"Oh? Kemana saja kau? Aku mencemaskanmu, Hera!" Jose berlari dan langsung memeluk Hera yang sedang membersihkan meja-meja kedai.
Hera terkejut dengan pelukan tiba-tiba dari Joselyn. "Oh? Hai Jose," dia membalas pelukan Jose, "aku tidak enak badan kemarin, dan aku lupa mengabarimu. Maafkan aku sudah membuatmu khawatir, Jose." Lanjutnya, ia melepaskan pelukan itu lalu menyelipkan kain lap di tangannya ke dalam salah satu saku miliknya.
"Kau kan bisa mengirimiku pesan! Jika terjadi apa-apa denganmu bagaimana? Jika ada aku di sana setidaknya aku bisa merawatmu saat kau sakit!"
"Sungguh aku minta maaf, Jose. Aku, aku tak ingat untuk mengabarimu. Lain kali aku berjanji aku tak akan mengulanginya lagi," Hera berucap sambil memegang telinganya.
"Sudahlah, aku sungguh mencemaskan mu. Kemarin pria itu datang lagi, dan ia lagi-lagi ia menanyakanmu. Aku, aku merasakan aura tak nyaman saat dia menyebut namamu, Hera." Jose menggenggam tangan Hera, nampak sekali ia mencemaskan keadaan Hera saat ini.
Hera melepaskan genggaman tangannya, lalu tersenyum lembut pada Jose. "Tenanglah, Jose. Lihat! Aku baik-baik saja kan?"
"Aku tau, tapi tetap saja aku menghawatirkan mu."
"Sudahlah, mungkin pria itu hanya salah satu dari penggemarku. Kau tau kan aku ini berbakat dalam meracik kopi, mungkin saja ia menyukai kopi ku lalu ia ingin mencoba dan mencobanya lagi." Canda Hera. Sejujurnya ia juga takut, tapi sudahlah mungkin candaannya benar. Ia tidak ingin mempermasalahkan hal tersebut, hidupnya sudah rumit sekarang ia tidak ingin menambahkan lagi.
"Tapi, Hera-"
"Ayo bekerja! Aku rindu sekali meracik kopi di sini," ucap Hera cepat. Ia tidak mau kalau Jose terus terusan merasa khawatir akan dirinya.
"Ku harap kau baik-baik saja, aku merasakan aura tak nyaman dengannya,"
∆∆∆
"Apakah dia tidak akan bangun, sayang? Apakah kita tidak akan bisa melihatnya lagi?" isak seorang wanita yang berada di lengan kekar suaminya. Gurat wajah suaminya nampak sangat lelah, namun dia tidak bisa mengeluh karena tugas ganda yang harus ia kerjakan. Jika bukan dia siapa lagi? Duplikatnya sampai sekarang belum juga memiliki tanda-tanda akan mengakhiri mimpi panjangnya. Memang pack yang ia miliki tidak sebesar pack milik duplikatnya tapi, mengurus sebuah wilayah bukanlah hal mudah seperti membalikkan telapak tangan. Untung saja Betha nya adalah orang yang sangat bisa diandalkan, jadi selama ia mengurus pack duplikatnya pack nya sendiri di urus oleh Betha nya.
"Mate, hanya mate yang bisa menyembuhkannya. Kau ingatkan perkataan Mariana tempo lalu?"
"Tapi bagaimana caranya? Untuk yang sehat bugar saja sulit untuk menemukan mate, apalagi ... " sang istri tak kuasa lagi menahan air matanya. Lengan hangat selaku mendekap tubuhnya yang seakan ringkih itu. "Kita hanya bisa bersabar, sayang. Aku yakin matenya pasti akan datang cepat atau lambat."
"Aku, aku takut kalau mereka tidak bisa bertemu sebelum bulan Purnama Merah tiba. Aku takut penghisap darah itu merebut milik anakku, aku takut." Istrinya memeluk erat tubuh suaminya itu, sang suami hanya bisa membalas pelukan istri tercintanya. Nyatanya ketakutan istrinya juga merupakan ketakutan tersendiri baginya. Jika milik anaknya direbut oleh penghisap darah itu, maka kaum mereka akan hancur. Bukan hanya kaum mereka, tapi juga seluruh kaum yang berada di Galaksi Bima Sakti ini.
∆∆∆
Sebelum liburan semester tiba, Hera mendapatkan tugas besar untuk meneliti kembali fakta-fakta tentang artefak werewolf tempo lalu yang ia teliti. Dia harus bisa membuktikan bahwa werewolf itu benar-benar ada, dan nyatanya memang benar ada.
Kadang ia terkekeh sendiri memikirkan bahwa ia meneliti tentang dirinya sendiri. Tidak mungkin kan jika dia mengatakan bahwa dia adalah bagian dari kaum werewolf tersebut, tidak ada yang percaya omongannya yang ada dia akan semakin terkucilkan. Maka dari itu dia berusaha mengumpulkan bukti-bukti yang harus ia dapatkan. Salah satu caranya adalah pergi ke hutan Black forest.
Hutan yang dipercaya tetua jaman dulu terdapat makhluk-makhluk mitos seperti dirinya. Hera sebenarnya takut untuk pergi ke sana, hutan itu adalah hutan yang paling menyeramkan menurut orang-orang. Tapi, dia tidak akan sendiri pergi ke sana, dia bersama serigalanya. Jadi untuk apa takut?
'Ya? Kau menyebutku?'
"Heum, kita akan ke Black forest besok, ku harap kau akan menjadi partner yang baik," ucap Hera, ia menerawang langit-langit kamarnya.
'Tentu! Kita akan bertemu mate kan?!' Tanya serigalanya kegirangan, Hera dapat merasakan serigala itu mengibaskan ekornya dikepala Hera. Wow hebat sekali, dalam beberapa waktu bersama makhluk di kepalanya ini ia sudah bisa mendapatkan gambaran bagaimana serigala nya. Hera bersyukur, dengan kehadiran serigala nya ia tidak merasa kesepian lagi, ia punya teman sekarang.
Hera terkekeh. "Bukan untuk mencari mate, tetapi mencari bukti bahwa werewolf itu benar-benar ada untuk melengkapi penelitianku."
'Bukankah sudah cukup jika kau saja yang tau bahwa kita ada? Tidak perlu memberi tahu manusia tentang-'
"Aku juga manusia jika kau lupa,"
'Ya, manusia serigala.'
"Ya ya terserah,"
'Jika sudah menemukan bukti-bukti itu, lantas apa yang akan kau lakukan selanjutnya?'
"Aku akan membuktikan saja bahwa kita itu ada, aku hanya ingin bangsa ku di akui, tidak dipermainkan."
'Lalu membuat para manusia menjadikan kita sebuah pertunjukan lucu? Sirkus buat werewolf? Kau tidak berfikir tentang itu?'
Hera terfikir sejenak. "Kau benar, tapi aku tidak akan berhenti begitu saja. Aku harus mengumpulkan bukti-bukti itu, dan aku tidak akan membiarkan mereka mempermainkan bangsaku," ucap Hera dengan keras kepalanya.
'Terserah kau saja, yang terpenting aku sudah mengingatkan.'
"Hem." Hera mulai memejamkan matanya, namun ia teringat sesuatu.
'Hera,' panggil serigala itu.
"Hem,"
'Lain kali jika berbicara kepadaku, jangan dikeluarkan, maksudnya cukup dalam hati saja.'
Hera membuka matanya. "Kenapa?"
'Karna kau akan seperti orang gila, kau berbicara sendiri,'
"Hah? Bukankah aku berbicara denganmu?"
'Ya, kau memang berbicara denganku, tapi apakah orang tau? Hanya kau yang bisa mendengarkan suaraku.'
"Oh baiklah," katanya. 'Apakah berbicara seperti ini?'
'Ya seperti itu,'
Hera mengangguk lalu ia terfikirkan akan sesuatu. "Apakah aku sudah memberimu nama? Dan apakah kau perlu nama?"
'Tentu saja aku perlu nama, aku tidak mau kau memanggilku serigala terus.'
Hera terkekeh. "Baiklah, aku akan memberikan mu sebuah nama," katanya.
"Heum, bagaimana jika aku dengan nama Berry? Ah aku suka sekali dengan buah Berry, rasanya kau akan seperti asam asam manis,"
'Berry? Hmm not bad, apapun yang kau suka aku juga menyukainya,'
Lagi-lagi Hera terkekeh. "Uh Berry kau terdengar seperti seseorang yang menjadi budak cinta saja," katanya. "Baiklah Berry, time to sleep."
KAMU SEDANG MEMBACA
HERA [END]
FantasyAwalnya Hera Athena Demeter hanya seorang manusia biasa yang mendapat beasiswa di Universitas Johannes Gutenberg Mainz, Jerman. Namun semua itu berubah ketika ia mendapati fakta bahwa ternyata ia merupakan manusia serigala. Objek yang selama ini ia...