8. Masa Lalu

18 5 0
                                    

Sang fajar menyingsing tanda hari akan dimulai. Gadis bertubuh lumayan kurus serta kecil sedang berbenah diri sebelum berangkat ke tempat pendidikan. Tak lupa dia menyiapkan bekal untuk dimakannya di sekolah, itu sudah menjadi kebiasaan bagi Aiza. Lebih hemat katanya selain hemat juga Aiza mendapatkan makanan sehat karena dibuat sendiri.

Sesudah Aiza menyiapkan keperluannya, ia akan mengisi perut sebelum berangkat. Sarapan pagi memang penting untuk pelajar sebelum memulai pelajaran, agar lebih konsentrasi dalam belajar. Aiza menghampiri Fattah yang berada di meja makan sedari tadi.

Fattah yang sedang lahap menyantap nasi goreng buatnya sendiri, ia tidak mau merepotkan adiknya untuk membuatnya. Kali ini biar Abang yang bertugas. Mayang memang telah pulang kemarin malam, dikarenakan dia juga seorang ibu rumah tangga yang harus mengurus anak serta suami.

"Kayaknya enak Bang," ucap Aiza yang ikut duduk di samping Fattah untuk sarapan.

"Memang enak tapi kalau diberi kecap lagi tambah enak!" kata Fattah.

"Lah? ini kan sudah diberi kecap Bang?" tanya Aiza bingung dengan perkataan Fattah.

"Zaza, jangan menertawakan Abang ya. Maaf kalau nasi gorengnya tidak seenak yang pikirkan," sahut Fattah.

"Aiza akan mencobanya." Aiza menyuapkan sesendok nasi goreng itu dengan hati-hati sebab masih panas. Satu suapan pertama, rasanya ... seperti makan roti tawar tanpa selai.

"Gimana menurutmu Za?" tanya Fattah penasaran.

"Tidak begitu buruk sih Bang cuma kurang garam saja, tapi enak kok. Ada perubahan dari yang waktu itu." balas Aiza. Fattah pernah membuat nasi goreng yang asin pakai banget, melebihi asinnya air laut.

"Yey akhirnya!" Fattah sangat senang, baru kali ini masakannya berhasil. Ya meskipun rasanya tidak seenak itu tapi kalau di kasih kecap enak kok.

"Haha iya Bang Alhamdulillah. Bang Fattah nanti aku ke sekolah diantar kan?"

Fattah mengangguk. "Iya Za, sampai kamu lulus Abang mau."

Aiza dibuat heran dengan pernyataan Fattah. Dia akan mengantar Aiza sampai lulus, biasanya Fattah malas untuk mengantarnya. Harus ada baku hantam terlebih dahulu atau nggak omelan kecil dari Aiza. Salah makan apa Abangnya ini, tapi baguslah.

"Oke Bang."

***

Dengan hari baru, semangat yang baru pula. Aiza melewati koridor sekolah, di sana sudah banyak siswa-siswi berkeliaran untuk masuk ke kelas masing-masing. Suasana maupun keadaan sekitar masih sama, di mana banyak tumbuhan hijau yang segar tertiup semilir angin. Di saat seperti inilah yang Aiza rindukan, lalu Aiza menghela napas panjang menikmati udara pagi.

Aiza telah sampai di depan ruang kelasnya, matanya tertuju pada papan kayu kecil persegi panjang bertulis 12 IPA 2.

"Bismillahirrahmanirrahim." Aiza masuk ke dalam kemudian mengucap salam.

Beberapa orang menatap Aiza sebentar dan menghentikan aktivitasnya. Aiza bingung dengan mereka, apakah dirinya itu orang asing karena baru kembali masuk ke sekolah. Aiza tidak memikirkan hal itu, ia segera duduk di bangkunya.

"Anak alim sudah berangkat saja nih," ucap si preman kelas. Orang itu, orang yang tidak disukai Aiza semenjak kelas 10.

"Iya tuh, sudah sembuh Bar makanya berangkat," kata temannya menimpali.

Cowok berambut agak keriting berkata, "Gawat sih, berarti kalau dia sudah masuk kelas kita akan ada Bu ustazah lagi dong!"

"Bisa-bisa kita panas setiap hari dong, iya nggak." Kali ini orang yang memakai topi yang berbicara.

Terangkai Semu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang