38. Hadirnya rasa benci

343 40 12
                                    

Halooo!!!

Udah follow belum nih?

Happy Reading-💗!!

•°•°•°•

Perlahan aku akan melepaskanmu tanpa ada kata benci.

.-- Araa.🥀

•°•°•°•

Ara melirik jam tangan sekilas, sudah pukul 15.30 itu artinya semua sudah tidak ada siapapun disekolah ini.

Ara takut......

Cahaya dikamar mandi semakin lama semakin redup, sungguh rasanya campur aduk rasa ingin mati saja, harapannya pupus seketika.

Tubuhnya melemas karena seharian belum makan.

Ceklek.

Brak!

Oh Tuhan...... Pintunya sudah terbuka.

Ara segera berdiri, lalu melihat Airin, Sabrina, Clarissa, dan banyak yang lainnya.

"Lo yang ngunciin gue?" Tanya Ara, memicingkan matanya, melihat sosok Airin yang sok jagoan ini.

Airin memutar bola matanya malas, "Iya, kenapa? Mau ngadu sama Arshel? Aduh kasian banget ya gengs, Arshelnya udah pulang tadi."

Semuanya tertawa, Ara hanya diam tak membalas, tapi matanya tak memperlihatkan bahwa ia takut sedikitpun pada gadis licik ini.

"Harusnya lo makasih sama gue, karena gue lo bisa keluar," ujar Airin lagi.

"Jangan harap gue makasih sama lo," ujar Ara, ia melangkahkan kakinya dengan tegas, sebelum akhirnya tangannya dicekal oleh seseorang, Clarissa pelakunya.

"Mau kemana, cantik? Main-main dulu lah sama kita-kita, iya gak?"

Ara menepis tangan itu dengan kasar, "BERANI LO SAMA GUE!" Bentak Clarissa, dengan lantang, membuat semuanya terperanjat kaget, kecuali Ara tentunya.

"Kenapa? Apa yang perlu ditakutin dari orang-orang kaya lo semua?!" Dengan kurang ajarnya, Ara menunjuk satu persatu wajah gadis didepannya ini.

Ia tak mau mengaku kalah sebelum bendera perang berkibar.

Gadis dengan surai sebahu yang diketahui namanya adalah, Viana itu berjalan mendekati Ara, memegang dagu Ara, yang langsung ditepis kasar oleh Ara.

"Tangan lo kotor, cuci tangan dulu gih," ujar Ara dengan nada meremehkan.

Ara berlalu, tapi sialnya Airin lebih cekatan, ia menyandung kaki Ara dengan kakinya, membuat tubuh Ara jatuh dilantai.

Airin berjongkok, menarik paksa dagu Ara hingga wajah Ara benar-benar menghadap ke dirinya, "Yakin hak mau main dulu?" Tawar Airin, tercetak jelas senyum miring diwajahnya.

Ara mendorong tubuh Airin sekuat tenaga hingga Airin terjatuh begitu saja, belum puas, Sabrina menarik rambut Ara dengan keras, membuat kepala jadi miring.

Tentang AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang