How are you all?
Jam berapa kalian baca bagian ini?😀.
Jangan lupa vote dan komen disetiap paragraf😭🙏.
Happy Reading-💗!!
•°•°•°•
Nilai dengan mata, bukan telinga.
•°•°•°•
"ARGH!" Ara menendang kerikil yang menghalangi jalannya.
Sebuah mobil warna hitam berhenti tepat di sebelah Ara, atensi mata Ara teralihkan, menatap mobil itu, sepertinya tidak asing.
Pria didalam mobil itu keluar, "Ya ampun, kamu kenapa berantakan gini?"
Ara tersenyum kikuk, "Eng-enggak papa kok, om."
"Udah sore, pulang bareng om aja ya?" Tawarnya.
"Gak usah om, Ara bisa pulang sendiri kok, lagian Ara udah pesen taksi," bohong sekali, padahal Ara belum memesan taksi sama sekali.
Pria yang kira-kira umurnya sekitar 30 tahun itu menggeleng, "Udah ayo, jangan sungkan-sungkan sama om," ujarnya.
Ara menurut, lalu lelaki itu membukakan pintu mobilnya untuk Ara.
Cekrek.
Shit. Lagi-lagi para gadis ular itu memamerkan aksinya. Sial sepertinya besok Ara akan menjadi bulan-bulanan di sekolahnya.
"Tempel di mading!" Perintah Sabrina.
"Gas, ayo!" Selanjutnya, tiga gadis itu melenggang pergi, kembali ke sekolah.
•°•°•°•
"Kamu dikangenin sama Revan," ujar Yoga, sedikit menoleh pada Ara lewat spion.
"Ara juga kangen, nanti malem Ara kesana deh," ujar Ara lagi, "Anterin Ara pulang aja ya om."
Yoga mengangguk, "Jangan lupa, nanti ke rumah Revan."
"Om masih tinggal disana?" Tanya Ara, sembari merapikan seragamnya yang keluar-keluar.
Yoga mengangguk lagi, mobil berhenti tepat saat lampu hijau berganti merah, "Gimana lagi, Ra. Mbak Karin gak bisa kalau sendirian, Ara kan tau, papanya Revan kerja sebagai apa."
"Bagus deh kalau gitu," ujar Ara.
Lampu berubah menjadi hijau, mobil Yoga kembali melaju dengan kecepatan sedang, Ara sedikit menurunkan kaca mobil disampingnya, betapa dinginnya angin sore ini.
Ara kembali menutup kaca mobil, langit senja semakin menambah pesona sore ini.
Mobil Yoga berhenti di depan gerbang rumah Ara, tak lupa, sebelum Yoga pergi, Ara sempat mengucapkan terimakasih banyak padanya.
Satpam membuka pintu gerbang, "Loh, dek Ara kenapa? Kok berantakan seperti ini?" Tanyanya, prihatin melihat penampilan Ara yang bak gembel.
"Gak papa, pak." Ara tersenyum, lalu pamit masuk kedalam.
Butuh tekad untuk sekedar mengetuk pintu, ia takut Mahesa akan marah-marah padanya, walaupun akhir-akhir ini sudah jarang, tapi tetap saja rasanya masih trauma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Ara
Teen FictionBagaimana rasanya dipaksa dewasa oleh keadaan? Pernah mencoba berdamai dengan keadaan? Atau mungkin mencoba berbaur dengan luka? Semua pernah dirasakan oleh gadis bernama lengkap Chrysara Arghatta. Gadis periang yang kini menjadi muram, sedikit dem...