!!!"

HERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang