40. Mading

275 39 11
                                    

Haiiii, comeback!❤️

Jangan lupa vote!! And komen sebanyak-banyaknya 😔🤚.

Happy Reading-💗!!

•°•°•°•

Semesta tidak jahat.
Kita saja yang sedang dilatih untuk kuat.

•°•°•°•

Malam ini cuaca terasa panas, entah karena cuaca, atau karena sekarang sedang berada didekat panggangan sate.

Iya, Dito benar-benar mengajak Ara dan Zahwa pergi tanpa sepengetahuan dari Mahesa, untung saja Dito cerdik, jadinya tugas kaya gitu sih, susah-susah gampang, hehe.

"Makannya jangan kaya orang kesurupan," tegur Dito.

Ara tak menghiraukannya, ia malah asyik melahap sate-sate didepannya ini, "Abang gak tau ya? Ara dari pagi gak makan tau," adunya seperti bocah TK.

Dito hanya tersenyum sekilas, ia cukup bersyukur karena Ara mau makan, mungkin karena efek terlalu lapar juga.

Ara mengelap sisa kecap di sudut bibirnya dengan tisu, "Bang, ke rumah Revan yuk? Sejak Revan pulang Ara belum jenguk," ujar Ara, teringat dengan omongan Yoga sore tadi.

"Besok aja, sekarang udah malem, Ara harus istirahat."

Zahwa mencela.

Ara cemberut.

"Ya tapi kan..... Ara pengen ketemu Revan!" Rajuknya.

"Besok, Abang janji!" Dito menautkan jarinya pada jari-jari Ara.

Ara akhirnya mengangguk pasrah dengan perasaan yang tak bersahabat.

•°•°•°•

Setibanya Ara disekolah pagi ini, dirinya dibuat bertanya-tanya, kenapa setiap dirinya lewat semua orang terus memandangnya dengan tatapan jijik?

Ara semakin risih, seolah, semua mata tak pernah lepas memandangnya dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Liat, si jalang dateng guys!" Heboh seorang gadis dengan kulit sawo matangnya.

"Iwh! Suka jijik deh gue kalo liat jalang-jalang pada keliaran kaya gini, kalian jijik gak sih?!" Balas seorang gadis lainnya, dengan nada yang dibuat semenjijikan mungkin.

"Tiati, ntar bapak-bapak lo pada di goda sama nih lonte!" Viana, dia mendorong dada Ara begitu saja, namun Ara tidak sampai jatuh.

"Mama gue jauh lebih menarik!" Balas Sabrina dengan nada tak kalah menohok.

Ara menatap sinis sekitarnya, sebenarnya apa yang terjadi Tuhan? Apa dirinya ditakdirkan untuk menderita lagi? Belum cukup semua ini berakhir?

"SALAH GUE APA?!" Akhirnya, Ara berteriak dengan lantang, ingin sekali rasanya menjahit mulut-mulut berengsek ini agar berhenti berbicara.

"Ya ampun, jalangnya kenapa? Atau pura-pura gak tau?" Viana, gadis itu kembali bersuara, "Ups..." Ujarnya sembari menutup mulutnya sendiri.

Tentang AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang