59. Makna dari kehilangan

724 33 4
                                    

"Akan ada kalanya kita kehilangan, bukan hanya kehilangan seseorang yang kita sayang, tapi juga tentang kehilangan jati diri, kehilangan kepercayaan, kehilangan kebahagiaan karena memang semesta sudah merenggutnya."

•°•°•°•

Ketika mobil Zhidan sampai di tempat, buru-buru mereka semua turun dan berlari untuk menuju lokasi, lokasi kejadiannya cukup jauh dari mobil yang mereka parkirkan, karena disana mobil juga berderetan banyak sekali. Mobil tim SAR, polisi, ambulan, damkar, dan mobil para keluarga korban juga tak kalah banyak.

Dito melihat sekeliling, ia menemukan Revan yang tengah membungkuk, "Van?" Panggil Dito.

Revan menoleh, "Bang.... Adik lo.... Gue gagal jaga dia."

"Apa maksud lo ngomong gitu? Hah?!" Dito semakin dibuat panik kala melihat seseorang yang ditutupi kain.

"I-ini siapa, Van?" Tanya Arshel yang mulai mendekat.

"Anak saya dimana? Hah? Dimana Ara?!" Tanya Mahesa dengan nafas ngos-ngosan.

"Maaf, maaf banget.... Tapi Ara dan bayinya udah nggak ada...." Revan masih menangis tak terima.

"Tapi ini bukan Ara, Ara kan lagi hamil...." Ujar Dito.

"Gue bilang, Ara sama bayinya meninggal, lo denger kan? Tadi janinnya udah dikeluarin sama dokter, dan memang meninggal."

"NGGAK! NGGAK MUNGKIN! LO BOHONG KAN?!"

"Buat apa gue bohong, bang? Lo kira gue bohong kaya gini lucu?"

Zhidan segera membuka kain yang menutupi, betapa terkejutnya mereka semua ketika melihat bahwa memang itu Ara, wajah cantiknya kini telah mati.

Arshel bagai dihantam duri-duri yang amat tajam, melihat wanita yang ia cintai kini sudah berpulang, kulit putihnya kini menjadi sangat pucat, bibir yang tadinya merah merona kini pucat, suara lembutnya sudah takkan ia dengar untuk selamanya.

"Ara? Anak papa? Papa mau minta maaf, walau papa tau maaf papa nggak akan mengembalikan kamu.... Papa nggak akan pernah nikah sama Airin, papa janji sama kamu, sampai kapanpun papa nggak akan pernah menikah lagi."

"Papa belum sempat memeluk kamu, nak.... Papa belum sempat mencium kening kamu... Dan sekarang? Apa papa menyesal hanya untuk mengantar kamu ke sisi Tuhan? Papa belum bisa jadi sosok pemimpin yang baik buat kamu, papa belum sempat memperlakukan kamu seperti anak papa, papa minta maaf..... Papa minta maaf...."

"Kalau boleh jujur, papa hanya ingin mendidik kamu, tapi papa sadar, cara papa salah, sangat salah. Papa sayang banget sama kamu.... Maaf ya nak...."

"Bangun, nak.... Tampar papa untuk semuanya, hukum papa semau kamu, tapi tolong jangan menghukum papa dengan cara ini, papa kangen rewelnya kamu, papa kangen cerewetnya kamu, papa kangen dipanggil sama kamu...."

"Ara harus tau satu hal, papa nggak pernah sebenci itu sama kamu, Ra. Ayo bangun sayang.... Papa mau menebus semua dosa papa, papa belum siap kehilangan kamu...."

Mahesa tersedu-sedu sembari memeluk jasad putrinya. Bau anyir darah pun tak ia pedulikan, ia menyesali perbuatannya, ia ingin putri kecilnya kembali.

"Mana? Katanya kamu mau kasih papa cucu, tapi kamu sekarang malah pergi, andai papa buka kamar kamu lebih cepat, pasti papa nggak akan kehilangan putri kecil papa ini..."

"Andai papa mengijinkan kamu menikah di Bandung, pasti semuanya bakal baik-baik aja, sayang.... Ini semua salah papa."

Dito semakin menangis ketika mendengar ucapan papanya, ia mengangkat bahu papanya, "Pa.... Udah pa, ini bukan salah papa."

Tentang AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang