32. Papah.

312 31 1
                                    

Absen dulu yuk? Cerita aku udah sampe mana?

Jangan lupa kasih vote dulu sebelum membaca!❤️

Taburan komen di setiap paragraf😭.

Oke.

Happy Reading-💗!!

•°•°•°•

◍Jangan kembali kalau kembali mu hanya untuk menambah luka, sudah cukup semesta mempermainkan takdirku.

•°•°•°•

"Cukup pah, Ara capek. Kalo mau marah jangan sekarang."

PLAK!

Ya, Ara rindu tamparan ini, Ara rindu suara lantang ayahnya, Ara rindu semua bentakan yang keluar dari mulutnya, Ara rindu semua darinya, kasih sayangnya, perhatiannya.

"Jangan buat saya menanggung malu lagi karena ulah kamu!" Ujar Mahesa dingin.

"APA? APA YANG PERLU PAPAH MALUIN! HARUSNYA PAPAH MALU SAMA DIRI PAPAH SENDIRI!"

Setelah mengatakan itu Ara menyesal, mengapa ia bisa kelepasan membentak ayahnya?

"PAH UDAH PAH!" Cegah Revan.

"OM, TENANG!" Cegat Zahwa pula.

"SIAPA KAMU? JANGAN IKUT CAMPUR URUSAN KELUARGA SAYA!" Bentak Mahesa pada Zahwa

"MASUK KE KAMAR KAMU! PAPAH MAU NGOMONG!" Titah Mahesa pada Ara.

Ara menurut. Diikuti oleh Zahwa.

Dito masih berada di samping Mahesa, lalu Mahesa menatap Dito.

"Apa kamu gak bisa jaga adik kamu?" Tanya Mahesa.

"Papah nuntut Dito buat jadi segalanya buat Ara, tapi apa perjuangan papah buat kita?! Apa Pah?! Papah malah enak-enak cari jalang diluar sana, iya? Gitu cara papah mendidik kita?!"

Emosinya kini tersulut.

PLAK!

Mahesa menampar pipi Dito dengan keras.

"Kamu darah daging papah, berani kamu berbicara kasar seperti itu?" Ujar Mahesa.

Dito terdiam. "Apa papah gak pernah memposisikan posisi papah pada Ara? Gimana beratnya hidup yang dia jalani, apa papah tau kalau Ara sempat mencoba percobaan bunuh diri? Apa papah tau kalau papah adalah sumber kegelapan bagi Ara?" Rahang Dito mengeras, pria tua ini tidak pantas disebut ayah.

"APA PAPAH TAU! JAWAB PAH!" Sebisa mungkin, Dito akan tetap.sopan padanya.

Mahesa terdiam, sebesar itukah dosanya?

"Papah gak akan pernah tau rasanya jadi kita, aku sama Ara kangen Pah..... Saat aku sama Ara jatuh harusnya papah ada disitu buat nyemangatin kita untuk bangkit, tapi apa? Papah malah ngebuat kita semakin terjerumus dalam luka."

"Dito, anak papa?" Panggil Mahesa.

Pandangan sayu Dito kini berubah menjadi emosi, Dito menyayangi ayahnya, tapi ia juga tidak bisa melihat adik perempuannya disakiti oleh pria tua ini.

Tentang AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang