Siapa yang salah?

944 49 0
                                    

Sudah hampir 4 bulan setelah perubahan Alina dan selama itu juga Alina menjadi pribadi yang cuek bahkan dia jarang untuk keluar dari kamar nya.

Alena yang bosen memutus kan untuk pergi ke markas Black Hold dan akan tidur di sana.

"Huaaa ga kuad gua." Ucap Egar yang langsung meletakan gelas berisi air.

"Gua tebak pasti pacar lu selingkuh." Ucap Bamas.

"Eh ajing jangan jangan lu ya cowok baru nya." Ucap Egar sambil menujuk Bamas.

"Sembarang lo, kemaren gua lihat pacar lo sama kawan kampus nya." Ucap Bamas.

"Eh tunggu, ko lo tau muka gua sama pacar gua?" Tanya Egar.

"Tau lah, orang kita tetanggan." Ucap Bamas membuat Egar mengangguk.

"Queen udah malem ini, tumben ga balik?." Tanya Akbar.

"Ngusir?" Ucap Alena.

"Kaga, biasa nya kan ga pernah mau sampe semalem ini." Jawab Akbar.

"Tidur sini." Ucap Alena.

"Sama deh gua juga." Ucap Candra.

"Ah gua juga lah." Ucap Zaki.

"Gua semalem udah, jadi pulang aja." Ucap Jeren.

"Mau kopi ga?" Tanya Akbar.

"Mau yang pedes." Jawab Egar semangat.

"Goblog!!" Teriak Akbar dan Zaki bersamaa.

"Kopi apaan yang pedes bambang." Ucap Jeren.

"Eh maksud nya yang manisan." Jawab Egar.

"Gua masuk dulu." Ucap Alena yang langsung masuk ke dalam ruangan nya dan mengunci pintu.

Alena berbaring di sofa panjang yang ada di ruangan nya, "Sebener nya Alina kenapa si?" Tanya Alena kepada diri nya sendiri.

******

"AAAAAAAAAA." Teriak seorang perempuan sambil menumbuk cermin yang ada di depan nya, tatapan nya kosong dan nafas nya memburu.

Perempuan tadi terjatuh dengan posisi duduk, air mata  nya terus mengalir bahkan kaki nya mulai mengeluar kan darah karna terkena pecahan cermin.

" kakak, aku takutt......" Ucap nya dengan lirih.

"AAAAAA BANGSATT!!!" Teriak nya lalu mengambil pecahan kaca dan mulai menyayat bagian paha nya.

Dengan tatapan kosong dia terus menyayat terus bagian paha nya sampi mengeluar kan banyak darah.

Menurut nya sakit dari luka ini tidak ada apa apa nya di banding kan luka yang ada di dalam hati nya, badan dan jiwa nya hancur bahkan dia sendiri tidak bisa menyembuh kan nya.

"Hiks....Hiks..... kenapa harus aku yang ngalamin ini? KENAPA HARUS AKUU!!!!" Teriak nya dan langsung menyat bagian urat nadi nya.

Darah mulai  mengalir dari tangan nya, pikiran nya kosong, dan, "Maaf." Ucap nya yang langsung terbaring lemas.

Brak...

Suara pintu yang di dobrak membuat tiga orang masuk.

"SAYANGG!!."

"ALINAAA!!." Teriak Ana, Alex dan Bastian bersamaan.

"Sayangg." Ucap Ana sambil berlari ke arah Alina.

Dengan cepat Alex menggendong Alina dan berlari menuju mobil untuk membawa nya ke rumah sakit.

Bastian yang mencoba menghubungi Alena namun tidak ada hasil, Bastian masuk ke dalam mobil sambil menenang kan Bunda nya.

"Sayang bangun sayang." Ucap Ana sambil terus menangis dan menepuk pipi Alina pelan.

"Sayang bangunnnn." Ucap Ana yang mulai histeris.

"ALEX CEPET, ALINA BANYAK KELUAR DARAH!!" Teriak Ana.

Sesampai nya di rumah sakit Bastian langsung menggendong Alina.

"DOKTERRRR!!!" Teriak Ana membuay beberapa suster berlari menghampiri mereka sambil membawa brankar.

Bastian meletakan Alina di brankar tersebut dan membantu suster mendorong brankar.

"Maaf mas, tunggu sini." Ucap salah satu suster dan langsung menutup pintu nya.

"Ayah Alinaa." Ucap Ana yang berada di pelukan Alex.

"Alina ga apapah, bentar lagi pasti akan sadar." Ucap Alex sambil menenang kan Ana.

Bastian duduk sambil memijat kepala nya yang pusing, "Tolol." Ucap nya dengan lirih.

Sedang kan di sisi lain Alina yang merasa tidak nyaman langsung menuju rumah nya.

Alena yang baru sampi ke ruamh nya langsung berjalan masuk ke dalam  rumah nya, merasa aneh Alena berlari menuju kamar Alena.

Alena terdiam saat melihat banyak darah dan pecahan kaca di kamar Alina, Alena masuk ke dalam kamar Alina dan menghidup kan lampu.

Melihat ada sesuatu di atas meja Alina Alena mengambil nya, "Bangsat." Ucap nya yang langsung mengeluar kan ponsel nya.

Panggilan tak terjawab dari Bastian membuat Alena langsung menelepon nya kembali.

"Dimana?" Tanya Alena saat Bastian menjawab nya.

'Rumah sakit Harapan.' Jawab Bastian.

Alena memutus kan sambungan telepon dan langsung berlari menuju motor nya.

Dengan kecepatan di atas rata rata Alena membelah jalanan, angin malam yang dingin tidak Alena perdulikan.

Hati Alena saat mengetahui alasan kenapa Alina menjadi orang yang sangat berbeda.

"Mati lo bangsat." Guamam Alena dengan nada marah.

Sesampai nya di rumah sakit Alina berlari menghampiri orang tua nya dan Bastian.

"Kenpa Alina?" Tanya Alena saat berada di depan Bastian dengan nafas yang memburu.

"Ga tau, tiba tiba udah ga sadar kan diri." Jawab Bastian membuat Alena menggepal kan tangan nya.

Bugh...

Alena menumbuk tembok membuay Bastian langsung memeluk nya, mencoba untuk meneng kan Alena.

"Jangan sakitin diri sendiri bodoh." Ucap Bastian sambil memeluk Alena.

"Ini salah gua bang." Ucap Alena.

"Ini bukan salah siapa siapa." Ucap Bastian sambil mengelus rambut Alena.

Alena terdiam, dia yakin bahwa semua ini ada sangkut paut nya dengan diri nya, tidak mungkin Alina melakukan hal seperti itu dengan sengaja.




To be continued....

ALENA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang