Bagian 23

1K 49 6
                                    

HAPPY READING❤

Mozayyanah Qotrunnada Az-Zahra Al -Khariri Pov

Satu minggu kemudian

      Sudah satu minggu aku masih tidak percaya dengan semua ini. Pasalnya baru kemarin aku menjadi seorang siswi SMA. Namun sekarang status itu berubah menjadi seorang istri dari Gus Alvaro. Seorang putra Kyai yang mempunyai ribuan santri.

Seandainya aku bisa menolak pernikahan ini. Pasti kan kutolak jauh jauh hari sebelum pernikahan ini terjadi, tapi itu hanya angan semata yang tidak akan pernah terjadi.

Kutatap Gus Alvaro yang tegah tertidur pulas diatas ranjang. Dengan raut wajahnya yang terlihat bahagia dengan sebuah senyuman yang tak pernah absen disetiap harinya. Dengan sikapnya yang lembut kadang membuatku merasa harus berpikir dan mencoba untuk membuka hati buat Gus Alvaro. Tapi bayang bayang Nauval selalu membuat ku enggan untuk membuka hati. Jujur aku memang belum sepenuhnya melupakan Nauval, tapi aku selalu berusaha untuk melupakan Nauval dan perlahan membuka hati untuk Gus Alvaro. Aku harus bisa melupakan Nauval! Ya. Aku harus bisa!.

"Sayang" panggilnya Gus Alvaro membuatku menatapnya dengan tajam

"Kenapa nggak dibangunin? " tanyanya dengan membenarkan duduknya

"Njenengan terlihat capek" kataku dengan keluar kamar

"Mau kemana?" tanyanya membuatku menatapnya sebentar

"Kedapur" jawabku. Lalu ku langkah kan kakiku keluar kamar untuk kedapur membuatkan Gus Alvaro kopi

***

Setelah membuatkan kopi untuk Gus Alvaro, aku segera kembali kekamar  dengan membawa nampan yang berisi cemilan cemilan dan kopi untuk Gus Alvaro.

Sekarang pukul 5 sore. Biasanya aku membantu mbak mbak yang piket masak. Tapi entah kenapa rasanya aku sangat malas sekali. Tadi aku sudah bilang ke mbak Maryam salah satu mbak mbak ndalem. Mbak Maryam ini juga tergolong dekat juga dengan ku. Setelah boyong nya mbak Diana mbak Maryam lah yang menggantikan mbak Diana.

"Di minum dulu" kataku dengan meletakkan kopi dan cemilan diatas meja "itu tadi kulo bawakan cemilan juga oleh oleh dari mbak Zahra" lanjut ku

Lalu ku duduk kan tubuhku di kursi depan Gus Alvaro.

"Gus" panggil ku membuat Gus Alvaro menatapku

"Wonten nopo? " tanyanya masih fokus menatapku

"Soal 100 juta " kataku dengan melepaskan cincin yang dibelikan Gus Alvaro dulu. Lalu ku sodorkan didepan Gus Alvaro

"Ngampuntene" kataku lagi

"Buat apa ko dikasih ke kulo? " bingungnya Gus Alvaro"kan kulo mboten ngagem perhiasan"lanjutnya dengan menyodorkan kembali ke depan ku

"Dikembaliin mawon, harganya ketinggian" kataku dengan menundukkan kepala ku

"Hahhaha" tawanya Gus Alvaro

"Ko tertawa? " bingung ku. Kenapa malah tertawa? apannya yang lucu?

"Itu memang buat njenengan Yang. Apa kamu mau yang lain mawon? "

"Ish.bukan gitu. Kesannya kan seperti cewek matre"

"Ya mboten nopo nopo leh kalo matre nya ke suami sendiri. Yang penting bukan ke orang lain" kata Gus Alvaro dengan memakai kan cincin kejari manisku

"Ya nggak gituuuuu"

"Ya terus gimana sayang? "

"Tau ah" kataku lalu ku sandarkan tubuhku ke sandaran sofa

"Besok ke Jakarta ya Yang" kata Gus Alvaro membuatku terkejut

"Apa?? "

"Ke Jakarta. Tadi kulo sampun matur ke Abah sama Umik"

"Ko gitu? Kenapa nggak nanya aku dulu? "Tanyaku dengan air mata yang sudah membendung

" Tadi_"

"Minta persetujuan dulu kek? Ato bilang dulu, kenapa langsung ambil keputusan tanpa harus tau dulu? " Potong ku deng marah dan air mata yang sudah lolos jatuh tanpa sungkan nya

"Sayang ko malah nangis sih? "

"Ya.Mas Varo pikir sendiri" kataku dengan bangkit menuju ranjang

"Yanggg.udah loh jangan nangis" katanya dengan menghampiri ku yang tengah tengkurap diatas ranjang

"Ya nantikan balik ke Semarang lgi Yangg"kata Gus Alvaro mencoba menenangkan ku. Aku hanya diam tak merespon Gus Alvaro

" Njenengan mboten supe kan? Kalo kita kaan berkunjung ke Jakarta? "

"Ya tapi kenapa harus mendadak? Terserah njenengan kalo gitu. Ke Jakarta sendirian kulo mboten derek"kataku

"Ya nggak bisa gitu dongg Yangg "

"Nggak bisa gitu gimana? wong njenengan juga ambil keputusan sendiri berarti njenengan berangkat ke Jakarta sendiri"kataku dnegna mendudukkan tubuhku menghadap Gus Alvaro

" Ya nggak bisa gitu. Terus nanti Abi sama Ummah gimana kalo nanya njenengan? "

"Ya nggak tau pikir sendiri alesannya. Salah siapa kan?"

"Yanggg. Pokok nya besok harus berangkat ke Jakarta. " kata Gus Alvaro tegas

"Terserah njenengan. Kulo mboten nderek"

"Tak paksa nanti"

"Berani memang? " tantangku dengan menatap Gus Alvaro tajam

"Ya nanti tak sogok. Mau apa njenengan biar jadi berangkat ke Jakarta? "

"Nggak bakal ngaruh sogok ane njenengan" jawabku dengan keluar kamar meninggalkan Gus Alvaro yang malah tertawa mendengar jawabanku.

"Yanggg"panggilnya aku tidak peduli

***

Hi...
Gimana kabarnya?❤
Baik ya? Alhamdulillah❤

Sampai sini ceritanya gimana nih?🙃🤭

Jangan lupa di vote ya 🙏👍
Mau kritik ato saran yok silahkan.. 🙃
terbuka lebar buat kalian kok...
Langsung komen 📩
Karena kalian adalah semangat ku🥰

Terimakasih ❤🙏

Love you❤🥰







Sebening Cinta Ning MozaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang