13. Kembalinya malaikat maut.

479 55 2
                                    

Selamat pagi, siang, sore, malem, tergantung kalian bacanya:)

Sebelumnya Vote dulu ya👍

Part special nih<3

•°•°•°•

Happy Reading-💗!!

•°•°•°•

Bukan dengan menyakiti diri sendiri, melainkan dengan mencari kebahagiaan sendiri.~ Chryshara Arghatta.

•°•°•°•

Hari menunjukkan pukul 23.00 dini hari. Mata Ara belum juga tertutup, meraba-raba kasur hendak meraih benda pipih berlogo apel digigit tupai itu.

Rasanya susah untuk sekedar memejamkan mata.
Lalu, beralih ke alam mimpi.

Akhir-akhir ini keadaan Ara banyak berubah, mulai dari jam tidur tidak teratur, jarang makan, mata panda dan lain-lain.

Semua berubah secara bersamaan, entah kenapa semua terasa berat saat ini, semakin hari ada saja cobaan yang harus diterpa satu per satu.

Suara deretan pintu mengagetkan lamunan Ara, Drrtt.
Ara langsung mengubah posisinya menjadi duduk, "P-Papah?" Tanya Ara, bertompang pada sisi atas ranjang.

Laki-laki paruh baya itu mendudukkan dirinya dipinggir ranjang, "Belum tidur, kamu?" Tanya Mahesa.

Hey? Ada apa dengan laki-laki ini? Mengapa dia begitu lembut malam ini?

Laki-laki paruh baya itu kembali membuka bibirnya yang terasa berat, "Jujur, papah berat mau bilang ini sama kamu, tapi kamu harus bisa menerima ini semua"

Suara langkah kaki terdengar dari tangga, menampilkan sosok Dito yang tengah berdiri gagah di ambang pintu, "Papah?"

"Sini, papah mau ngomong sama kalian berdua" Mahesa menepuk pundak Dito, lalu menyuruhnya duduk disamping Ara.

"Mamah kalian," Mahesa meneteskan air matanya, membuat kedua anaknya memunculkan beribu-ribu pertanyaan diotaknya.

Dengan berat, bibir tebal itu kembali bergetar, "Mamah kalian, menderita kanker otak stadium akhir"

Deg.

Tes.

Air mata Ara terjatuh dengan nakalnya, isakan terdengar saat itu juga, hatinya seperti disayat oleh belati, Ara menenggelamkan kepalanya pada dada sang Ayah.

"Ke-kenapa papah baru ngomong sama kita?" Tanya Dito, air mata juga turut membasahi pipi Dito.

"Selama ini, mamah merahasiakannya dari kalian, termasuk papah, udah sekitar 2 Minggu mamah dirawat di rumah sakit," laki-laki paruh baya itu melepas kacamata yang bertengger di depan matanya, lalu mengusap air matanya.

Ara terdiam, tak mampu berkata-kata. Mulutnya terkunci rapat, seakan semua energinya telah hilang, sakit sekali rasanya.

Ara merasakan pusing yang amat peda kepala bagian belakangnya, dan. Bruk.

Tentang AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang