16. Hari spesial tanpa ada yang spesial

456 52 7
                                    

Sebelum baca, yuk pencet tombol (☆) dulu yuk!

Wajib loh, kali ini aku buat chapter yang lumayan panjang dari biasanya.

Siap
Sedih?



Itung-itung biar semangat nulisnya^_^

Kalo udah vote, markicus aja dah.

Oke.

Happy Reading-💗!!

•°•°•°•

"Hari spesial tanpa ada yang spesial"

•°•°•°•

Baru saja Ara dan melenggang pergi dari sekolah, sekitar 5 menit yang lalu, kali ini mereka berada di cafe dekat sekolah.

Tentu saja, tiga curut ikut serta.

"Mbak, pesen jus jeruknya satu ya," ujar Revan, memberi senyuman pada pelayan tadi, "Mau pesen apa?" Tanya Revan pada Ara.

"Samain aja."

Jujur. Kali ini Ara sama sekali tidak berminat untuk keluar rumah. Ara juga tadi sempat menolak ajakan Revan, tapi dipaksa oleh tiga curut itu.

"Ren! Ren! Ngetik-tok lagi, yuk?" Ajak Arshel, dan diberi tanggapan cepat oleh Rendy.

"Repan! Lo harus ikut! Titik. Gak pake koma apalagi tanda tanya!" Paksa Rendy, menarik tangan Revan.

"Gak! Gak! Tuh, ajak bang Iko aja sih, gue gak doyan ngetik-tok ya!" Elaknya, membuat Ara geleng-geleng kepala.

"Dih! Gua juga ogah! Sana lo aja!" Balas Zaiko dengan nada kurang bersahabat.

"Oke. Kita berdua aja Ren, yang lain mah sombong."

Sydrom papi chulo terdengar nyaring digendang telinga, goyangan mereka pun patut dikasih jempol.

Jempol terbalik maksudnya, hehe.

"Kurang bohay anjir!" Dengan semangat empat lima, Rendy menabok bokong Arshel.

"Oh no! BOKONG KU TERNODAI!" Pekik Arshel dengan keras. Lalu mengambil handphone nya.

"Sialan! Udah kaya banci kebon," Zaiko terkekeh, cukup heli dengan nada suara Arshel tadi, yang sengaja dibuat seperti perempuan.

"Banci kebon banci kebon matamu! Ganteng gini kok."

"Astaghfirullah, dek. Kamu enggak boleh kasar sama yang lebih tua, tau!"

Suara tawa memecah kegaringan komedi antar Zaiko dan Arshel. "Garing! Udah kaya gorengan tempe nget-ngetan!"

"Heh! Lu lonte mending diem!" Hardik Zaiko, membuat Revan membulatkan bola matanya dengan sempurna, bahkan kicep.

Di samping Zaiko ternyata ada anak kecil, kira-kira umurnya 4 tahun, sangat tampan. Bibit unggul sejak dini.

Zaiko refleks langsung membekap mulutnya sendiri.

Tentang AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang