43. Titik luka

321 39 8
                                    

Haii~ masih betah nunggu kan??

Yuk langsung aja....

Happy Reading-💗!!

•°•°•°•

Kau tak perlu khawatir, aku masih disini, menunggumu, jangan lama-lama perginya, yah. Karena disini ada rumah yang butuh kehangatan, dan ruang kosong yang kesepian.🥀

•°•°•°•

Author POV....

"Simpanannya om-om ya?" Seorang gadis menatap Ara sinis.

Ara tetap berjalan santai, tak peduli apa kata mereka.

"Ya Tuhan, semoga bapakku gak kepincut lonte macam dia," ujar seorang laki-laki yang sekelas dengan Ara.

Ara menajamkan matanya, melirik sinis laki-laki tersebut yang bernama Rian. Masih ingat dengan Rian?

Nyali Rian sempat menciut akibat tatapan tajam yang dilayangkan Revan setelahnya, "Ngomong sekali lagi, gua bogem lu!" Revan sudah menarik kerah seragam dan hendak melayangkan bogeman pada Rian.

Revan memperhatikan Ara yang duduk di bangku, tampak kursi disebelah Ara kosong, Revan segera melangkahkan kakinya, sebelum akhirnya Arshel datang menyerobot duduk disebelah Ara.

Revan yang mengerti memberikan isyarat pada Ara bahwa dirinya hendak ke kelas dulu, dan dapat anggukan sekilas dari Ara.

"Maafin aku ya?" Arshel meletakkan tangannya di atas tangan Ara.

Ara mengalihkan pandangannya, tak ingin menatap Arshel lekat kali ini.

"Hei, liat aku, aku disini," Arshel menangkup wajah Ara membuat Ara menoleh secara paksa. "Maafin aku."

"Minta maaf buat yang mana? Salah kamu banyak loh." Jawab Ara jujur, memang salah Arshel ini banyak.

Arshel menghembuskan nafasnya dengan lembut.

"Buat semuanya," tangannya terulur mengelus surai milik Ara.

Ara malah tersenyum miring, gampang sekali Arshel kalau ngomong.

"Gampang banget ngomongnya, kamu pikir kesalahan yang kamu buat itu kecil?" Tanya Ara. Masih setia dengan tatapan sinisnya.

"Iya makanya aku minta maaf, maaf...."

Ara menepis tangan Arshel dengan kasar. "Udahlah, aku bosen tiap kali kamu ngelakuin sesuatu gak dipikir dulu, aku kasih kamu maaf supaya kamu bisa merenungi kesalahan kamu sebelumnya, bukannya malah ngelakuin hal sama lagi, Ar. Aku capek..... Udah ya?" Ara meneteskan air matanya, lalu Ara mengusap bekas air mata itu dengan kasar.

"Tolong jangan minta putus..."

"Kenapa? Salah aku minta putus? Aku berhak kok," Ara kali ini dengan berani menatap mata elang milik orang yang masih berstatus sebagai kekasihnya ini.

Arshel menggeleng dengan air mata yang menetes.

Arshel benar-benar mencintai Ara.

Tentang AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang