"Hormat kami, Alpha, Luna." Salam mereka serempak ketika melihat Alpha dan Luna mereka memasuki area taman bermain anak-anak. Tidak hanya orang tua bahkan anak-anak juga membungkuk hormat padanya.
Mendadak Hera merasa risih diperlakukan seperti itu, seumur hidupnya ia tidak pernah dihormati seperti ini. Sungguh rasanya ia ingin membangunkan para orang tua dan anak-anak itu agar mereka bersikap Hera adalah orang biasa saja.
"Tidak bisakah kamu menyuruh mereka untuk tidak seperti ini kepadaku? Aku sangat risih ... " cicit Hera takut, pasalnya wajah Ares sedari tadi tidak menampilkan sedikitpun senyumnya, berbeda sekali saat berada di ruangannya tadi. Ares yang sekarang adalah Ares yang dingin yang cukup membuat Hera segan.
"Cukup! Kalian boleh beraktivitas lagi, jangan hiraukan kami." Mendengar perintah sang Alpha, para anak kecil dan orang tua di sana pun mengikuti titah Ares. Meskipun masih ada yang canggung untuk berbicara kepada sesama orang tua mengingat sang Alpha dan Luna berada di sini, takutnya mereka tersalah bicara hingga memicu kemarahan sang Alpha.
"Ares, ayo kita ke sana saja." Ajak Hera, karena ia juga merasakan kecanggungan para orang tua dari anak-anak itu. Ares pun mengikuti Hera, mereka pergi ke sebuah pohon yang lumayan rindang yang tak jauh dari taman tersebut.
Seorang bocah perempuan mendekati Hera dan Ares, bocah itu Hera taksir umurnya tiga atau empat tahun. Rambutnya yang hitam dan ikal sebahu itu membuatnya terlihat semakin menggemaskan. Di tangan gadis kecil kecil kecil itu terdapat setangkai bunga mawar hitam, Hera terkejut bukankah bunga itu sangat langka? Bagaimana bocah ini menemukannya? Lagipula bukankah tananaman ini berduri, lantas bagaimana ia memetik bunga itu?
"Lu-luna, apakah kau mau menerima bunga ini?" tanyanya dengan wajah berkedip lucu, pipi tembam itu memerah akibat sinar matahari. Ah menggemaskan sekali, batin Hera.
Anak kecil itu menunduk takut ketika Ares menatapnya tajam. Hera yang melihat itu langsung menyikut perut Ares.
"Kamu membuatnya takut," bisik Hera.
"Kau dapat dari mana bunga ini? Bukankah bunga ini berduri?" tanya Hera pada gadis kecil itu, ia menyamakan tingginya agar mudah berkomunikasi.
Anak itu terlihat bingung, ia lagi-lagi mengerjapkan mata bulatnya ity. Menggemaskan sekali, tanpa pikir panjang Hera mengecup pipi tembam sang gadis kecil. Spontan membuat mata Ares melotot, Apa-apaan ini?! Dia saja tidak pernah dicium Hera seperti itu! Terdengar kekanakan memang tapi ya begitulah seorang Ares.
Pipi tembam itu semakjn memerah, ah Hera semakin gemas dibuatnya. "Di mana kau mendapatkan bunga ini, sayang?"
Lagi-lagi mata Ares melotot, sayang?! Dia saja tidak pernah mendapatkan panggilan seperti itu! Kenapa dia selalu kalah dengan bocah ini?! Bolehkah ia melenyapkannya saja?!
"A-aku memetiknya sendiri," ucapnya cadel.
"Di mana?"
"Di sana,"
"Boleh bawa aku ke tempat itu?"
Ares memutar bola mata jengah, tidakkah Hera sadar ia mulai dilupakan?
"Ayo!" ucapnya semangat, Hera pun mengikuti langkah kaki kecil itu. Saking semangatnya berlari bocah itu tersandung lalu terjatuh.
"Aduh!"
Hera yang melihat itu langsung panik. "Kau tidak apa-apa kan?"
Bocah itu menggeleng lalu menyengir. Hera yang kasihan pun langsung menggendong anak itu. Bocah itu tertawa dalam gendongan Hera. "Di sana!" ucapnya.
Hera mengikuti arah tunjuk bocah itu, di sana terdapat sebuah taman yang tak terurus. Hera masih dapat melihat banyak tanaman mawar yang berada disana. Walaupun sudah sangat layu masih ada satu pohon mawar yang segar meskipun kecil, mungkin anak itu memetik dari sana.
"Ya ampun, Arabelle! Mommy cari ternyata ada disini," ucap seorang perempuan yang nampak sekali kepanikan di wajahnya.
Seakan tersadar ibu dari bocah ini langsung membungkukkan tubuhnya hormat. "Maafkan anak saya, Luna, Alpha."
"Arabelle, sini." Panggil ibunya.
Arabelle itu pun langsung turun dari gendongan Hera. "Maafkan saya, Luna," ucap cadel bocah itu.
Hera tersenyum lalu mengecup lagi pipi tembam itu. "Pergilah, M**ommy mu khawatir," anak itu mengangguk lalu melambaikan tangannya.
"Maafkan anak saya, Luna," ucap wanita itu lagi.
"Tidak apa-apa, Arabelle tidak nakal."
"Saya pamit, Luna, Alpha."
Hera mengangguk lalu ia menuju ke taman yang tidak terurus itu. Ia menyentuh tanaman mawar serta tanaman-tanaman lain yang hampir mati itu. Ia membayangkan tanaman itu kembali segar dengan bunga yang bermekaran, cahaya hijau mulai melingkupi tanaman itu. Hera terjatuh setelah mengeluarkan banyak kekuatan, Ares segera menghampiri Hera.
"Jangan terlalu banyak mengeluarkan tenaga, sweety mate," ucapnya khawatir. Hilang sudah kekesalan Ares pada Hera, tergantikan rasa khawatirnya.
"Aku hanya sedikit kelelahan, Ares." Hera menolak ketika Ares ingin menggendongnya.
"Kau harus istirahat, sweety mate," kata Ares.
"Tidak, aku masih ingin mengurus tanaman ini. Tolonglah, Alpha." Ares menyerah, ia tidak bisa memaksa gadis yang ia cintai ini.
Hera sedang asik memotong tumbuhan liar, ia meminta Ares mengambilkan alat pemotongnya tadi. Ares hanya menurut saja, tapi sekarang Ares mulai jengah ketika Hera mengabaikannya lagi.
"Luna," tiba-tiba Hera dipanggil dua orang bocah laki-laki yang sangat mirip, sepertinya mereka kembar.
"Ya?" jawab Hera ketika mereka berdiri di samping Hera.
"Ak-aku ingin dicium juga ... " cicit bocah laki-laki itu.
Hera mengernyit bingung.
"Aku juga," ucap saudaranya. "Seperti Arabelle," lanjutnya menunduk. Oh ia sudah mengerti sekarang.
Sedangkan Ares, matanya kala mendengar permintaan anak-anak itu. Dasar setan kecil!
Hera tersenyum, dengan senang hati dia mencium pipi kedua bocah itu. Hera memang menyukai anak-anak karena anak-anak akan selalu membuatnya tersenyum.
Kedua bocah itupun tertawa lalu balas mengecup pipi Hera.
Ares tak percaya ini, apa-apaan?! Lancang sekali kedua bocah itu! Hanya Ares saja yang boleh mengecup pipi Hera, apalagi laki-laki! Biar bagaimana pun kedua bocah itu adalah laki-laki! Ares sudah tidak mampu lagi membendung amarahnya, ia harus melakukan sesuatu.
"Lancang sekali kalian mennyentuh milikku?!" desis Ares tajam. Seketika bocah itu ketakutan.
"Kau menakuti mereka, Ares," ucap Hera. Ia lalu meraih bocah itu kepelukannya menenangkan kedua bocah tersebut.
Ares menggeram lalu, menarik kuat tangan Hera hingga pelukannya pada kedua bocah itu terlepas. "Aku tak akan membiarkanmu keluar lagi!"
"Sayang, kalian pergilah," Hera menyuruh kedua bocah yang sedang ketakutan itu pergi. Biar bagaimana pun ingatan anak-anak pasti sangat tajam, maka dari itu ia tidak mau anak-anak tersebut membenci Ares yang sudah menyentak nya.
Hera meringis kesakitan, ketika Ares semakin mencengkram pergelangan tangannya. Ia yakin pergelangan tangannya pasti memerah.
"Ares, sakit ... " lirih Hera, namun Ares tidak memperdulikan lirihannya, ia malah semakin menarik tangan gadis itu.
Semua orang yang mereka lewati menatap prihatin pada Luna baru mereka. Mereka sudah tau bahwa Alpha Ares adalah Alpha yang sangat kejam sekalipun dengan keluarganya sendiri. Mereka hanya berdoa semoga Luna Hera tidak kenapa-napa.

KAMU SEDANG MEMBACA
HERA [END]
FantasyAwalnya Hera Athena Demeter hanya seorang manusia biasa yang mendapat beasiswa di Universitas Johannes Gutenberg Mainz, Jerman. Namun semua itu berubah ketika ia mendapati fakta bahwa ternyata ia merupakan manusia serigala. Objek yang selama ini ia...