31. Tentang Nyawa

299 32 3
                                    

COMEBACK!

JANGAN LUPA VOTE!

KOMEN!

SHARE!

AND FOLLOW❤️

SEMOGA BETAH SAMPAI ENDING!

Happy Reading-💗!!

•°•°•°•

◍Kapan aku bahagia, Tuhan?
Tolong hujannya berhenti sampai disini, tolong sudahi badainya, dan terbitkan pelangi.

•°•°•°•

"CEPETAN DIKIT KEK! UDAH MALEM, NANTI DIMARAHIN SAMA ABANG!" Ara berteriak lantang, hingga menghunus Indra pendengaran Revan

Revan menambah kecepatan, hingga ada mobil hitam yang mencegat motor Revan, Revan spontan mengerem motornya, hingga motor sedikit njengking ke depan.

Revan terkejut bukan main, lalu turun dari motor, dan mengetukkan tangannya pada kaca mobil itu. "Keluar, sialan lo!"

Jujur saja, Ara takut.

Sangat takut.

Pria dalam mobil itu keluar, bukan hanya satu orang, melainkan ada 4 orang sekaligus.

Oke. 4 lawan 1? Mereka pikir Revan takut? Tentu saja, tidak.

Tapi Revan juga tidak mungkin melarikan diri karena semua orang itu sudah mencegat arahnya. Benar-benar sial.

Seorang pria dengan wajah sangarnya, dan kacamata hitam bertengger di batang hidungnya, menurunkan kacamatanya perlahan, dan menaikkan kedua tangannya seolah mengintruksikan anak buahnya untuk melawan Revan sekarang juga.

Ara segera mengambil ponselnya, dan menelpon Arshel, lalu kembali memasukkannya ke dalam saku Hoodie, persetan Arshel akan mengangkatnya atau tidak.

Orang itu main keroyokan, satu orang meninju tepat di ulu hati Revan, lalu Revan terpelanting begitu saja ke aspal, tapi Revan tak sampai disitu.

Revan membalas pukulannya, tepat mengenai rahang tegas orang itu, satu orang lagi menendang punggung Revan, namun ia menghindar dengan cepat, dengan gerakan salto.

Revan menjepit kepala orang itu lalu menggicel lehernya dengan siku. Belum puas, Revan melakukannya sebanyak 7 kali.

Satu orang lagi, ia menendang lutut Revan dari belakang hingga membuat Revan kembali terjatuh, lalu menindih tubuh Revan hingga Revan benar-benar kehabisan pasokan udara.

Ara menelan ludahnya, menangis sejadi-jadinya, ia tidak berani mengeluarkan ponselnya.

Sudah cukup semua ini, Ara tidak kuat. Wajah Revan sudah babak belur.

Hingga beberapa saat, orang yang mengintruksikan tadi mendekati Ara, dan dengan lancangnya ia menarik paksa dagu Ara.

Ara menghindar, namun cekalannya kuat bukan main, ia hanya mampu pasrah, selebihnya biar Tuhan yang membalas.

Tentang AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang