Terlalu bodoh rasanya mengejar dirinya yang tidak menganggapku ada. Namun, bukankah Tuhan Maha membolak-balikan perasaan? Akankah Tuhan membalikkan perasaannya agar dia membalas perasaanku? Ataukah justru membuatku berhenti menyukainya?
-My Husband is Badboy SMA-***
Keeysha tampak sibuk mengemasi beberapa perlengkapan alat tulisnya untuk segera pulang. Queena yang kini duduk di depan Keeysha lantas menoleh ke arahnya.
"Keey, gue duluan, ya? Gak pa-pa, 'kan?" Queena tersenyum simpul dibalas pula dengan senyuman oleh Keeysha dan Raya.
"Gak pa-pa, dong! Eh, lo mau ikut gak ke cafe biasa? Raya yang traktir, deh! Biasa, habis digaji sama om-om, hehehe," gurau Keeysha dibalas jubitan di lengannya.
"Hih, mana ada! Gue dapet duit dari bokap gue kali, ih!" sambar Raya. "Masa gue sama om-om. Apa kata bokap gue?! Bisa-bisa nama gue lenyap dari Kartu Keluarga."
"Ya, derita lo. Lagian bokap lo udah berkepala empat tapi keliatan kayak masih muda banget. Hmm ... gak kayak lo, Ray, keliatan lebih tua," cetus Keeysha dan Raya lantas melemparkan bukunya mengenai jidat Keeysha.
"Duh, sakit." Keeysha mengusap lembut jidatnya yang terasa cenat-cenut. "Gimana, lo jadi ikut gak, Na?"
Queena tentu menggeleng sembari tersenyum simpul pada Keeysha dan Raya. "Maaf, gue gak ikutan dulu, deh! Bokap gue mau ngajakin gue pergi entah ke mana. Maaf, Keey, Ray."
"Santai aja. Lain kali kita ghibah lagi, kuy!" seru Keeysha.
"Setuju!" sahut Raya dan Queena bersamaan lalu disusul gelak tawa dari ketiganya.
Diam-diam Keeysha dan Raya tampak lega dengan Queena yang sudah mampu tertawa seperti sebelumnya walaupun masih terlihat ia paksakan. Ya, setidaknya ada kemajuan daripada hari-hari sebelumnya.
Queena keluar kelas lebih dulu kemudian tidak lama muncul Ravael dari balik pintu kelas Keeysha. Tentu, cowok itu kembali berpakaian tidak sesuai peraturan sekolah. Lantaran malas berdebat, Keeysha lebih memilih mengekori Ravael dari belakang. Ia tidak ingin membuang tenaganya hanya untuk mengomentari pakaian Ravael yang makin hari makin tidak karuan.
"Tumben gak komentarin pakaian gua? Udah bosan, hm?" Ravael menyodorkan helm abunya pada Keeysha.
Keeysha merebut helm dari tangan Ravael kemudian memakainya. "Buruan, gue mau pulang," ketusnya.
"Utututu ... cayang! Cayangnya Ravael lagi badmood, ya? Mau gua beyiin es kim gak?" tanya Ravael dengan nada layaknya anak kecil.
"Lo ngomong biasa aja bisa, 'kan? Jijik dengarnya." Keeysha menjitak kepala Ravael sang empunya lantas mengaduh kesakitan.
"Buruan naik atau mau gua naikin ke motor, hm?" suruh Ravael sembari menggoda tentunya.
Usai menaiki motor keduanya melenggang meninggalkan sekolah. Entahlah ke mana Ravael akan membawa Keeysha pergi, jalanan yang mereka lewati begitu asing bagi Keeysha. Keeysha hanya diam malas berdebat lantaran dirinya masih kesal pada Rafka yang membuat rambutnya berantakan.
Berselang lima belas menit kemudian akhirnya mereka tiba di sebuah taman dengan bunga tulip yang memanjakan mata. Tulip beraneka ragam warna yang amat Keeysha suka membuat seukir senyum sang gadis tercetak jelas di wajahnya.
"Lu suka, 'kan? Gua tanya Abang lu, katanya lu suka bunga tulip. Dan gua cuma tahu taman tulip di sini nanti gua beliin es krim waktu kita pulang," cakap Ravael mencoba menghibur Keeysha.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️]My Husband is Badboy SMA [Sequel LWIG]
Teen Fiction🌻 WELCOME TO MY SECOND STORY^^ 🌻 CERITA SUDAH TAMAT [✔️] 🌻 SEQUEL DARI CERITA "LOVE WITH INNOCENT GIRL" 🌻 Don't forget for vote and comment, Guys!! 🌻 If you like my story please follow me! Thank you! 🌻 Semoga betah, HAPPY READING YAW^^ 🥀🥀🥀...