42. Curahan hati

288 36 9
                                    

Haii!!

Berat banget buat kasih vote ya?

Happy Reading-💗!!

•°•°•°•

Kegagalan bukan kunci untuk menyerah, kegagalan adalah sesuatu yang bisa membuat kita bangkit lagi dan terus berjuang.

•°•°•°•

"Azyla seneng kok," jawab Azyla.

Pria dengan tuxedo hitam yang melekat apik dibadannya itu tengah berkunjung ke Bandung untuk menyelesaikan urusan bisnis.

"Jangan buat ulah, kamu juga, kalau sampai papi denger kalian bertingkah, papi gak segan-segan usir kalian dari sini."

Pria itu keluar dari ruangan, meninggalkan dua anak remaja yang kini ia telantarkan demi menjalankan sebuah bisnis.

Gila? Tentu saja iya.

"Zam, aku mau tidur dulu," pamitnya.

Gadis itu menyelimuti badannya, untungnya hari ini tidak ada kekerasan yang terjadi selama Dion-- Ayahnya, berada disini sejak sore tadi.

"Zy, lo punya nomor Ara?" Dengan perasaan ragu, Alzam bertanya, ia takut disangka bahwa dirinya suka pada Ara, karena daritadi pandangan Azyla terus berpusat padanya.

Azyla menoleh, menunjuk nakas dimana ponselnya terletak, "Cari aja namanya."

Alzam bergerak mengambilnya, lalu ia kembali ke sofa dan mencatat nomor Ara pada ponselnya.

Ara XII IPA 5

Save.... Alzam Revindra

Cukup lama menunggu balasan dari Ara, tapi anehnya ia terus memandang roomchat itu tanpa bosan. Hingga akhirnya notifikasi masuk.

Siap.

Alzam terlalu gugup untuk melanjutkan chat nya, akhirnya ia memutuskan untuk mematikan ponsel itu dan keluar dari kamar Azyla.

"Gue gak pernah ngerasa gini ke cewek sebelumnya."

•°•°•°•

Setelah membalas chat dari Alzam, Ara menatap langit-langit kamarnya, sepi sekali, biasanya ada Zahwa yang sedang sibuk memakai skincare, tapi sekarang lain, Zahwa sudah pulang ke rumah neneknya di Jakarta.

"Awa gue kangen, gila, padahal baru tadi sore dia balik, udah sepi aja nih rumah."

Gumamnya sembari menutupi tubuhnya dengan selimut.

Ara menatap ponselnya dengan malas, notifikasi mengagetkannya, ia melihat siapa yang mengirimnya pesan, mungkinkah ini Alzam? Atau Revan?

Ponsel berdering nyaring, nama Arshel tertera jelas dilayar ponselnya, ia memilih mematikan telepon itu, tapi lagi-lagi ponsel itu berdering lagi, sudah berkali-kali Ara menolak panggilan itu, tapi Arshel tetap kekeuh menelponnya.

Dengan berat, Ara mengangkat panggilan telepon tersebut.

"Assalamualaikum, sayang," terdengar suara berat dari sebrang sana.

Tentang AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang