[sebelum baca wajib follow dulu]
Tri Angga Asmara atau kerap dipanggil dengan sebutan Angga ini adalah dokter pembimbing yang memiliki sifat ramah terhadap pasiennya dan juga ia dijuluki sebagai dokter termuda dan memiliki ketampanan sebagai dokter...
~Sebuah hukum mungkin bisa memberikan pelajaran kepada si pelaku, tetapi hukuman tidak pernah menghilangkan rasa trauma kepada si korban~
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Saat mengetahui bahwa ada orang yang sangat mirip dengan abangnya, Stela tak mengalihkan tatapannya dan terus mentap Rey dengan tajam.
"Lo beneran Rey atau Fariz yang masih hidup?" tanya Stela dengan mata meminar.
"Gw Rey, gw sekolah di SMA Nusa bangsa kelas XI Mia 5" jawab Rey dengan entengnya.
Saat mendengar jawaban dari Rey, Stela meresa dadanya sesak bahwa tidak ada lagi kesempatan nya untuk membahagiakan Fariz.
Kevano mendekap Stela yang sudah meneteskan air matanya dengan perlahan.
"Kamu gapapa Stel?" tanya Kevano lalu membawa kepada Stela kedalam dekapan lehernya.
"Hiks... Gw masih belum percaya kalau ada orang yg mirip Abang kak" jawab Stela sambil memukul kecil dada Kevano.
Disisi lain, Rey merasakan dadanya sesak saat mendengar ucapan Stela soal Fariz. Ia merasa bersalah telah hadir disaat cewek itu kehilangan seseorang yang benar benar mirip dengannya.
Rey menghampiri Stela yang masih didalam dekapan Kevano, Rey memegang bahu Stela yang membuat cewek itu menatap Rey dengan lesuh.
"Gw minta maaf" ucap Rey sambil menundukkan wajahnya.
Tiga garis muncul seketika di dahi Stela "minta maaf soal apa?" tanya Stela sambil mengikis jaraknya dengan Rey.
"Maaf kalau gw hadir dan membangkitkan rasa sedih kamu karena wajahku mirip sama abang kamu."
"Gw udah gak papa kok Sans aja, nama kamu siapa tadi? Rey yah. Lo gak usah sungkan sama kami, mulai sekarang lo gw anggap sebagai abang gw" jawab Stela yang membuat Rey tersenyum.
"Udah udah, ngapain sedih sih argggh jadi pengen nangis kan!" grutu Selly dari belakang Rey.
"Betul tu Sell, mendingan kita semua balik! Let's go gays" ucap Sila lalu masuk kedalam mobil yang diduduki oleh ke empatnya.
Kevano menjalankan mobilnya dengan kecepatan normal. sebelum balik ke rumah, mereka menyempatkan diri untuk kerumah Rey terlebih dahulu dengan tujuan mengambil barang barang Rey.
Hanya butuh waktu 15 menit diperjalanan menuju rumah Rey, waktu yang dibutuhkan hanya sebentar apabila jalan dijakarta tidak mengalami kemacetan.
Mobil Kevano terparkir rapi di halaman rumah Rey. Stela, Rey, Kevano, Selly, dan juga Sila turun secara bersamaan dari mobil Kevano.
Tatapan Rey terfokus kepada mobil putih yang terparkir didalam halam rumah Rey. Cowok itu sangat yakin bahwa pemilik mobil tersebut adalah neneknya.
Mereka melangkah maju untuk memasuki rumah Rey. Langkah kelimanya terhenti secara bersamaan saat mendapati seorang wanita tua sedang duduk santai di sofa berwarna putih.
"Dari mana kamu Rey?" tanya Lily selaku nenek dari Rey.
Rey tak menjawab pertanyaan Lily, ia melangkah maju menaiki tangga untuk mengambil barang-barang nya didalam kamarnya.
"Rey jawab nenek" ucap Lily dengan emosional yang membuat Rey berhenti tepat ditengah tangga.
Rey membalikkan tubuhnya yang membuat tatapan nya tertuju kepada Lily yang sudah menatapnya dengan intens.
Sedangkan Kevano, Stela, Sell dan juga Sila hanya terdiam ditempatnya sambil mencerna setiap percakapan Rey dengan neneknya itu.
Mereka tidak mau ikut campur dalam masalah orang, tetapi apabila orang itu berkelakuan kasar satu sama lain maka mereka tidak segan untuk membantunya.
Lily mendekati Rey lalu mendaratkan satu tamparan keras dipipi Rey yang berwarna putih.
"Nenek apa apaan sih!" bentak Rey sambil memegangi pipinya yang terasa panas.
"Kamu yang apa apaan, kamu masih ke makam mama mu yang udah bunuh anak nenek Rey!"
"Nenek harus ingat! Papa meninggal karena keracunan makanan diluar, kenapa harus mama yang kena imbasnya nek?" tanya Rey dengan Isak tangisannya.
"Nenek gak percaya kalau Rizal keracunan makanan diluar, nenek percaya kalau mama kamu yang racuni anak nenek!"
"Harus berapa kali Rey kasih tau nenek kalau bukan mama yang bunuh papa! Sekarang mama udah gak ada nek, kenapa nenek terus alihkan kematian papa ke Rey sama mama? Rey kecewa sama nenek!" jawab Rey lalu meninggalkan Lily yang masih terbenggun ditempatnya.
Ditempat lain, Rey buru buru membereskan semua barang-barangnya lalu meninggalkan rumah itu yang ia anggap seperti neraka selama hidupnya.
Saat Rey keluar dari kamarnya, Lily mentap Rey dengan wajah kebingungan karena Rey membawa kopernya.
"Mau kemana kamu Rey? Nenek udah bilang sama kamu, jangan macam macam sama nenek!"
"Rey bakal tinggal yang jauh dari nenek, Rey berani bersumpah atas nama almarhum papa sama Mama kalau Rey gak akan pernah mau bertemu dengan nenek lagi!"
"Jaga ucapan kamu Rey, kamu sama sama durhaka dengan mama kamu!"
"Harusnya nenek sadar dengan ucapan nenek. Ingat nek, anak nenek udah berkeluarga tapi kenapa nenek terus ikut campur semua urannya sampai nenek ngekang Rey dari kecil!"
"Udah nek Rey malas ladenin nenek, ingat satu hal nek dari Rey. Nenek bakal nyesak akan perbuatan nenek. Walaupun nenek nyalakan api yang jauh dri jangkauan orang tetapi asapnya masih kelihatan! Selamat tinggal nek" lanjutnya lagi lalu menyalimi neneknya yang masih dikuasai oleh emosinya.
Saat jauh dari Lily, langkah Rey terhenti kepada Kevano, Stela, Selly dan juga Sila yang masih berdiri ditempatnya.
Rey memberikan kode kecil kepada Kevano dan semuanya, agar meninggalkan rumah itu dengan cepat karena ia sudah muak dengan sifat Lily.
Saat didalam mobil, suasana begitu hening dan tidak ada satupun yang berbicara atau memulai percakapan.
Rey menatap pepohonan sepanjang perjalanannya, Rey memalingkan wajahnya agar tidak ada seorang pun didalam mobil itu mengetahui dirinya sedang menangis.
Disisi lain, pikiran Stela kini dipenuhi dengan berbagai pertanyaan yang harus ia tanyakan kepada Rey.
Untuk saat ini, Stela mengerti kondisi dan ia tidak mau menanyakan pertanyaannya itu pada waktu yang salah.
"Fariz lo tenang disana yah, gw bisa liat wajah lo di wajah Rey. Gw tau, lo sama Rey itu berbeda. Lo orangnya ceria, ngeselin, banyak omong dan keras kepala. Sedang Rey, dia orangnya pendiam, suka menyimpan seluruh masalahnya dipendam sendirian. Gw kangen Lo bang" batin Stela.
Tanpa disadari, pipi Stela sudah dipenuhi dengan tangisan kecilnya itu. Selly yang menyadari Stela sedang menangis, ia memilih diam karena ia tau bahwa Stela masih terpukul atas kepergian Fariz.
Gw rindu lo bang-batin Stela.
***
Update nih jangan lupa ramaikan yah🔥
Soal typo, aku minta maaf karena aku belum bisa revisi. Aku bakal revisi saat cerita ini and supaya revisinya lebih teliti lagi.
Buat kalian yuk ramaikan cerita aku, semoga votenya bisa mengejar jumlah ridersnya.