Teror

1K 52 0
                                    

Brakk....

Seluruh tatapan menuju ke arah Alena yang berdiri. "Na kenapa?." Tanya Rangga.

Alena menatap ke arah yang Rangga dengan wajah polos lalu duduk kembali. "Ngga gua kesel aja sama ini." Ucap Alena sambil menujukan layar ponsel nya yang menampilkan game.

"Kira gua apaan, ternyata cuma game doang." Ucap Cakra membuat Alena menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal sambil tersenyum kaku.

Alena menatap Audry. "Dari kapan lo di sini?." Tanya Alena kepada Audry.

'Sial dari tadi dia ngga nyadar ada gua.' Batin Audry kesal.

"Oh baru tadi ko, kenalin pacar gua Alaskar." Ucap Audry membuat Alena mengangguk dan kembali fokus ke ponsel nya.

"Alena lo ga kaget apa gua pacaran sama Alaskar?." Tanya Audry namun tidak di respon oleh Alena.

"Na gua ko ga nampa adek lo." Ucap Bima sambil mengedar kan pandangan nya.

"Ga sekolah." Jawan malas Alena.

"Lah kenapa?." Tanya Gren.

"Sakit." Jawab Alena.

"Malem rumah Alena kuy." Ucap Dimas yang di setujui semua nya.

"Kita boleh ikut na?." Tanya Ciko.

"Seterah."

Tidak lama ponsel Alena mendapat panggilan dari Alina.

"KAK." Teriak panik Alina membuat Alena kaget.

"Hem."

"Kak ada orang di rumah." Ucap panik Alina membuat Alena langsung berdiri.

"Siapa?."

"Ga tau, aku takut kak.. Hiks."

Suara pecahan kaca dari sebrang sana membuat Alena langsung berlari menuju parkiran.

"Kak cepet, aku takut banget... Hiks... Hiks."

"Iya." Ucap tegas Alena yang langsung mematikan ponsel nya dan menaiki motor.

Alena melaju dengan kecepatan tinggi, pikiran dan hati nya kacau saat mendengar suara ketakutan dari Alina.

Siapa pun yang berani melukai adek nya, akan berurusan dengan Alena, siapa pun orang nya.

Tidak lama Alena sampai di rumah mewah nya dan langsung bergegas memasuki halaman rumah nya, Alena melirik ke arah pos penjaga rumah nya yang tidak ada orang namun gerbang terbuka lebar.

Tanpa berfikir lama Alena melepas helem nya dan berlari ke dalam rumah, jantung Alena semakin tidak karuan saat pintu rumh nya tidak terkunci.

"ALINA!!." Teriak panik Alena sambil berlari menuju kamar Alina, dengan sekali tendangan pintu kamar Alina yang terkunci langsung terbuka.

"Alina?." Panggil Alena saat mendapati Alena sedang memeluk lutut nya di samping tempat tidur sambil ketakutan.

Alena terdiam, dia langsung teringat saat diri nya di kejar oleh penjahat dia juga melukukan hal yang sama dengan Alina.

"Alina." Panggil Alena sedikit lebih kencang membuat Alina melihat ke arah Alena dan langsung memeluk erat Alena.

"Hiks, Hiks, aku takut kak." Ucap serak Alina dalam dekapan Alena.

"Sutttt tenang ada gua." Ucap Alena lembut sambil mengelus pundak Alena agar lebih tenang.

Setelah Alina sudah tenang Alena berjalan ke arah kaca jendela yang sudah pecah lalu mengambil kertas yang di ikat batu.

Alena membuka kertas tersebut dan membaca tulisan nya, rahang nya mengeras, dan amarah nya sudah meledak ledak dalam diri.

"Gua bisa buat lo lebih hancur dari sebelum nya, Alena."

"Shit."

Alena mengatur nafas nya sambil terus melihat ke arah tulisan tersebut. "Siapa pun lo, gua pastiin akan gua bunuh dengan tangan gua sendiri." Gumam Alena.

"ALINA!!." Teriak Bastian dari arah pintu membuat Alena melihat ke arah nya dan langsung menyembunyikan kertas yang ada di tangan nya.

Bastian berlari ke arah Alina dan langsung memeluk Alina. "Maaf." Ucap Bastian.

Alina menggeleng kan kepala nya. "Ini bukan salah abang ko." Ucap Alina namun semakin membuat Bastian merasa bersalah.

Setelah melepas pelukan nya Bastian menatap ke arah Alena dan berjalan lalu memeluk Alena. "Lo ga papah kan?." Tanya kawartir Bastian yang hanya di jawab gelengan oleh Alena.

"Siapa orang nya?." Tanya Bastian kepada Alena.

"Ga tau, pas gua sampe dia udah ga ada." Jawab Alena.

"Apa ini salah satu musuh lo?." Tanya Bastian.

Alena menatap sekilas ke arah Alina yang masih menangis. "Gua ga tau, lo tenang aja bakal gua cari siapa pun orang nya." Ucap Alena sambil tersenyum.

"Gimana gua mau tenang, dia udah berani ngelakuin ini sama Alina, gua takut musuh lo semakin nekat." Ucap Bastian yang di anggukin oleh Alena.

"Pak Ahmad mana?, tadi gua lihat di pos ga ada." Tanya Alena karna dia tidak melihat pak Ahmad (satpam) di tempat biasa nya.

"Pak Ahmad pingsan, tadi pas gua cek di pos, tangan dan kaki nya di iket terus mulut nya juga di kasih lem." Jelas Bastian semakin membuat amarah Alena memuncak.

"Terus bi Hani kemana?." Tanya Alena karna tidak melihat bi Hani sama sekali.

"Lo lupa, semalem kan dia pamit pulang ke kampung nya karna anak nya sakit." Jawab Bastian yang di anggukin oleh Alena.

"Panggil orang buat benerin nih kaca jendela, malem ini Alina sama Elsa tidur di kamar gua aja." Ucap Alena yang langsung berjalan ke arah Alina dan membawa nya ke kamar nya.

Bastian menatap punggunh Alena dan Alina yang mulai menjauh, rahang nya mengeras dan tangan nya menggempal keras sampi urat urat nya terlihat.

"Agrahhhh bangsat, kalo gua tau siapa yang berani ngelakuin ini sama Alina, mati lo di tangan gua, ajing!!."









To be continued....

ALENA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang