Bagian 30

1K 47 2
                                    

Alvaro Genta Al-farizi Pov
  
      Setelah sekian lama akhirnya Ning Moza luluh, entah apa yang membuat Ning Moza luluh kepada ku. Rasa bahagia kini menyelinap dengan senyuman yang selalu menghiasi wajahku. Jujur aku tak segampang yang Ning Moza dulu pikir, dulu Ning Moza pernah berpikir bahwa sanya aku mencintainya bukan karena semata mata mencintai nya karena Allah. Tapi karena nasab, dan derajat Abah. Dan di waktu itu aku pernah di fase dimana aku harus benar-benar mempunyai cara, agar Ning Moza luluh dan akhirnya semua usaha itu tak sia-sia.

"Yangg" panggil ku pada Ning Moza yang sudah terlelap dalam tidur nya

"Yangg" panggil ku lagi, tapi Ning Moza masih tenang dalam alam bawah sadarnya

"Tahajud dulu Yang" ajakku dengan menggoyang lengan Ning Moza

"Ngantukkkk, "

"Bangun Yang, tahajud dulu" ajakku lagi

"Mas Varo sendiri, kan aku lagi nggak sholat" ujarnya Ning Moza dengan menatapku sebentar

"Astaghfirullah. Mas lupa Yangg" kataku, lalu dengan cepat ku langkah kan kaki ku kekamar mandi untuk mengambil air wudhu

***

"Sayang nanti kamu ikut ya?, " kataku dengan duduk disamping Ning Moza yang tengah melamun

"Yang"

"Yang"

"Yang.Njenengan denger kan? " tanya ku lagi entah yang keberapa kalinya

"Eh. Astaghfirullahalazim ,ih kagett" sadarnya Ning Moza dengan setengah tersenyum

"Njenengan kenapa?, ada masalah? "Tanyaku

"Enggak ko. Njenengan sampun dari tadi? " tanya nya dengan menatap ku

Aku tak menjawab hanya tersenyum dengan menatap langit yang tengah menggelap yang dihiasi bintang bintang dan bulan sabit.

"Sayang.kamu percaya nggak kalo cinta itu akan ada ketika kita mencoba untuk membuka hati kita untuk orang yang selalu mencintai kamu dengan tulus ?"

"Percaya"jawabnya

"Berarti ada kesempatan emas buat mereka yang memencinta? "

"Mungkin. "

"Berarti kamu juga akan melakukan nya? " tanyaku dengan menatap wajah Ning Moza yang tengah menatap langit.

"Kenapa njenengan nanya seperti itu? "

"Untuk meyakinkan njenengan" jawabku dengan tersenyum, namun Ning Moza hanya menatap ku dengan tatapan yang sulit ku mengerti

"Sekarang kulo nanya, seandainya orang itu tidak bisa membalas cinta tulus itu , apakah   dia yang mencintai akan pergi dan mencari seseorang yang pantas diperjuangkan? . Jika njenengan di Posisi itu apa yang njenengan lakukan? " Kini pertanyaan Ning Moza membuat ku terdiam beberapa detik.

"Tetap di samping nya. Dan tetap menyakinkan nya bahwa sanya usaha tak akan sia-sia ketika kita tetap ikhlas. " jawabku

"Tapi dia masih stay di masa lalu nya" kata Ning Moza

"Masa lalu bukan untuk dikenang dan di rutuki, tapi masa lalu untuk pelajaran bagi kita. Kita nggak mungkin stay di masa lalu terus menerus, karena masa depan lebih indah dari masa lalu"

"Kenapa masa depan lebih indah? "

"Karena masa depan lebih jelas. Njenengan tidak akan merasa ragu ketika njenengan yakin  pilihan masa depan lah yang akan membuat njenengan bahagia. Sekarang kalo njenengan harus stay di masa lalu njenengan pasti hanya berimajinasi ingin ke masa lalu, tapi tidak akan bisa karena itu semua hanya imajinasi njenengan"jawabku panjang lebar
Membuat Ning Moza diam dengan menatap ku.

"Ekhemm.sampun dalu Yang, masuk nanti masuk angin" ajakku Ning Moza hanya menurut  saja

***

Hi..
Bagaimana kabar?
Baik ya? Alhamdulillah

Maaf baru bisa up lagi

Jangan lupa vote ya?
Saran atau Kritikan langsung komen ya?

Terimakasih❤

Lope you❤

Sebening Cinta Ning MozaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang