Seorang pria berada di dalam sebuah gelembung raksasa, ia terbaring lemah diatas kasur yang mengambang dan dikelilingi awan-awan putih. Gelembung itu mengeluarkan cahaya putih yang di kelilingi cahaya hijau.
Di samping gelembung tersebut seorang pria bersayap sedang bersemedi. Hal itu harus dilakukan untuk membantu penyembuhan orang di dalam gelembung tersebut. Sudah satu minggu penyembuhan dan orang itu masih belum memiliki tanda-tanda akan terbangun dari tidurnya. Hal ini wajar terjadi mengingat orang itu terkena serangan yang cukup serius, ditambah lagi kesehatan yang belum pulih seutuhnya.
"Tidurlah saat engkau belum dibutuhkan, bangunlah ketika keadaan mulai tidak terkendali."
∆∆∆
Rexi menatap sendu pada Peeter yang sedang melamun itu. Ia tau Peeter sedang melamunkan matenya yang sudah tiada. Tanpa Peeter sadari, Rexi ternyata memiliki perasaan lebih padanya. Ia menyukainya Peeter sejak dulu. Namun Peeter sama sekali tidak pernah meliriknya, Peeter terlalu tenggelam dalam masa lalunya itu.
Rexi dengan senang hati membantu Peeter mengalahkan Ares karena dengan begitu ia juga selalu bisa berada disamping Peeter. Itu dalah alasan pertama dari sekian banyak alasan.
"Peeter," panggil Rexi.
Peeter menoleh, ia langsung mendapati wajah cantik Rexi yang terbentuk karena sihir itu. Peeter tau jikalau Rexi memiliki perasaan lebih padanya, tetapi ia memilih tidak menghiraukannya karena di dalam hati pria tersebut masih ada satu nama yang selalu ia nantikan kehadirannya meskipun itu tidak mungkin terjadi.
Rexi mendekat, sebelum itu ia membaca sebuah sihir yang akan membuat Peeter terpesona padanya. Dengan cara seperti inilah ia bisa memiliki Peeter seutuhnya meskipun dengan menggunakan cara licik. Bukankah black witch memang terkenal akan obsesinya mendapatkan sesuatu?
"Masih ada aku yang selalu menemanimu, Peeter." Rexi mulai menggerayangi tubuh Peeter. Pria yang memang sudah terpengaruh oleh sihir itu hanya bisa diam dan mengikuti perintah Rexi.
"Aku tau," jawab Peeter. "Kapan kita akan melakukan penyerangan--"
Cup
Rexi memotong ucapan Peeter dengan kecupan di bibir pucat pria itu. "Jangan membicarakan itu dulu, sekarang aku akan mengobati kerinduanmu itu."
Rexi langsung mencium Peeter, pria itu membalas ciuman Rexi karena sihir yang diberikan Rexi padanya.
"Aku akan membuat malam ini terasa panjang dan menggairahkan," ucap Rexi. Penyihir hitam itu langsung melakukan penyatuan terhadap Peeter.
Peeter hanya menikmati dan melupakan sejenak seseorang yang selalu berada dalam hatinya itu.
∆∆∆
"Hamba adalah guardian Anda yang ke dua, Owlye. Ijinkan hamba untuk menjaga dan melindungi Anda, sebagaimana yang sudah digariskan oleh yang maha kuasa,"
Setelah mendengarkan sosok itu berbicara, Hera hanya bersikap biasa, karena ia tidak tau harus bersikap seperti apa.
Owlye menatap tajam Jose dan Wella. "Dimana rasa hormat kalian pada My Queen?" tanya Owlye datar, aura gelap keluar dari tubuh Owlye. Wanita itu nampak seperti musuh yang akan menyerang mereka
Joselyn dan Manuwella mengernyit bingung dengan ucapan Owlye ini. Wella sudah ingin menebaskan samurainya tetapi entah mengapa ia tidak bisa melakukan itu, seolah dirinya sudah dikendalikan oleh orang lain.
"Kalian hanya makhluk rendah yang tidak sebanding dengan My Queen," katanya lagi dengan keadaan masih berlutut di depan Hera.
Kening Joselyn dan Manuwella makin berkerut dalam, mereka tau itu tetapi bukankah Hera sendiri yang menyuruh mereka agar menganggapnya setara?
"Berlutut atau nyawa kalian berdua melayang," desisnya lagi.
Jose dan Wella mulai merasakan tenggorokan kering, mereka juga melihat aura gelap itu makin menguar dari tubuh Owlye.
"Akh!" teriak mereka bersamaan, Jose dan Wella terduduk memegangi tenggorokannya yang terasa melilit. Mereka dapat merasakan sesuatu membelit leher mereka.
Kenapa ini?! batin mereka menjerit karena suara itu tertahaj dalam tenggorokannya.
"Kenapa ini?! Apa yang terjadi pada kalian?" tanya Hera melihat teman-temannya itu kesakitan.
Baru saja kaki Hera melangkah, Owlye berseru, "itu adalah hukuman bagi orang yang tidak mau berlutut di hadapan Anda, My Queen,"
"Mereka teman-temanku, lepaskan mereka!" perintah Hera.
"Hamba tidak akan melepaskannya jika mereka tidak mau berlutut dan menghormati Anda, My Queen." Owlye menolak keras perintah Hera, guardian itu sangat angkuh dan keras kepala.
Hera tidak bisa bergerak tubuhnya seakan kaku dan tertancap di mana kakinya berpijak saat ini.
Jose dan Wella yang mengerti situasi ini langsung bersujud di hadapan Hera.
Hera menggeleng kuat, tidak! Dia tidak seperti itu, mereka tidak boleh berlutut di hadapannya!
"Ma--maafkan ka-mi, Queen. Ka-kami telah ... lancang ter-hadap, Anda!" ucap Manuwella seraya menahan rasa perih di kerongkongan serta tenggorokannya.
Hera hanya bisa menggeleng, suaranya seakan tertahan oleh sesuatu.
"Kami mohon... amp-uni ka-kami," sambung Joselyn. Ia pun juga merasakan tenggorokannya teramat sakit.
Owlye tersenyum mengerikan. "Baguslah, kalian harus ingat bahwa kalian hanya makhluk lemah yang tidak sebanding dengan My Queen."
Owlye beralih ke Hera, masih dengan senyumnya namun kali ini senyum itu tidak semengerikan seperti yang ia tunjukkan ada Jose dan Wella.
"My Queen, ijinkan hamba melakukan perjanjian darah dengan, Anda."
Hera mengangguk. "Tapi sebelum melakukan perjanjian itu ku mohon perlakukan teman-temanku seperti kau memperlakukan ku,"
"Tidak usah memohon kepada hamba, My Queen. Hamba hanya melakukan apa yang menjadi tugas hamba," jawabnya. Lalu Owlye berubah menjadi burung hantu yang tingginya hampir sama dengan Hera.
"Ulurkan jari telunjuk Anda, My Queen."
Hera mengulurkan telunjuknya. Owlye langsung mematuk ujung telunjuk Hera dan seketika itu pula darah keluar dari ujung jarinya.
Hera meringis kala darah itu keluar, dan anehnya darah tersebut berwarna hitam kental. Owlye langsung menghisap darah yang keluar dari telunjuk Hera itu.
Tubuh Owlye tiba-tiba mengejang dan seketika itu pula Owlye berubah menjadi asap hitam yang sangat pekat. Asap tersebut perlahan masuk ke dalam tubuh Hera dan menghilang dalam hitungan detik.
Bola mata Hera langsung berubah menjadi hitam, tangannya menunjuk ke arah Jose dan Wella yang masih merasakan sakit itu. Hera menggerakkan telunjuknya dengan gerakan memutar. "Exaleípste to (hilangkan itu),"
Tenggorokan mereka langsung terasa bebas ketika Hera mengucapkan mantra itu. Mereka masih berlutut di hadapan Hera.
"Terimakasih, My Queen. Anda sudah bermurah hati membebaskan kami," ucap Jose.
"Kami akan selalu mengingat kemurahan hati, Anda," tambah Wella.
Hera masih berdiri angkuh di hadapan mereka, dadanya membusung seolah mengatakan ia adalah pemimpin yang harus dihormati.
Jose dan Manuwella sadar bahwa ini memang benar Hera, akan tetapi Hera di hadapan mereka ini adalah Hera dengan segala keangkuhannya, Hera dengan segala kekejamannya, Hera dengan segala keserakahannya yang akan menindas siapapun yang berani padanya. Berani menindasnya, berani memberontaknya, berani mengkhianatinya, berani mengganggu dirinya. Hera yang sekarang mereka lihat adalah Hera dari sisi gelapnya sebagai Queen of the Earth.
∆∆∆
KAMU SEDANG MEMBACA
HERA [END]
FantasyAwalnya Hera Athena Demeter hanya seorang manusia biasa yang mendapat beasiswa di Universitas Johannes Gutenberg Mainz, Jerman. Namun semua itu berubah ketika ia mendapati fakta bahwa ternyata ia merupakan manusia serigala. Objek yang selama ini ia...