"Katanya, setiap pertemuan selalu ada perpisahan. Tinggal tunggu aja waktunya, berpisah dengan yang bukan kehendak kita."
-Terangkai Semu-
***
Setelah berganti pakaian sebab ada bekas air mata di sana, Aiza segera menemui Khalisa di ruang tamu. Ia memakai gamis coklat muda dengan warna khimar yang senada namun lebih gelap. Aiza juga mengenakan tas kecil ransel berwarna hitam bercorak bunga di sisinya.
Mereka berencana akan pergi ke alun-alun kota, ingin sekedar refreshing di hari weekend, juga untuk mengunjungi masjid yang terkenal di sana.
Aiza menenteng dua sepasang sepatu berwarna putih di tangannya sambil berselawat ria. Tepat di kursi ruang tamu Aiza duduk di samping kiri Khalisa, ia sedikit terkejut melihat Khalisa memakai kerudung yang sama dengannya padahal tidak ada perjanjian sebelumnya. Seperti anak kembar kalau mereka berdampingan. Bagaimana tidak, mereka mempunyai tinggi yang hampir sama. Namun Khalisa lebih tinggi dari Aiza, paling 2 sampai 3 cm.
Aiza dan Khalisa dipertemukan sejak kelas 10 karena memiliki nasib yang sama, yaitu berhijrah untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik, menuju jalan yang benar dan menjadi wanita akhir zaman yang dirindukan surga. Aamiin.
"Loh Khalis warna kerudung kita kok bisa sama?" tanya Aiza. Mungkinkah Khalisa sudah tahu yang akan dipakai Aiza atau suatu kebetulan.
Khalisa menatap kerudungnya kembali. "Iya nih, eh tapi kan aku datang ke sini duluan. Jadi Aiza yang ikut-ikutan."
"Aku enggak sadar malah kalau Khalis pakai warna itu."
"Gapapa sekali-kali jadi anak kembar ya kan," ucap Khalisa menaik-turunkan alisnya.
"Berkali-kali Khalis. Ingat baju yang kita beli selalu couple." kata Aiza mengingatkan. Aiza memang selalu kompak dengan sahabatnya itu, seperti saudara sendiri.
Khalisa terkekeh pelan. "Benar juga. Yaudah sih mau gimana lagi."
"Iya aku juga suka couple, apalagi sama sahabatku." Aiza merangkul pundak Khalisa.
"Betul tuh."
Khalisa mengerutkan kening. "Tunggu, kenapa Aiza lama banget. Aku kira Aiza udah siap dan tinggal berangkat."
"Itu ... Aiza diganggu sama Abang jadinya lama, pas kamu belum datang," bohong Aiza. Kenyataan yang sebenarnya adalah Aiza termenung cukup lama karena kejadian itu dan Fattah yang menyadarkan Aiza sekaligus memberitahu bahwa Khalisa sudah datang.
"Pantesan aja, Bang Fattah selalu gitu ya. Aku nunggu lama di sini sampai lumutan!"
"Namanya saudara pastilah. Enggak sekali jamuran dan kutuan Lis," ledek Aiza.
"Iya itu juga sampai makhluk hidup yang mini pun bersarang di sana, seperti bakteri dan kawannya."
"Khalis ini ada-ada saja."
"Kita berangkat sekarang yuk entar keburu siang lagi," ajak Khalisa. Dia sudah tidak sabar ke sana menikmati suasana yang menenangkan.
"Ayo soalnya Bang Fattah nyuruh nggak boleh pulang telat dan siang banget."
"Oke yuk."
***
Alun-alun kota tampak tidak begitu ramai karena masih pagi, biasanya orang-orang akan mengunjungi pada waktu sore. Untuk sekedar jalan-jalan atau ada keperluan lainnya, namun tidak dengan jalan yang selalu ramai dan kadang macet. Ya itulah kehidupan di kota, sudah menjadi kebiasaan sehari-hari melihat jalanan yang ramai oleh lalu lalang kendaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terangkai Semu (End)
Spiritual"Berikan senyuman terindahmu pada orang yang kamu sayangi, walau itu sangat menyakitkan." Begitulah pesan Husna, ibu Aiza sebelum beliau wafat. Hari-hari yang selalu diiringi canda tawa telah pupus sebelum masanya. Aiza selalu mengingat pesan itu...