49 [Membelah gunung]

1.8K 298 0
                                    

BOM!!!

Sebuah ledakan terdengar dari dalam pack Dark Blood. Penduduk pack mendengar suara itu bahkan tubuh mereka bergetar karena kuatnya dentuman yang diciptakan tersebut.

Seketika itu pula fikiran mereka langsung terisi oleh bayangan bahwa Alpha Ares yang sekarang bukanlah Alpha Ares, melainkan seseorang yang lain. Seseorang itu sengaja di kirimkan untuk mengelabui mereka dan mengambil banyak keuntungan.

Tentu saja mereka marah karena merasa tertipu, bahkan Luna Meghan dan Alpha Zeus juga turut andil dalam hal pengelabuan itu.

"Ini tidak bisa dibiarkan! Selama ini ternyata kita termasuk ke dalam permainan hina mereka!" ucap salah satu penduduk pack yang menjadi pembicara dari mereka.

"Benar! Kita harus bertindak, jika tidak mereka akan tertawa di atas penderitaan kita!" sahut penduduk yang lain.

"Kita harus menghadap Alpha dan Luna, kita harus meminta penjelasan ini!"

Lalu terdengar lagi sahut-sahutan yang semakin memperpanas keadaan pack.

Sedangkan di sisi lain Luna Meghan berlari menuju ruangan Orlando, dan ternyata Orlando sedang bersemedi.

Orlando membuka matanya. "Kita hanya bisa menunggu Alpha Ares kembali," jawabnya tanpa mendengar ucapan Luna Meghan lagi.

"Apa yang harus kita lakukan? Para penduduk sudah tau bahwa kau bukanlah Ares," ucap Luna Meghan dengan cemas. Ia hanya cemas jika para penduduk pack beralih menjadi lawan bagi packnya sendiri.

"Mereka terpengaruh oleh sihir Rexi, black witch itu sengaja mengisi fikiran penduduk pack dengan fikiran-fikiran negatif," Orlando memandang Luna Meghan. "Aku akan mencoba menghubungi ayahku, berdoalah semoga kekuatan Alpha Ares sudah pulih dan kembali ke sini,"

"Lantas, apa yang harus kita lakukan? Tidak mungkin kita hanya berdiam diri menunggu kedatangan Ares," kata Luna Meghan, setidaknya mereka harus memiliki rencana cadangan guna mengulur waktu hingga Alpha Ares datang.

"Bukankah kita sudah memiliki warrior yang siap melawan Peeter? Aku yakin Alpha Zeus bisa memimpin jika terjadi peperangan."

"Kau benar, aku akan mencoba meminta pertolongan pada pack lain, semoga saja kali ini semesta berpihak kepada kita."

∆∆∆

Beruntunglah Hera memiliki Restvefire Controller hingga ia tidak akan kedinginan menempuh salju ini.

Sedari tadi senyum Hera tak pernah luntur, pipi putih itu semakin merona ketika tau bahwa sekarang ia tidak sendiri. Dalam tubuhnya terdapat sang buah hati bersama orang yang dia cintai. Mungkin terdengar lebay, tapi rasanya ia sudah tidak sabar menantikan kelahiran sang buah hati.

"Luna, saya turut bahagia. Semoga anak-anak Anda kelak akan menjadi Alpha yang kuat seperti ayahnya," ucap Wella.

"Terima kasih, Wella. Kau juga harus segera menemukan matemu, agar kau bisa merasakan bahagianya ketika akan menjadi seorang ibu," jawab Hera masih dengan senyum terpatri di wajah cantiknya. Sungguh ia tidak sabar menantikan kelahiran anaknya.

Wella hanya tersenyum, ia juga ingin menemukan pasangannya tetapi sang Alpha dan Luna adalah prioritas utama saat ini, apalagi mereka akan mendapatkan momongan yang pastinya dia juga akan ikut andil menjaga calon Alpha.

"Mengapa kalian sangat lamban? Aku sudah membersihkan jalan kalian, cepatlah bergerak sebelum matahari berada di tengah kepala," ucap Joselyn yang berada di depan mereka.

Hera tertawa. "Dan kau pun harus segera menemukan matemu, Jose! Agar kau tidak iri jika melihatku bersama pasanganku!" teriak Hera.

Jose mendelik, ia berdecak kesal. "Jangan mengolokku! Jika aku sudah menemukan mate maka aku akan menebarkan keromantisan kami!" ketusnya.

Lagi-lagi Hera tertawa menanggapi, ia mengangguk-anggukkan kepalanya sambil melangkah maju. Rasanya tenaganya sudah terisi penuh, rasanya ia sangat semangat untuk menjalani misi ini. Ternyata janin yang berada dalam kandungannya berpengaruh besar dalam kehidupannya.

Nak ...

Senyum Hera pudar tergantikan dengan raut bingung ia menoleh ke Manuwella yang sedang serius menatap jalanan di depannya.

"Wella," panggil Hera.

Manuwella menoleh. "Ya, Luna?"

"Apa kau sedang berbicara?" tanya Hera.

Wella mengernyit mendengar pertanyaan Luna yang terdengar ambigu itu. Bukankah mereka sedang berbicara? Lalu mengapa ia bertanya lagi?

"Ya, saya sedang berbicara dengan Anda," jawabnya.

"Bukan, maksudku sebelum aku berbicara. Apakah kau berbicara sesuatu?" tanya Hera lagi.

Wella menggeleng. "Tidak, saya tidak berbicara apapun."

Hera mengangguk, mungkin halusinasi karena ia akan menjadi seorang ibu. Makanya ia mendengar suara itu.

Lalu mereka melangkahkan kakinya lagi, dan lagi Hera mendengar suara halusinasinya tadi.

Nak ...

Hera menoleh ke kiri dan ke kanan, tidak mungkin Manuwella atau Joselyn yang berbicara karena suara itu sangat lembut dan mendayu, suara itu seperti suara nyanyian pengantar tidur berbeda dengan suara Joselyn yang sedikit cempreng dengan suara Wella yang sedikit datar itu.

"Ada apa, Hera?" tanya Jose melihat Hera yang sedang mencari sesuatu. "Apakah ada yang hilang?"

Hera menggeleng. "Tidak ada, aku hanya mendengar sesuatu, mungkin hanya halusinasi ku saja," ucapnya, ia meneruskan perjalanan lagi.

Namun tiba-tiba muncul seekor merak putih berada di samping kanan Hera, kemudian muncul lagi seekor burung hantu yang berjalan di samping kirinya. Kini Hera menjadi seperti seseorang yang memiliki dua makhluk bodyguard. Ia seperti diapit oleh dua makhluk besar, terlihat sekali dari aura yang mereka keluarkan.

"Mark, Owlye? Ada apa? Mengapa kalian di sini?" tanya Hera bingung, biasanya mereka hanya muncul jika Hera benar-benar dalam kesulitan.

"Kami hanya menemani Anda, My Queen," jawab mereka serempak.

"Tapi mengapa? Bukankah kau pernah berkata kalian akan muncul jika aku benar-benar membutuhkan pertolongan. Apakah akan ada rintangan lagi yang akan ku hadapi?"

"Sesungguhnya tiada perjalanan yang tidak memiliki rintangan, My Queen," jawab Mark.

"My Queen, kami hanya ingin menemani perjalanan Anda," kata Owlye sekali lagi.

Hera hanya mengangguk samar, ia hanya bisa mengangguk karena tidak ada lagi yang harus ia lakukan.

Duar!

"Aaaa!" Hera, Wella, dan Jose berteriak kala mendengar dan melihat sebuah ledakan yang tepat berada di hadapan mereka.

Sebuah kepulan asap berwarna emas langsung mengepul akibat ledakan tadi. Namun perlahan kepulan asap emas itu berubah menjadi seekor burung emas.

"Phoenix?!" seru Wella dan Jose.

Phoenix? Bukankah burung itu hanyalah makhluk mitologi? pikir Hera.

Tiba-tiba burung itu berangsur-angsur berubah menjadi seorang laki-laki yang memiliki sayap berwarna api keemasan, sangat gagah dan berwibawa.

Makhluk itu membungkuk dengan sayap yang membentang lebar. "Hormat hamba, My Queen. Hamba adalah Photranostios, guardian terakhir dan sebagai pelengkap kekuatan Anda," ucapnya.

"Pelengkap?" beo Hera.

"Pelengkap yang menyempurnakan kekuatan Anda, sekarang Anda sudah memiliki kekuatan yang sempurna. Saatnya Anda menemui Queen of the Earth sebelumnya,"

"Bagaimana caranya? Apakah aku harus mengelilingi gunung yang sangat besar ini?" tanya Hera. "Apakah tidak ada petunjuk yang akan ku dapatkan?" tanyanya lagi.

Photranostios mengangguk. "Hanya ada satu petunjuk, dan pentujuknya hanyalah dengan membelah gunung ini,"

∆∆∆

HERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang