57. Pamitan & Ciuman Terakhir

486 26 2
                                    

Arshel yang ada didalam sel itu kaget, ia menyingkir mempersilahkan pelaku aslinya mendekam disini selama mungkin, bahkan kalau bisa seumur hidup.

"Lo tau kata sebaik-baiknya menyembunyikan bangkai, baunya akan tercium juga, dan itu lo dapetin hari ini."

"Brengsek lo!"

Arshel keluar dari sel itu, lalu menghampiri ayahnya.

"Ayah tau kamu nggak bersalah," Zhidan memeluk erat putranya, sementara Dito memandang kedua orang itu dengan segumpal rasa bersalah karena tak mencari tahu kebenarannya dahulu.

Dito berdecak, ia memberanikan dirinya untuk meminta maaf, meski ia tahu memaafkannya bukanlah perkara yang mudah untuk mereka.

"Om, saya minta maaf atas tindakan saya, saya tidak mencari tahu dan langsung menyimpulkan bahwa Arshel adalah pelakunya tanpa memberi kesempatan Arshel untuk bertemu dengan adik saya."

Arshel mendekat ke arah Dito. Ia memegang pundak lelaki itu dengan tatapan mata yang seolah berkata ia telah memaafkannya. "Gue juga minta maaf bang, udah buat Ara kecewa."

"Tapi keputusan saya sudah bulat, Ara akan tetap menikah dengan Revan!" Ketus Mahesa, ia menarik pergelangan tangan Ara dan keluar dari kantor polisi. Langkah Mahesa tentu saja diikuti Ara dan Revan.

"Pa...."

"Apalagi? Kamu mau menentang saya?"

"Bukan, pa.... Ara cuma mau minta maaf dulu sama Arshel..."

"Lagipula saya dan Ara juga akan berangkat 2 hari lagi ke Bali, dan akan menikah disana, om." Ujar Revan.

Mahesa dengan cepat menoleh. "B-bagus kalau begitu."

Tak bisa berbohong, Mahesa berbalik badan dan melepaskan kacamata lalu mengusap air yang sudah berkabung di pelupuk matanya.

"Pulang, beresin barang-barang kamu sekarang." Ketus Mahesa, ia berjalan dengan cepat mendahului Ara dan Revan. Ara menoleh ke arah Revan, sementara Revan mengangguk meyakinkan Ara bahwa semua akan baik-baik saja.

Lalu mereka berjalan, memasuki mobil dan menuju rumah Ara.

•°•°•°•

"Papa nggak jadi menikah sama Airin kan?" Sebenarnya Ara ragu untuk bertanya, tapi ia harus melakukannya karena Ara tahu Airin hanya mengincar harta papanya.

"Itu hak saya, kamu jangan ambil pusing."

Lagi-lagi papanya bersikap dingin seperti biasa, jujur hati Ara sakit mendengarnya. Apa Mahesa masih ingin melanjutkan hubungannya dengan Airin setelah tau kebenaran bahwa Airin dan kakaknya yang menyebabkan Ara seperti sekarang ini? Apa ada seorang ayah yang lebih membela selingkuhannya?

"Ara harap enggak, karena dengan papa menjalin hubungan dengan Airin papa udah khianati mama."

Mahesa bangun dari duduknya, ia memandang Ara yang masih berada diantara anak tangga "Apa maksud kamu? Mama kamu itu sudah mati! Apa tidak boleh kalau saya ingin mencari kebahagiaan saya lagi!"

"Papa dulu bilang sayang banget sama mama!"

"ITU DULU! SEKARANG SUDAH ADA AIRIN! DAN SATU LAGI, SAYA AKAN MENIKAH DENGAN AIRIN SECEPATNYA!"

"TERSERAH! TAPI YANG JELAS AKU SAMA ABANG NGGAK AKAN PERNAH MAU PUNYA IBU TIRI MODELAN JALANG KAYA AIRIN!"

Air mata Ara menetes, dulu papanya anti sekali dengan perempuan jika Ara sudah berbicara tentang mamanya, tapi kenapa sekarang tidak? Airin telah mengubah ayahnya menjadi gila.

Tentang AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang