Part 48. Pelukanmu Menyakitkan

534 53 53
                                    

Tidak mengapa jika aku tidak ditakdirkan berpasangan denganmu, setidaknya diri ini mampu berada di dekat denganmu walaupun hanya sebatas teman
-My Husband is Badboy SMA-

***

Tiga minggu sudah berlalu, hubungan Keeysha dan Ravael semakin merenggang semenjak Ravael kembali dari luar negeri. Tatapan lembut, perhatian, gombalan, serta senyuman manis yang semula ada kini menghilang dalam diri Ravael.

Bahkan cowok itu tak pernah lagi menggoda gadis di sekolahnya, setiap ada yang menggodanya Ravael selalu bersikap acuh. Parahnya lagi Ravael sudah menghancurkan serta membuang keempat ponselnya ke tempat sampah dengan santainya.

Padahal di luar sana begitu banyak siswa ingin memiliki ponsel sepertinya, meanwhile dengan Ravael. Cowok itu dengan santainya membuang keempat ponsel bermerk ternama ke tempat sampah.

Kini ia hanya memiliki satu ponsel dan hanya Rafka dan genk-nya yang tahu nomor Ravael. Tidak ada yang berani menyebarkan nomor Ravael lantaran kini Ravael tidak segan-segan memberi pelajaran pada siapa pun yang menyebar nomor pribadinya.

Di kelas yang ramai, Dika menepuk pundak Ravael. Ravael yang semula tengah membetulkan rambutnya menoleh menatap Dika tajam. Dika tidak lagi merasa kaget ataupun takut mendapat tatapan setajam itu dari Ravael.

Memang semenjak kembali dari luar negeri, sikap Ravael berubah drastis. Ia menjadi begitu dingin, ketus, tidak lagi mengganggu gadis di sekolah, tidak lagi membolos, tidak lagi mencontek, serta selalu mengenakan pakaian yang begitu rapi.

"Lo yakin gak akan nyesel nyia-nyiain Keeysha? Dia udah cinta balik sama lo, Rav." Entahlah berapa kali Dika menanyakan hal itu pada Ravael dan jawabannya pun selalu sama.

"Buat apa nyesel kehilangan orang yang gak bisa hargai perjuangan orang. Justru dia yang nyesel kehilangan gua," balas Ravael kemudian meraih buku sejarahnya.

"Rav, apa di sana terjadi sesuatu? Berubah banget lo, lo bukan kayak Ravael yang kita kenal. Iya, 'kan, Daf?" Dika melempar bolpoin ke arah kepala Daffa yang duduk di depannya.

"Santai! Gak usah ngelempar pakai bolpen juga! Tapi lumayan gue dapet bolpen gratis, rezeki anak saleh." Daffa memungut bolpoin yang Dika lemparkan ke arahnya.

"Abaikan dia, gak penting!" lontar Dika dibalas lemparan sepatu oleh Daffa. "Sakit, kunyuk! Sepatu lo terlalu murahan buat wajah gue yang terlalu tampan."

"Double D diam!" protes Ravael ketus menggebrak meja, kelas yang semula ramai kini menjadi hening. "Yang lain lanjutin kegiatan kalian dan lu berdua berhenti buat gua pusing!"

Ravael beranjak dari kursinya kemudian berjalan keluar hingga menghilang dibalik pintu kelas. Entahlah cowok itu akan pergi ke mana dengan suasana hatinya yang memburuk.

Dika dan Daffa hanya saling pandang merasa kehilangan sosok sahabat yang paling bobrok di antara yang lain. Bahkan Ravael yang selalu membuat genk begitu ramai, namun sekarang? Saat berkumpul Ravael selalu diam dan menyahut dengan ucapan singkat, entahlah apa yang tengah terjadi dengan Ravael.

Di lain sisi Ravael duduk di taman belakang sembari menyandarkan kepalanya di senderan bangku taman. Ia menatap awan putih di langit yang biru, seketika air matanya menetes membasahi kedua pipi tirusnya.

"Kenapa lu harus pergi? Lu udah janji gak akan ninggalin gua, 'kan? Lihat, lu sendiri yang ingkar janji." Ravael mengusap air mata dengen jari jempolnya. "Lu bisa lihat, 'kan, gua jadi secengeng ini padahal dulu lu yang cengeng."

"Dulu gua selalu peluk lu kalau lu nangis dan sekarang apa lu gak mau balas pelukan gua dulu, hm? Lu jahat banget sama gua," cakap Ravael sendu.

Terdengar embusan napas panjang dari Ravael seolah tengah melepaskan bebannya. "Ternyata rindu paling berat itu rindu dengan orang yang udah tiada."

[✔️]My Husband is Badboy SMA [Sequel LWIG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang