36. Seperti keluarga baru

332 32 7
                                    

Hai, gimana kabarnya all?

Jangan lupa share!

Happy Reading-💗!!

•°•°•°•

Dan ucapanmu adalah ilusi yang sempat ku yakini.
-- Chryshara Arghatta.

•°•°•°•

Jam masih menunjukkan pukul 02.35 yang artinya ini masih sangat gelap, keadaan rumah ini sepi sekali, tapi kenapa Ara malah terbangun dijam-jam yang rawan ini, bahkan ia sudah mencoba untuk memejamkan matanya, tapi usahanya selalu gagal, ia lalu memutuskan untuk membuka ponselnya, lagipula dari tadi ia tidak melihat ponselnya itu.

Oh tidak, ada sekitar 25 panggilan tak terjawab dari 5 panggilan tak terjawab dari Zahwa, dan 3 panggilan tak terjawab dari Mahesa, ia memang sedari tadi mematikan data.

Bahkan ia merasa bersalah telah merepotkan Papah dan Bunda, ia jadi merasa punya hutang Budi, jika saja Papah tidak datang, mungkin nyawa Ara akan menjadi taruhannya, bukan hanya itu, pasti Airin akan sangat senang mendengar kabar bahwa dirinya telah hangus dari bumi.

Ara termenung sejenak, ia berpikir bagaimana raut bahagia yang terpancar dari wajah Arshel saat diundang makan malam bersama Airin dan ibunya, memikirkannya saja sudah membuat Ara menahan emosinya.

Apa tidak boleh jika Ara bahagia? Arya sudah diambil oleh Tuhan, Ariel juga, bahkan Mama, Ya Tuhan, jangan kau ambil Papa dan Kakak pula, jika itu terjadi, maka dunia Ara akan berhenti berputar, sudah tidak ada harapan lagi untuk dirinya hidup.

Entah dorongan dari mana, tiba-tiba saja air mata Ara luruh, ia kembali merasakan manisnya seorang ibu, dan kasih sayang seorang ayah, Ara merasakan betapa dinginnya malam ini.

Andai saja, Rina masih ada disini, ia pasti akan menemani Ara ketika udara malam terasa sangat dingin dan menusuk hingga ke tulang-tulang.

"Jam nya berputar lama banget."

Ara bergumam pelan, sebenarnya ia takut, bukan hantu. Tetapi, orang jahat, mengapa manusia lebih menyeramkan dibanding setan? Ah sudahlah, malam-malam begini malah overthinking.

Memang, malam adalah waktu yang sangat tepat untuk memikirkan hal-hal yang jarang kita pikirkan, apalagi overthinking sampai menangis, rasanya luar biasa sekali nikmatnya.

Sudah berjam-jam Ara termenung seraya menatap layar ponselnya, tetapi jarinya tak menunjukkan pergerakan, lalu tak berapa lama, suara adzan subuh terdengar ditelinga Ara.

Ara segera bengkit dari rebahan, lalu pergi ke kamar mandi, terdengar suara orang membuka pintu dari kamar mandi, membuat Ara cepat-cepat mengambil air wudhu dan langsung keluar.

Lihat siapa dia, dia lelaki tampan dengan seribu kelebihan, dan sejuta kekurangan. Wajah tampannya bahkan lebih mendominasi kekurangannya.

"Mau ke mushola gak?" Tanyanya pada Ara.

Ara menggelehg cepat, kemudian langsung keluar kamar, dan menemukan Hani tengah berkutat dengan mukenanya.

"Bunda, ada mukena lagi gak?" Tanya Ara.

"Ada di lemari kamar tamu, sayang, kamu pakai aja," ujarnya, lalu Ara mengangguk dan tak lupa berucap terimakasih.

Tentang AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang