ALVARO GENTA AL-FARISI
Tujuh hari yang lalu pertama kalinya aku menginjakkkan kakiku di pondok pesantren milik Abah Khariri setelah sekian lamanya. Rasa kagum menghiasi pikiranku atas bangunan bangunan pesantren ini yang sangat bersejarah.
Namun satu yang membuat diriku ciut. Mozayyanah Qotrunnnada Az-zahra Al-Khariri. Ya Ning Moza lah yang membuat ku merasa ciut hati. Dengan paras cantiknya, kepintarannya, kecerdasanya, dan keanggunan nya. Ning Moza membuat ku harus berpikir dua kali, tapi aku teringat kata Mbah Yai Salman kakek Ning Moza. Aku tahu tentang Ning Moza juga dari mbah Yai Salman.Seakan diriku terasa terhipnotis dengan kepribadian Ning Moza. Aku memang tak pernah melihat Ning Moza setelah 12 tahun lamanya. Ketika itu aku berumur 10 tahun sedangkan Ning Moza berumur 6 tahun. Umur kami memang terpaut 4 tahun.
Aku tahu Ning Moza merasa asing dengan kehadiranku yang tiba tiba muncul di hadapannya. Mungkin Ning Moza tidak mengenalku, wajara saja kami bertemu hanya dua kali ini. Yang pertama itupun ketika kami masih kecil dan yang kedua adalah sekarang.
.***
Ketika sampai bandara entah mengapa Ning Moza nenatapku dengan tatapan yang tak bisa ku artikan. Saat tak sengaja tatapan kita bertubrukan Ning Moza dengan cepat mengalihkan pandangannya.
"Semoga kita bisa bertemu kembali Ning".Kataku dalam hati. Pandanganku tak lepas dari Ning Moza yang begitu sempurna.
" Astaghfirullah ".ucapku dalam hati dengan mengalihkan pandanganku kearah lain.
" kenapa? ".Tanya Gus Syafiq me mmbuatku tersadar dari lamunanku.
" Nggak ada apa-apa ,Gus".Jawabku
"Moza belum tahu semuannya. Wajar saja jika Moza merasa asing dengan sampeyan".kata Gus Syafiq.
" Njihh Gus, Kulo nggeh dereng siap kalo Ning Moza tahu. Biarkan Ning Moza fokus dengan tholabul ilmi nya".
"Bagus kalo begitu. Bukan hanya sampeyan yang datang pada Abah untuk bermaksud yang sama dengan sampeyan. Tapi entah apa alasan Abah hingga dengan mudah nya menerima maksud sampeyan".kata Gus Syafiq dengan nada dinginnya .
" Begitu nggh Gus?". Kataku dengan tersenyum lirih.
"Sampeyan tahu Gus Ahkam yang sekarang tengah menimba ilmu di Turki? Itupun Abah tolak".
" Njihh Gus Kulo ngertos".Kata ku dengan seadanya. Pasalnya aku sudah tau tentang Gus Ahkam yang datang untuk sowan Abah Khariri dan maksud kehadirannya sama seperti denganku. Dan bukankah aku adalah termasuk orang yang beruntung bisa mengambil hati Abah Khariri dan Umik Khofiyah?. Padahal jika di bandingkan dengan Gus Ahkam akan jelas jelas diriku ini masih kalah jauh dengan Gus Ahkam. Gus Ahkam yang sekarang tengah menimba ilmu di Mesir dan sebentar lagi menyandang gelar S-3 nya. Sedangkan aku baru akan melanjutkan S-3 ku di Kairo.
Dan siapa yang tidak mengenal Gus Ahkam putra dari kyai Haji Ismail al katiri salah satu pemilik pesantren di Jakarta dan juga salah satu sahabat Abi dan Ummah.
"Saya percaya dengan sampean ,Gus".Kata itu tiba tiba terdengar sangat jelas. Aku terkejut bukan main ketika Gus Syafiq mengatakan itu kepada ku.
" njihh ,Gus".kataku dengan tersenyum lebar.
"Sungguh betapa bersyukur nya hamba kepada_Mu yaAllah. Terimaksih yaAllah telah mempertemukan hamba dengan kediaman Abah Khariri".Bersyukurku dalam hati
***
Setelah keberangkatan Ning Moza ke Jakarta. Aku pamit dan minta doa restu kepada Abah dan Umik untuk melanjutkan pendidikan ku di Kairo.
" Abah Umik kulo nyuwun doa restunipun Abah kalian Umik. InsyaAllah Alvaro datang kesini setelah Alvaro nyandang gelar S-3 dan membawa Abi dan Ummah".pamitku pada Abah dan Umik.
"Iya le kami percayakan ini padamu".ucap Umik dengan tersenyum.
" Nih mik. Matur suwun sama pun mempercayakan ini pada Alvaro".kataku dengan mencium punggung tangan Umik.
"Hati hati di jalan le" kata Abah ketika ku mencium punggung tangan Abah.
"Njih Bah" kata ku"njih mpun Bah Mik Pangestu nipun".lanjutku dengan menundukkan kepalaku.
Setelah itu kuundurkaan diri dari kediaman Abah Khariri.
***
Bagaimana kabarnya teman 2 sehat2 ya
Jangan lupa di follow dan di vote yh
Karena kalian adalah penyemangatku 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebening Cinta Ning Moza
RomanceNing Moza yang mendapatkan biasiswa sampai ke jenjang atas dan semuanya terasa tiba tiba ketika Gus Alvaro hadir mengkhitbahnya dan menghalalkan dalam ikatan sakral. Dan masalah seketika menjadi ombak dalam iktan sakral, dengan hadir nya masa lalu...