9. Selalu Salah

24 5 0
                                    

"Banyak hal yang tidak kumengerti, mengapa egonya terus menyalahkanku. Bertanya, maksud hati ingin lega tetapi terus diruntuhkan oleh dinding pemisah."

-Aiza Putri Jauharah-

***

"Kenapa lagi Za?" tanya Khalisa sambil menatap wajah Aiza yang murung.

"Memangnya Aiza kenapa Lis?" tanya Helsa pada Khalisa. Ia tidak tahu masalah yang terjadi.

"Akbar ganggu Aiza terus," sahut Khalisa.

Helsa mengepalkan tangan, dia geram dengan cowok itu. Dari dulu tidak berubah sama sekali, selalu cari masalah dengan orang-orang sekitar.

"Akbar lagi, Akbar lagi, Akbar saja terus. Lama-lama tuh orang aku hajar, biar tahu rasa dia!" ucap Helsa sungguh-sungguh.

"Apa kita harus lapor ke BK?" tanya gadis berjilbab instant bernama Intan.

"Tan, kita sudah lapor beberapa kali tapi hasilnya nihil!" kata Helsa yang tidak tahu mengapa Akbar seperti itu.

Helsa menguncir rambut panjangnya ke belakang. Dia seorang non-muslim yang memeluk agama Kristen. "Aku mau ketemu sama dia, aku tantang Akbar untuk main taruhan dengan berkelahi. Kalau Akbar kalah dia harus jauhi Aiza selamanya, dan kalau Akbar menang ya ... bagaimana lagi."

Aiza angkat bicara. "Tidak perlu sampai berkelahi Hel. Aku gapapa kok."

"Gapapa bagaimana? Kalau dibiarin terus ngelunjak tuh orang!"

"Tapi Hel, aku beneran gapapa tadi cuma kepikiran pelajaran yang sulit," bohong Aiza.

"Ah Aiza bohong, aku sudah hafal!" Helsa sudah mengetahui itu, Aiza dapat ditebak karena sudah mengenalnya lama.

"Helsa, kamu mau melawan dia sendiri gitu. Ingat Akbar punya geng yang lain," ucap Intan memperingatkan.

"Iya itu benar kata Intan. Ada Endra, Jamil, dan Lingga," tambah Khalisa.

"Jadi kalian berdua takut? Tenang, nggak usah ikut. Aku sendiri yang akan melawan Akbar. Kalau mereka berani keroyokan, aku teriak biar siswa lain bantuin."

"Jangan deh Hel, aku yang takut kamu kenapa-napa. Akbar bukan lawan kamu." Aiza tidak akan membiarkan sahabatnya terluka, apalagi karena dirinya.

"Tidak peduli. Aku ingin membelamu Za, sekalian aku berantas para preman kelas sombong itu," ujar Helsa, kini semangatnya menggebu-gebu.

"Helsa pikirin baik-baik," kata Intan. Intan ragu Helsa akan menang.

"Sudah!"

"Kita coba pikirkan cara lain Hel, jangan seperti ini," usul Khalisa.

Helsa menggeleng. "Tidak ada, selain cara ini."

"Helsa aku mohon jangan ya. Akbar tidak ada sadarnya kalau dilawan," ucap Aiza yang berusaha membujuk Helsa, Aiza bimbang akan berbuat itu.

"Aku akan berusaha sekuat tenaga," ucap Helsa yakin.

Dia bangkit dari tempat duduknya, kemudian berlari keluar meninggalkan mereka bertiga.

"Helsa!" teriak Aiza, ia sangat cemas akan keadaannya. Aiza tidak dapat mencegah keputusan Helsa, meski Helsa berbeda keyakinan dengannya namun dia sangat peduli hal yang menyangkut teman-temannya.

Intan ikut berteriak, berharap Helsa menghentikan langkah. "Hel ... Helsa!"

"Bagaimana nih Helsa beneran nekat?" tanya Khalisa.

"Kita susul dia," putus Aiza.

Intan dan Khalisa mengangguk paham.

"Ayo, semoga belum terjadi apa-apa."

Terangkai Semu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang