4. Berisik

694 73 2
                                    

Happy Reading-💗!!

•°•°•°•

Matahari mulai menunjukkan pergerakannya, jam menunjukkan pukul 05.30 WIB. Sinar matahari menembus kaca jendela kamar Ara.

Mengecek handphone. Melihat jam, segera masuk ke kamar mandi dan membasuh muka lalu gosok gigi.

Mengambil handuk di lemari lalu kembali masuk ke kamar mandi dan mulai mandi. Setelah kurang lebih 10 menit, Ara keluar dari kamar mandi, sudah dengan pakaian seragam lengkapnya.

Mengambil ponsel, menghubungi sebuah nomor di ponselnya. "Halo?"

'hm.'

"Mau jemput Ara gak?"

'oke, lo tunggu di gerbang rumah, gue on the way'

"Makasih"

Mengikat tali sepatu di pinggir ranjang, lalu memasukkan ponsel kedalam tas berwarna hijau tosca itu.

Berlari keluar dari kamar dan menghampiri Ayah dan Ibunya di meja makan. "Mah, Pah, Ara berangkat dulu ya?" Ara Mengulurkan tangan, bersalaman.

"Gak sarapan dulu?" Tanya Rina, ibunya.

"Nanti sarapan disekolah aja."

"Hati-hati ya sayang" ujar Mahesa, ayahnya.

Ara berlalu dari ruang makan, menutup pintu rumah dan mengucapkan salam dengan lantang. "Eh Revan udah sampe aja?".

"Iyalah, Revan gituloh!"

Ara langsung menaiki motor Revan. Tancap gas, dengan cepat Revan melakukan motornya dijalanan Bandung. "Van, Ara mau curhat boleh?"

"Mangga, Revan dengerin."

Sahabat yang baik, tau ketika sahabatnya sedang susah maupun senang, namun kali ini beda, Ara seperti orang kesal. "Kemarin kan ada anak baru nih ya, terus dia malah ngajak Bu Ratri makan dikantin, alhasil gue sama si cowo gila itu kena hukum sama Bu Ratri, eh malah dia pingsan di tengah lapangan gara-gara berdiri 3 jam."

Ara selalu saja mengoceh saat dijalan, Revan hanya tersenyum manis di dalam helm full face nya. "Siapa namanya?"

"Arshel, gila sih sumpah dia cowo paling nyebelin yang Ara kenal!" Ara semakin dibuat tercengang oleh kehadiran sosok Arshel yang berhenti tepat di sebelah motor Revan yang terjebak lampu merah.

"Woy! Lo ngikutin gue ya!" Teriak Ara, membuat orang disekitar menoleh heran.

"Gila aja gue ngikutin lo! Unfaedah banget!" Jawab Arshel tak mau kalah.

"Diem Ra! Ini lampu merah, mau Revan tinggal?" Ancam Revan, Ara kicep.

"Makan tuh tinggal!" Arshel tertawa puas di sebelahnya.

Tak lama lampu berganti hijau, Ara dengan sigap menendang motor Arshel dan motor Revan langsung melaju kencang. "Sialan, liat aja nanti anjing." Gumam Arshel pelan.

•°•°•°•

Setelah sampai disekolah, Ara langsung menaiki tangga menuju lantai 3, tepat dimana kelasnya berada. "Ra! Tungguin ishh!" Rengek Revan dibelakang.

"Makanya cepet, cowok kok lemot banget sih?!"

Revan semkin mempercepat langkahnya. Semakin cepat langkah Revan, Ara semakin tertinggal jauh. "Kok malah Revan yang ninggalin Ara?!" Bentak Ara, Revan langsung berhenti didepan kelas XI IPA 3.

"Gue cepet dibilang kecepetan, gue lambat dibilang lemot, Ara gak jelas!" Sentak Revan.

Ara mendengus kesal di depan Revan. Sedangkan Revan? Tersenyum penuh kemenangan, membuat Ara semakin menggerutu tak terima.

"Nanti gue tunggu dikantin! Kalo gak dateng awas aja lo kampret!"

"Hm."

•°•°•°•

Arshel baru saja memasuki gerbang sekolah dengan keadaan jauh dari kata rapi. Ditambah aura badboy nya keluar. Semakin menambah eurofia seorang Arshel. Manu Rios aja kalah.

"Hai" sapa seorang perempuan dengan rambut panjang sepinggang itu. Kulitnya putih bersih, sepertinya keturunan luar.

"Eh Airin" ujar Arshel, membuka helm dan meletakkan diatas motor.

"Nanti ke kantin bareng gue ya?" Tawar Airin.

"Hm. Boleh juga" Arshel menyetujui tawaran Airin.

"Ya udah gue ke kelas dulu ya! Happy a nice day!."

Arshel diam-diam menyunggingkan senyum yang membuat para betina langsung luluh.

Arshel berjalan ke kelas dengan seyuman yang sumringah.

"ARSHEL!" Teriakan yang mampu membuat hidup Arshel jadi antimeanstream.

"Apaan sih, sayang? Gue baru aja dateng juga, udah kangen yang?" Jawab Arshel penuh rasa percaya diri.

Setelah menoleh ke arah pintu, Arshel menemukan Arkilla yang dengan riangnya berjalan menuju arahnya. Waduh sepertinya salah tanggap si Arshel.

'wah anjir, gue kira Ara yang manggil.'

"WHAT WHAT!!! DEMI APA LO MANGGIL GUE SAYANG?! ASTAGA JADI PENGEN AJAK KAWIN ANAK ORANG!" Teriakan tersebut mampu mengundang perhatian banyak murid yang berlalu-lalang.

Arshel dengan cepat mengumpat, masuk ke dalam kelas dan menghampiri Ara yang masih sibuk dengan permen karet nya di pojok kelas. "TOLONGIN GUE DARI SI IBLIS NERAKA!" Arshel bersembunyi dibalik tubuh mungil Ara.

"DASAR MANJA!" Bentak Ara.

Perlu kalian ketahui bahwa yang dimaksud 'manja' itu bukan manja yang sesungguhnya. "Lah kok manja sih!"

"MANUSIA JAHANAM!" Teriak Ara, Arshel terbelalak mendengar apa yang keluar dari mulut Ara.

Arkilla berlari menuju kursi tempat Ara duduk. Dan memperbaiki tali sepatu, ketika itu, dia melihat Arshel dibawah meja, Arshel yang ketahuan hanya tersenyum lebar dengan tatapan seakan berbicara plis-jangan-teriak!.

Namun terlambat, Arkilla tidak bisa mencerna raut wajah Arshel. "AAAAA YAYANG ARSHEL!" Teriak Arkilla, membuat Ara menutup kedua telinganya rapat-rapat.

•°•°•°•

_ T o o B e e C o n t i n u e _

Penasaran kapan part sedihnya muncul? Baca part selanjutnya ya!?✨❤️.

Salam sayang.
Evanuriyaa-💗!!

Tentang AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang