Bagian 21

1K 49 0
                                    

"Njenengan riyen nopo kulo riyen yang mandi Ning? " tanya Gus Alvaro saat ku termenung dalam lamunannku

"Nopo? " tanyaku dengan tersadar dari lamunannku

"Njenengan riyen nopo kulo riyen yang mandi? " ulangnya Gus Alvaro lagi

"Njenengan" kataku

"Ya sudah. Kulo riyen kalo gitu" kata Gus Alvaro, lalu mengambil handuk dari lemari

"Iya" respon ku seadanya

Aku masih dalam lamunan ku,aku tak sadar ketika Gus Alvaro sudah selesai mandi dan berdiri di samping ku yang tengah menatap langit malam.

"Ning.mandi dulu, melamun nya nanti mawon".katanya membuat ku tersadar dari lamunanku

"Apa?. Eh ngampuntene Gus. Sudah? " kaget ku

"Njihh.monggo njenengan mandi dulu "katanya

Lalu ku langkah kan kakiku menuju kamar mandi. Sebelumnya aku memang sudah menyiapkan alat mandi dan pakaian ku yang ke takkan diatas kasur.

Sekitar 25 menit akhirnya aku keluar dari kamar mandi. Aku termenung saat melihat  Gus Alvaro sedang melantunkan surah Ar-Rahman dengan menunggu ku selesai mandi untuk salat isya' berjama'ah. Langkahku seakan terhenti. Semua memori terbayang-bayang dalam pikiranku. Dan sekelebat memori tentang Nauval terbayang dalam pikiran ku, ketika Nauval sedang melantunkan Surah Ar-Rahman di taman belakang kampus. Dan tanpa ku sadari air mataku mengalir tanpa sungkan nya, tak kusadari  Gus Alvaro sudah berdiri disampingku.

" Monggo Ning kita solat berjama'ah "katanya menyadarkan ku

" I_iya"kataku dengan tersadar dari lamunannku. Segera kuambil mukena yang sudah kuletakkan di atas ranjang.

"Kulo ambil wudhu dulu Gus, tadi lupa" kataku, lalu ku kembali masuk kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Sebenarnya aku sudah mengambil air wudhu, alangkah baiknya aku berwudhu lagi. Agar bayang bayang Nauval tak terlintas begitu saja.

Setelah mendirikan sholat  berjama'ah, untuk kedua kalinya aku harus mencium punggung tangan Gus Alvaro. Bukan hanya untuk kedua kalinya tapi untuk selamanya.

"Tidur Ning. Sampun malam" kata Gus Alvaro. Lagi lagi menyadarkan ku dari lamunnku. Aku hanya diam tak menjawab. Ku tundukkan kepalaku karena air mataku yang justru tambah mengalir sangat deras.

"Saya tidak memaksa njenengan Ning. Saya akan menunggu njenengan sampai njenengan mengizinkan saya " kata Gus Alvaro. Sepertinya Gus Alvaro paham dengan aku yang belum siap  lahir batin.

"Tidur Ning sampun dalu" katanya lagi, lalu Gus Alvaro lebih dulu merebahkan tubuhnya dia atas ranjang.

"Ngampuntene Gus. Kulo dereng siap" kataku dengan isak tangisku

Aku tahu Gus Alvaro belum tidur, dan aku tahu Gus Alvaro juga pasti mendengar tangisku. Ku rebahkan tubuhku dengan memunggungi Gus Alvaro.

***

"

Gus bangun. Tahajud dulu" kataku dengan menarik ujung kaos Gus Alvaro  agar bangun.

Aku lebih dulu bangun karena aku tidak bisa tidur. Entah apa yang membuatku harus terjaga sampai jam 3 pagi.

"Gus" panggil ku lagi karena Gus Alvaro tak kunjung bangun

"Taseh Ngantuk Biii" kata Gus Alvaro dengan memanggil Abi

"Gus. Ini saya mboten Abi" kataku membuat Gus Alvaro terkejut karena tersadar dari bangunnya

"Astaghfirullah,Ning. Ngampuntene" kata Gus Alvaro dengan mendudukkan tubuhnya

"Njenengan tahajud dulu" kataku lalu  ku ambil mushaf yang tertata rapi di meja kamar

"Njih Ning" kata Gus Alvaro lalu melangkah  menuju kamar mandi untuk mengambil air Wudhu

***



Sebening Cinta Ning MozaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang