16 [First Contention]

2.9K 384 1
                                    

"Aku sangat bosan, bolehkah aku berjalan-jalan?" tanya Hera memelas, namun tidak ada tanggapan dari pria di hadapannya itu, ia malah asik dengan setumpuk kertas yang tidak Hera mengerti.

Sekarang Hera berada di ruangan kerja Ares, pria itu memaksanya ikut tadi. Sedari tadi pria itu tidak membiarkan Hera pergi, namun setelah Hera di sini pria itu malah tidak menghiraukan kehadiran Hera. Sebenarnya apa mau pria ini? Hera duduk diam dan memperhatikan dia bekerja? Begitu?

Ck! Untuk apa aku di sini? Dia malah sibuk dengan benda-benda itu! Dasar tidak peka! Tidak bisakah dia mengajakku bicara? Huh membosankan sekali, dumel Hera dalam hati. Ia kesal, namun dia tak berani mengutarakannya langsung kepada matenya ini, ia takut Ares akan marah padanya.

Terdengar kekehan berat di sana. "Aku mendengar semua dumelan mu itu, sweety mate, jangan lupa jika aku bisa mengetahui semua yang berada didalam kepala mu itu," ucap Ares.

Hera terdiam, Sial! Dia lupa bahwa Ares bisa membaca fikirannya. Lagi-lagi Hera berdecak. Terkutuklah orang yang memiliki kekuatan itu!

"Tidak baik mengumpat mate sendiri apalagi di hadapannya, sweety mate," kata Ares lagi.

Hera mengusap wajahnya kesal. "Berhentilah membaca pikiranku, aku juga butuh privasi." Kesal Hera. Ya, Ares memang memiliki kemampuan dalam membaca fikiran seseorang. Dan hal itu membuat Hera dongkol setengah mati, bagaimana caranya nanti kalau ia ingin memaki Ares atau apa? Pasti tidak bisa, karena pria itu pasti mengetahui semuanya.

Lagi lagi Ares terkekeh. "Salahkan kakek buyutku yang menurunkan ini padaku," katanya. Ia melepaskan kacamata yang membingkai wajah tegasnya itu. Kaca mata itu sebenarnya hanya untuk menghalangi banyaknya cahaya yang masuk saja. Mata Ares tidak minus atau silinder, matanya normal.

Sungguh! Kenapa wajah Ares bisa setampan itu? Apalagi saat memakai kacamata, kesan seksi semakin nampak padanya. Hera berdecak kagum, ia tak menyangka bahwa dia yang upil ini bisa mendapatkan mate seperti berlian.

"Aku memang tampan, beruntunglah kamu memiliki mate sepertiku ini,"

Ck! Percaya diri sekali, inilah sifat yang baru Hera tau dari Ares, selain dingin ia juga memiliki tingkat kepercayaan diri yang sangat tinggi.

'Tapi dia memang tampan,' ucap Berry kegirangan, ia membela Ares. 'Aku jadi tidak sabar ingin bertemu dengan serigalanya, pasti dia juga sangat manis,' katanya lagi.

Hera memutar bola matanya malas, beginilah kalau memiliki serigala yang berbeda dengan kita. 'Diamlah, Berry!'

Ares beranjak mendekati Hera yang duduk di sofa. Nafas Hera tercekat entah mengapa jika berada di dekat Ares rasanya ia seperti tikus jatuh dalam beras, tidak berkutik. Jantungnya pun tiba-tiba bereaksi sama, Hera menarik nafas lalu menghembuskannya guna menetralkan debaran jantungnya yang semakin menjadi itu. Aroma yang di keluarkan Ares sangat menyengat, namun itu sangat menenangkan.

"Ap-a ... ekhem Apa yang kau--"

Cup,

Ares mengecup singkat bibir Hera, Hera terkejut matanya melotot. Ia menyentuh bibirnya dengan gemetar. Apakah ini namanya first kiss? Pikirnya, Karena selama ia belum pernah berciuman sebelumnya. Tentu saja, ia tidak pernah berdekatan dengan laki laki manapun, apalagi pacaran, Hera sama sekali tidak pernah.

Ares terkekeh mengetahui pikiran gadisnya ini. Sungguh manis sekali, Hera tidak tau saja bahwa setiap malam Ares selalu melumat bibir manis itu. Bukan hanya sekali melainkan beberapa kali dalam semalam seakan akan ia tidak akan pernah puas dengan bibir semanis permen kapas itu. Hera itu tidur seperti patung, tidak akan bergerak jika ia bangun dari tidurnya. Meskipun ada gempa bumi atau semacamnya, ia tidak akan mudah terbangun.

Mereka memang tidak tidur sekamar karena Hera masih merasa canggung pada Ares. Sebenarnya Ares ingin menolak tapi apalah daya, dia tidak mampu jika matenya ini mengeluarkan air mata.

"Kau mau jalan-jalan kemana, sweety mate?" tanya Ares, dia menatap wajah Hera yang menunduk. Ia tau matenya ini sedang gugup. Baru di kecup saja dia sudah seperti ini, apalagi ia tau Ares sering mencuri ciumannya mungkin Ares akan menjadi samsak tinju tangan mungil itu.

"Aku tidak tau ..." cicit Hera. Sungguh ia tidak tau untuk menjawab apa, perasaannya sekarang ini adalah antara malu atau takut. Benar-benar polos sekali!

"Angkat wajahmu, sweety mate. Tatap mataku jika sedang berbicara," kata Ares. Ia mengangkat dagu Hera.

Bak kerbau dicucuk hidungnya, Hera mengikuti kata Ares. "A-aku bosan," katanya akhirnya. Dari sekian banyak dumelan dalam hatinya yang keluar hanyalah kalimat itu saja.

"Bagaimana jika ku ajak berkeliling pack?" tawar Ares.

Hera tersenyum sumringah. "Ya!" angguknya semangat. Ares terkekeh melihat tingkah sweety matenya ini, ia mengacak rambut pirang Hera. Entah berapa sebenarnya umur mate? Bukankah umurnya sudah lebih dari kepala dua? Tapi, kenapa tingkahnya menggemaskan sekali?

"Baiklah, tapi tunggu kerjaanku selesai." Senyum Hera luntur tergantikan wajah menekuk. Kenapa pria suka memainkan wanita?

"Hanya sebentar, sweety mate. Aku janji," lalu Ares pergi lagi ke kursi kerjanya.

Sebentar kata Ares adalah kita bisa pergi keliling dunia terlebih dahulu, tidak itu sangat berlebihan sekali. Tapi nyatanya sebentar kata Ares adalah hal yang paling terlama Hera rasakan.

Lama kelamaan Hera menjadi berang sendiri menunggu Ares dengan setumpuk kertas yang rasanya tidak pernah menipis itu. "Tidakkah kau mengasihaniku, Ares?" katanya. "Aku sungguh bosan, biarkan aku pergi berkeliling." Rengek Hera. "Atau aku mengajak Joselyn saja?"

"Dia tidak ada," jawab Ares.

Her mengerutkan kening nya bingung. "Ke mana?"

"Aku tidak tau, aku bukan matenya."

Hera mencebikkan bibirnya, Ares ini benar-benar. Jika saja ia di apartemen miliknya pasti sekarang ia sedang bekerja.

Ah mengingat itu rasanya ia rindu bekerja di St*rbucks, ia rindu meracik kopi, ia rindu dengan kuliah nya. Astaga! Ia lupa, bukankah mereka harus mengumpulkan tugas akhir? Bagaimana ini, apakah beasiswanya akan dicabut? Mengingat tugas tersebut adalah tugas besar sebelum liburan. Hera menggingit jemarinya, bagaimana caranya agar ia bisa pergi dan menyelesaikan tugasnya? Sungguh ia tidak mau putus berkuliah.

"A-ares,"

"Hm," respon Ares sangat dingin. Ia tau bahwa mate nya ini ingin pergi darinya, tentu saja ia melarang hal tersebut. Selain di luar bahaya ia juga tidak mau kehilangan matenya itu, sudah lama ia menunggu matenya ini.

"Bo-bolehkah--"

"Tidak,"

Hera memejamkan matanya. Rasanya ia ingin menangis sekarang. Tidak bisakah Ares membiarkannya pergi sebentar? Dia tidak kabur, tapi hanya menyelesaikan pekerjaannya yang belum terselesaikan.

"Di luar bahaya, sweety mate. Aku tidak mau kau kenapa-kenapa, ikuti saja perintahku."

"Ta-tapi--"

"Tidak ada tapi-tapian, kau tau aku tidak suka dibantah?" Hera menundukkan kepalanya, perintah Ares adalah hal yang mutlak. Ia tidak bisa berkata lagi.

ΔΔΔ

HERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang