Bagian 40

994 44 1
                                    

Gus Alvaro Pov

"Syifa, apa benar kamu kemarin datang ke rumah dan kamu bilang semuanya ke Ning Moza?!" tanyaku dengan menatap Syifa tajam

"Iya, Al" jawabnya Syifa dengan setetes air mata nya yang jatuh membashi pipinya

"Kenapa kamu lakukan itu?!! " kataku dengan menaikkan nada suara ku

Ya aku memang tidak jadi menyusul Ning Moza ke Semarang, dan aku berfikir untuk menemui Syifa yang kata kiano mengatakan semuanya kepada Ning Moza. Kata-kata kiano masih memenuhi pikiran aku hingga aku membatalkan keberangkatan ku ke Semarang

"Aku lakukan itu karena itu yang terbaik Al"kata Syifa dengan menangis

" Itu bukan yang terbaik Syifa!! Justru itu adalah problematika yang seharusnya kamu hindari. Bukan malah kamu dekati dan kamu bilang ke Ning Moza apa yang di benakmu adalah benar!!!"bentak ku dengan muak menatap Syifa

"Tapi _"

"CUKUP!!"

"Al tapi aku kaya gitu buat kebaikan kita. Itu sesuai apa yang kamu katakan, kalo kamu akan bertanggungjawab semua ini" jerit nya Syifa hingga mengundang tatapan mata kearah kami

"Kamu tahu!? Dengan kamu yang begitu kamu membuat Ning Moza balik ke Semarang! Dan kamu tahu Ning Moza pergi tanpa diriku. Dia adalah istri sahku! Tapi aku tidak bisa disamping nya. Ngerti kamu!? "Muakku dengan menekankan disetiap katanya

Setelah itu ku bangkit kan tubuhku dan segera pergi meninggalkan Syifa yang sedang menangis.

" Alvarooo!!! "Panggilnya dengan teriakan

Tapi aku tetap tidak peduli. Karena sekarang yang paling penting adalah Ning Moza.

***


Langit yang semakin menggelap membuat ku semakin mempercepat laju mobil yang ku kendarai. Tepat pukul 5.30 sore aku sampai disemarang.

Hatiku terasa sakit, sudah berapa kali ku torehkan luka pada Ning Moza?!. Masihkah Ning Moza mau menatap wajahku? Masihkah Ning Moza mau mendengarkan penjelasanku? Hidupku seakan kacau!.

"Ok! Al lo nggak boleh lemah! , lo harus jelasin semuanya pada Ning Moza. Ya. Harus!!. " kataku

Dengan wajahku yang gusar kutatap kediaman abah dan umik. "Masih pantaskah Alvaro disini? Umik, Abah? " kataku dalam diamku

"Bismillahirrahmanirrahim." ucapku dengan mengusap wajahku kasar

Setelah memenangkan kegugupan ku, segera ku turun dari mobil dan ku beranikan diri untuk ke kediaman Abah dan Umik.

"Assalamu'alaikum" Ucapku

"Waalaikumsalam ada_" jawab orang yang kini sangat aku rindukan, paras cantiknya, keanggunan nya, suaranya, senyumnya, kesabarannya, semua darinya sangat kurindukan.

"Sayang" panggil ku. Lalu ku peluk tubuh mungilnya, namun ia memundurkan tibuhnya seakan-akan menolak ku, dengan ia yang menghindari ku ketika kan ku pegang lengannya , hatiku semakin gusar dengan sikapnya. Apakah benar Ning Moza membenci ku?.

Matanya yang sudah berkaca-kaca membuatku semakin sakit, ingin ku rengkuh tubuh mungilnya agar ia menangis di dekapanku namun Ning Moza menolak.

"Sayang" panggil ku lagi. Lagi-lagi Ning Moza menepis tanganku untuk ku sentuh tangannya.

"Ehh.ada Gus Alvaro yo? Di ajak masuk to dek ko malah di biarin berdiri gitu. Kan jauh perjalanan Jakarta ke Semarang. Pinarak riyen Gus. Monggo" ramahnya Mbak Zahra istri Gus Haidar

"Njih mbak" kataku

"Di ajak kekamar kalo gitu dek. Biar istirahat di kamar aja" kata Mbak Zahra lagi.

Ning Moza menatap ku tajam, kau tahu maksut tatapannya. Ada rasa kebencian. Ya.

"Sudah kangen itu Pastinya" godanya Mbak Zahra

"Mbak Zahra apaan sih? " kesalnya Ning Moza

"Ya makanya di ajak masuk." kata Mbak Zahra

"Iya Mbak Zahra cantikkkkkk" kata Ning Moza

"Nah gitu dong. Pengantin baru masa nggak ada romantis-romantisnya sama sekali. Mbak Zahra aja nih ya sama Mas Haidar gak pernah tuh gk romantis".

" iya Mbak. Mending Mbak Zahra ke dapur deh, tadi Mas Haidar nanyain Mbak "ngelesnya Ning Moza

" nggak tuh. Mas Haidar aja di kamar. Ya sudah deh cepet dek sanaaaa"kata Mbak Zahra laut meninggalkan kami berdua.

Tatapan tajamnya yang selalu ku rindukan, senyumnya yang jarang terlihat kini tenggelam kembali, sungguh aku merasa bersalah dengan Ning Moza.

"Sayang" panggil ku ketika Ning Moza menarik koperku untuk dibawanya ke kamar. Ning Moza hanya menatapku sebentar

"Biar Mas saja yang bawa kopernya" kataku dengan menarik koper yang awalnya di tangan Ning Moza

***

Hi...
Gimana nih kabar? Baik ya?
Alhamdulillah 🥰🙏

Maaf ya up nya telat🙏🙏

Jangan lupa tinggalkan vote ya

Kritik saran langsung komen ya🙏🙃

Jangan lupa follow, vote,
And share ketemen temen kalian ya

Matursuwun 🙏🥰

Lope yuu🥰😍










Sebening Cinta Ning MozaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang