Part 41. Di mana Ravael?

514 42 17
                                    

Tak apa bila itu memang keputusanmu. Walaupun terasa amat menusuk hati, namun aku berharap kau tak akan menyesal karenanya
-My Husband is Badboy SMA-

***

"Singkatnya gini. Gua sayang banget sama lu, Keey. Apa lu mau jadi cewek gua, calon makmum gua, dan calon ibu dari anak-anak gua?" tanya Ravael terdengar begitu tulus. "Gua gak bercanda, Keey. Dan mungkin aja ini kali terakhir gua nembak lu."

"Jawab, Keey. Apa pun jawaban lu gua akan terima semuanya. Kalau lu nolak gua, gua gak akan pernah ngejar lu lagi. Gua akan menjauh dari kehidupan lu, Keey." Ravael mengulum senyum pada Keeysha. "Sekali lagi gua tanya. Apa lu mau jadi cewek gua, calon makmum gua, dan calon Ibu dari anak-anak gua nanti?"

Jantung Keeysha berdetak tidak karuan mendengar ucapan cowok di hadapannya. Kali ini dirinya dilanda dilema harus mengiyakan ataukah menolak dengan konsekuensi Ravael akan menjauh darinya. "Hmm ... gue-"

Keeysha terdiam menggantungkan ucapannya. Ia tidak tahu harus menjawab 'iya' ataukah 'tidak'. Jika ia mengatakan 'iya' akan sangat menyakiti hati Ravael karena sebetulnya dalam hati Keeysha masih ada rasa suka untuk Lucas. Entah mengapa ia belum bisa menghilangkan perasaan itu kepada Lucas padahal cowok itu sudah berniat hendak melenyapkannya.

Akan tetapi jika ia mengatakan 'tidak' itu akan menyakitkan untuk dirinya. Ia tidak ingin Ravael menjauh darinya, ia sangat ingin berteman dengan Ravael lantaran cowok itu begitu humoris membuatnya lupa akan masalah yang tengah ia hadapi.

Setelah sekian lama bergelut dengan isi kepalanya, akhirnya Keeysha memutuskan untuk-

"Gue gak mau," tolak Keeysha tanpa memandang ke arah Ravael, ia mengigit bibir bawahnya yang berwarna merah muda. "Maaf, Rav."

Kedua sudut bibir Ravael terangkat membentuk senyuman getir di wajahnya. "It's okay. Gua antar lu pulang sekarang, udah malam."

Keeysha merasa begitu canggung usai mengatakan akan hal itu. Keeysha mengembuskan napas lega usai memandang wajah Ravael yang masih sama seperti sebelumnya, terlihat begitu tenang.

Walaupun dalam hatinya Keeysha berasa begitu tidak tenang. "Jangan berubah setelah gue bilang ini, Rav," lirihnya.

Ravael hanya mengulum senyumnya sebelum wajahnya tertutup oleh helm fullface berwarna silver. Keeysha lantas menaiki motor Ravael sebelum akhirnya keduanya meninggalkan lokasi.

Keeysha melirik jam yang melingkar di tangan kirinya. Jarum pendeknya berada di antara angka enam dan tujuh, sedangkan jarum panjangnya menunjuk ke angka enam yang berarti jam sudah menunjukkan setengah tujuh petang.

Keeysha sedikit mengigil lantaran udara mulai terasa dingin, menyadari akan hal itu Ravael lantas menepikan motornya sejenak. Ia melepaskan jaket hitam tebal yang ia kenakan lalu memakaikannya pada Keeysha dengan begitu lembut.

"Sok kuat, pakai jaket gua. Kalau masih kedinginan bilang sama gua," titah Ravael.

Ravael kembali menyalakan motornya. Tangannya meraih kedua tangan Keeysha kemudian melingkarkan di pinggangnya. "Peluk gua erat, gua gak mau lu jatuh. Cukup hati aja yang terluka, fisik lu jangan."

Keeysha hanya terdiam. Jiwa overthinking kembali kambuh menyerang dirinya. Sepanjang perjalanan ia justru bertanya-tanya dengan perkataan yang baru saja Ravael ucapkan.

Cukup hati yang terluka? Hatinya siapa? Gue atau dia? pikirnya.

"Sampai," cicit Ravael sembari melepas helmnya. "Sampai kapan lu mau meluk gua? Apa perlu gua gendong lu sampai ke dalam kamar lu? Dasar mageran!"

[✔️]My Husband is Badboy SMA [Sequel LWIG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang