25. Lamborghini Aventador

303 41 3
                                    

HAII❤️

Btw, selamat siang>3

Votmen?

Follow?

Happy Reading-💗!!

•°•°•°•

◍Jangan terlalu takut akan malam yang gelap, kadang. Kalian tidak sadar, kalau dibalik kegelapan itu ada berjuta-juta bintang yang menunggumu untuk berbagi cerita.

.-- Kutipan malam.🥀

•°•°•°•

Rasanya, sudah lama Ara tak membuka buku diary nya, buku diary inilah yang menjadi saksi bisu kesedihan Ara, menjadi teman dalam kesepian Ara, dan menjadi teman curhat walaupun buku tersebut sama sekali tidak membalas curhatan hatinya itu.

Ara rindu mamanya.....

Ara rindu Ariel.....

Ara rindu Arya....

Adik kecilnya itu, selalu membuat wajah Ara menjadi sedih lagi, Ara sangat merindukan ketiganya, sejujurnya, ia belum mengikhlaskan mereka pergi.

Ara tertawa getir mengingat bagaimana kedua orang tuanya membencinya dulu.

Tamparan, bentakan, dan pukulan dari Rina dan Mahesa, Ara rindu itu semua, Ara lebih baik mendapat luka setiap hari dari pada harus kehilangan mereka satu per satu.

Ara meneteskan air matanya, dan jatuh di atas buku hariannya.

Tinta merah itu sedikit tergores ke buku. Membuat Ara memoleskan tinta merah itu pada bukunya.

Tangan Ara bergetar, ia menangis lagi.

"A-ara kangen mama, Ara kangen papa," isakan kecil terdengar.

Ya. Dunia ini memang kejam, Ara harus menanggung semua rasa pedih ini.

"Ara kangen mah...."

"Ariel, maafin Ara ya?"

Tante Airini, bagaimana kabarnya? Ara harus memeriksanya, tapi tidak sekarang.

"Jangan buat semuanya makin rumit Tuhan."

Ara membuka lembaran buku diary itu, terdapat banyak sekali curahan hatinya. Dari ia yang ditinggalkan Arya, itu adalah saat pertama ia mengenal buku diary-nya.

Saat menerima hukuman atas kematian Arya, saat Dito pergi meninggalkannya, saat dirinya ditinggal oleh Ariel untuk sekolah di negara tirai bambu, sampai Ariel meniggalkan dirinya untuk selama-lamanya, lalu saat dirinya dibentak, ditampar oleh kedua orang tuanya, Rina meninggal, lalu saat Mahesa memberikan kejutan berupa kalian bakal punya adik.

Hati Ara terasa disayat-sayat, dadanya sesak, seolah pasokan udara disekitarnya habis, tangan dan kakinya bergetar hebat.

Ara mengusap semua tulisan dibukunya, lalu beralih menatap lembaran kosong, dan mulai menuliskan kata menggunakan tinta merah.

Tentang AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang