53. Terpaksa Pergi

59 17 0
                                    

~hatiku memaksakan aku untuk menetap, tetapi keadaan menyuruhku untuk pergi mengejar impianku~

~hatiku memaksakan aku untuk menetap, tetapi keadaan menyuruhku untuk pergi mengejar impianku~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini adalah hari ketiga yang paling menyakitkan dari hari pertama kematian Fariz. Hari yang dimana Stela harus meninggalkan keluarganya lagi demi semua pencapaian yang harus ia gapai.

Tepat pukul 05:00 dini hari, Stela terbagun akan kebisingan yang terjadi di depan kamarnya. Karena penasaran, Stela memutuskan untuk keluar kamar dan melihat ada apa yang sedang terjadi.

Stela berdiri diambang pintu dengan tatapan yang sulit untuk diartikan, rasanya ia ingin tertawa saat melihat Kevano sudah terbaring kesakitan di lantai dengan genangan air.

"Lo ngapain disitu kak?" tanya Stela dengan menutupi tawanya.

"Gw kepleset Stel, nih gara gara si Selly ngepel nya gak bener" grutu Kevano.

"YE LO AJA YANG GAK LIAT JALAN KAK, TAU GW NGEPEL LAH LO MALAH NENDANG AIR PEL GW DAN AKHIRNYA SENJATA MAKAN TUAN KAN LO KAK! HAHAH" protes Selly dengan tertawa lepas.

Selly tak mampu menahan rasa tawanya yang membuat Deris dan juga Rey memutuskan keluar dari kamarnya.

Saat melihat banyaknya genangan air yang disebabkan oleh air pel nya Selly, Deris mengerutkan keningnya akan bertanya sesuatu.

"Ini ada apa?" tanya Deris.

"Aku kepeleset bu" jawab Kevano sambil menundukkan kepalanya.

"Kamu jatuh kenapa? Apanya yang sakit?" tanya Deris khawatir akan keadaan Kevano.

Sungguh besarnya rasa ke ibuan yang di miliki oleh Deris, dan itu mampu membuat siapapun yang berada didekatnya pasti akan merasakan kenyamanan seorang ibu.

"Aku udah gapapa bu" jawab Kevano kepada Deris yang masih memeriksa keadaan Kevano.

"Lain kali hati hati dong yah, ibu baru selesai sholat subuh terus dengar ribut ribut yah udah ibu keluar."

"Kalian udah sholat?" tanya Deris menatap Kevano, Stela, dan juga Selly yang dihadapannya.

"Belum" jawab ketiganya dengan serempak.

"Yah udah kalian sholat gih sana, ibu mau masak dulu" jawab Deris lalu berbalik.

Tatapan dan langkah Deris terhenti saat mengetahui Rey berada di belakangnya.

"Hey Rey udah bangun?" tanya Deris yang langsung diangguki oleh Rey.

"Kamu kenapa pucat sayang? Kamu sakit?" lanjutnya lagi sambil memeriksa keadaan Rey karena wajah cowok itu terlihat pucat sekali.

"Rey gapapa kok Tante" jawab Rey yang masih dengan rasa malunya.

"Rey" panggil Deris pelan saat Rey menundukkan wajahnya.

"Kamu boleh manggil tante dengan sebutan ibu atau gak bunda yah, tante saranin kamu manggil tante dengan sebutan bunda aja yah. Karena, tante ingin sekali mendengar sebutan itu dari orang yang wajahnya mirip dengan ponakan tante."

My girlfriend is a doctor [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang