52. Bukti Kuat

270 24 0
                                    

Jika memang kita ditakdirkan untuk bersama, Tuhan pasti akan mempertemukan kita dengan cara yang lebih baik daripada ini.

•°•°•°•

Tepat disaat pukul tiga sore, Ara menelepon Dito. Rasanya ia merindukan kakak laki-lakinya itu. Ia sudah lama tidak bertukar kabar. Bahkan sampai perutnya membuncit.

"Assalamualaikum, bang."

"Kenapa? Tumben nelpon abang."

"Gimana keadaan rumah, bang? Abang baik-baik aja kan? Papa juga gimana kabarnya?"

"Tadi Arshel datang kesini, dia lagi nyari tau keberadaan kamu, kamu hati-hati. Jaga diri kamu baik-baik."

Ara mematung. Untuk apa lagi laki-laki berengsek itu mencarinya? Apa ia masih belum puas dan ingin menyakitinya lebih dari dulu? Heiii, luka yang ditanamnya beberapa bulan lalu belum mengering.

"Abang jangan kasih tau, ya?" Suara Ara kini menjadi serak.

"Iya, Abang nggak akan kasih tau dia. Besok Abang kesitu ya?"

"Yakin Abang masih mau ketemu adik Abang yang nggak tau adab ini?"

"Ngomongnya dijaga, ntar kalau ketemu Abang sentil, mau?"

Ara tertawa sejenak. Lalu kembali pada topik. "Jangan. Ya udah, Abang semangat kerjanya! Cepet dapat cewek ya!"

Ara tertawa geli sembari menutup teleponnya dengan cepat. Takut kena semprot Dito sebenarnya, karena mengungkit masalah cewek. Dito itu jomblo akut. Ia sebenarnya menjadi incaran para karyawan dikantor. Tapi pria tampan itu belum siap menjalin asmara. Ia juga tak yakin apa itu cinta.

•°•°•°•

"Gue harus cek cctv disekitar tempat itu."

"Percuma! Disana nggak ada cctv maupun saksi mata, bego banget lagian, orang juga ngotak kalau bikin rencana, dia bakal cari tempat yang paling aman!" Orang itu meyakinkan. Bagaimanapun juga, tempat itu berada di pinggiran kota. Jalannya sepi dan jarang ada orang lewat. Jadi bagaimana bisa ada cctv ditempat seperti itu?

Suara itu suara Zaiko. Arshel sudah menceritakan pada Zaiko dan Rendy berkat hasil paksaan dari Zaiko, dan berharap mereka bisa membantu. Tapi nyatanya tidak sesuai ekspektasi. Nyatanya mereka malah mempersulit rencananya.

Arshel bercerita dari kejadian ia bersama Airin, tuduhan ia menghamili Ara. Keluarga Ara yang enggan untuk menerima pertanggungjawaban keluarganya, sampai Ara yang kabur selama tiga bulan terakhir ini.

"Apa salahnya sih, nyoba aja belum!" Arshel kembali menekan kata-katanya.

"Lo inget terakhir kali lo lewat mana? Sama siapa? Mungkin lo ada kamera di mobil, dan itu bisa jadi bukti." Rendy berujar.

Mantap!!

Itu ide yang sangat cemerlang. "Subhanallah! Tumben si buriq satu ini pinter!" Zaiko menepuk paha Arshel dengan keras hingga menimbulkan suara.

"Seinget gue, terakhir gue ada dijalan teratai tujuh, Deket pohon besar." Arshel menjelaskan, "Udah, ingatan gue mentok disitu, ah anjing!" Ia menundukkan kepalanya, frustasi.

Tentang AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang