18. Hari patah hati

404 47 8
                                    

HELLO FRIENDS 📚🧡

VOTE DUKU SEBELUM MEMBACA (✩)

FOLLOW JUGA YA ^_^

💜ILY💜

•°•°•°•

Happy Reading-💗!!

•°•°•°•

◍Bukan tentang siapa yang mencintai lebih dulu, tapi tentang dia yang bisa membuatmu lebih dari siapapun🥀.--

•°•°•°•

(Skip Apartemen)

Cepat-cepat Ara berlari menghampiri seorang pelayan, dan bertanya, "Revan ada di kamar mana ya, mbak?"

"Pak Revan nya ada di kamar nomor 350, lewat lift yang sebelah sana ya, kak," ujar pelayan tadi, menunjuk lift yang ada disebelah kanan.

Dito geleng-geleng kepala melihat adiknya, sepertinya sayang sekali pada Revan.

Dito mengikuti langkah Ara, Ara berlari sambil melihat-lihat pintu, namun tak kunjung menemukan nomor 350.

"Sini, Ra. Ini pintunya," Dito melambaikan tangannya.

Ara mengetuk pintu.

"HEH! ARA DATENG, BEGO!" Teriak Arshel, berbisik-bisik.

Dengan sigap semuanya mengambil posisi dibelakang pintu, "Masuk aja," ujar Arshel.

Ara membuka pintu apartemen, alangkah terkejutnya Ara saat menemukan banyak anak sekolahnya disana.

Bahkan Arkilla dan Airin yang notabennya tak suka pada Ara juga disana. Dengan wajah malas Arkilla memperlihatkan senyum sumbangnya.

"Happy Birthday, Ra" ujar Revan, membawa kue ke hadapan Ara.

Dito mengecup singkat puncak kepala Ara.

"Hiipi birdhiy, Ri" Arkilla mencibir pelan, menirukan gaya bicara Revan.

"Idih, najis banget, kalo gak di paksa sama Arshel, ogah gue kesini," Airin menyahut, mendapat anggukan dari Arkilla.

Air mata Ara sudah berada dipinggir, hampir saja terjatuh kalau saja Ara tidak menahannya, "Makasih, loh. Udah repot-repot," sebenarnya Ara tidak enak hati, bisa-bisanya si curut itu menipunya.

"Caper banget, idiw!" Lagi-lagi Arkilla menggerutu kesal. Kenapa harus Ara terus? Ara dan Ara!

"Masuk aja yuk!" Zaiko menyunggingkan senyum manisnya pada Ara.

Kenapa Ara baru menyadari, bahwa Zaiko itu sangat tampan, aduh hati Ara seakan berdenyut keras.

Ara melangkahkan kakinya ke dalam apartemen, melihat semuanya sudah dihias dengan se-apik mungkin.

Ara sempat tak percaya, apa benar Revan dan tiga curut ini yang menghiasnya?

"Potong kue-nya, Ra," Ara lalu menurut, memotong kue itu menjadi beberapa bagian.

Tentang AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang