48. Tanggung Jawab?

302 27 15
                                    

Haii!

Ada yang masih nungguin cerita ini up?
Kalau masih ada makasih😡💖

Petualangan terbesar dalam hidup adalah mencintai diri sendiri.

•°•°•°•

Malam harinya Ara pulang dengan keadaan baik-baik saja. Kaki Ara menapak di lantai rumah. Yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Dito.

Posisinya Dito duduk di sofa sambil menatap tajam ke arah Ara. Was-was dan takut menyelimuti seluruh tubuhnya. Ara gelisah perihal testpack yang belum ia simpan, ia takut Dito melihatnya.

"Sini duduk, Abang mau bicara sama Ara," nada suara Dito terdengar berat dan serak, tatapannya berubah sendu, sementara tangannya menepuk sofa disebelahnya menyuruh Ara duduk.

Ara menurut, ia duduk disamping Dito. "Jujur sama Abang, apa yang terjadi sama kamu belakangan ini?" Mata Dito turun melihat perut Ara yang masih rata.

"Jujur gimana maksud Abang?" Tanya Ara gugup. Ara mempunyai firasat bahwa Dito sebenarnya sudah mengetahui semua yang terjadi pada dirinya belakangan ini.

Dito merogoh saku celananya, mengeluarkan benda tipis dari sana.

Deg.

Jantung Ara seakan melompat dari tempatnya. Matanya menatap tak percaya apa yang Dito bawa. "Kamu nggak jujur soal ini!" Dito membanting testpack itu ke meja. Tangannya mengacak rambut, frustasi.

"Kenapa?! Kenapa Ara bohong sama Abang! Kenapa, Ra?!" Dito marah karena ia gagal menjaga satu-satunya perempuan yang ia sayangi. Ia gagal menjadi seorang kakak. Ia juga gagal melindungi masa depan adiknya.

Ara menutup mulut dengan tangannya, ia menangis. Ara tidak pernah merasa setakut ini sebelumnya.

"Kamu buat Abang merasa bersalah, kamu juga buat Abang ngerasa gagal!" Mata Dito memerah, ia menunjuk Ara dengan jari telunjuknya.

"Cuma kamu yang bisa buat Abang merasa seperti ini, kecewa, marah, sedih. Semuanya kamu bisa. Kamu hebat, Ra."

Ara berdiri. "Maafin Ara. Ara cuma takut kalau bilang ini semua sama Abang." Ara menunduk, tak berani menatap mata tajam milik Dito.

"Apa dengan menyembunyikan ini selamanya kamu kira Abang nggak akan tau?! Perut kamu juga akan membesar!"

"Ara akan gugurin anak ini," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

Deg.

Dito tak menyangka apa yang Ara katakan. "GILA KAMU? DISINI ANAK ITU NGGAK BERSALAH! KAMU YANG NGGAK BISA JAGA DIRI! KAMU YANG KURANG BERHATI-HATI! DAN DENGAN MUDAHNYA KAMU MAU GUGURIN ANAK YANG BELUM SEMPAT MELIHAT DUNIA INI?!"

Mata Ara meneteskan air mata yang tiada henti, hatinya terasa sakit, dadanya sesak, matanya memanas. Apa ini waktunya kehilangan kepercayaan dari semua orang?

"ARA NGGAK MAU JADI IBU MUDA, BANG! ARA NGGAK MAU INI SEMUA TERJADI, ARA PUNYA CITA-CITA, ARA JUGA PENGEN PUNYA MASA DEPAN YANG CERAH!" Ara melawan, meninggikan nada suara.

PLAK!

Dito menampar keras pipi Ara. Membuat kepala Ara menoleh ke samping, demi tuhan ini rasanya berkali-kali lipat lebih sakit dari apapun. Ini pertama kalinya Ara ditampar oleh Dito.

Tentang AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang