Bagian 17

941 47 6
                                    

"Assalamu'alaikum ,Ning." Ucap mbak Sari

"Waalaikumsalam, mbak." balas ku "Ada apa mbak? "Tanyaku

"Di aturi Umik teng ndalem, Ning. "kata mbak Sari

"Memangnya wonten nopo, mbak? " tanyaku pada mbak Sari

"Duko njih, Ning. Mboten ngertos kulo." jawabnya mba Sari

"Ya sudah kali gitu, aku ke Umik dulu mbak. "Pamit ku, lalu ku langkahkan kakiku keluar dari taman pondok putri

***

Sampainya di ruang keluarga, dengan cepat ku hampiri Umik. Tunggu! Kena ada Gus Alvaro?

"Assalamu'alaikum." Ucapku dengan sopan

"Waalaikumsalam." jawab Abah, Umik, dan Gus Alvaro serentak

"Sini, Nduk. " kata Umik dengan menepuk sofa di samping beliau, agar aku duduk di samping beliau.

"Wonten nopo, mik? " tanyaku setelah aku duduk di samping Umik

"Nanti kamu ikut, Nak Alvaro. Untuk beli cincin buat kamu. " kata Umik dengan tersenyum

"Ngampuntene, Umik. Apa nggak Gus Alvaro sendiri saja? Kan bisa sendiri mik" tolak ku "Kenapa harus Moza ikut?iya kan Gus? " kataku dengan meminta persetujuan Gus Alvaro

"Sebenarnya bisa ,Ning.khawatirnya kalo nanti tidak sesuai atau tidak cocok buat njenengan. "Jawabnya

" Bener itu, nak Alvaro. Nanti kan malah susah kalo tidak pas. "Setuju nya Abah

"Umik sama Abah yang bener saja? Kan belum muhrim. "Kata ku dengan menelak

"Bukan hanya berdua, nanti kamu ditemani sama mbak Sari"kata Umik

"Kenapa tidak di beli jauh-jauh hari? " tanyaku dengan sedikit kesal

"Rencanannya dulu juga badhe beli jauh-jauh hari Ning, tapi takutnya nanti nggak muat atau kebesaran di jarinya njenengan. " jelas nya Gus Alvaro.Aku hanya diam menatapnya dengan tajam

"Ya sudah sekarang kamu siap-siap. Nak Alvaro sudah siap. " kata Umik. Lagi-lagi aku hanya diam

"Ya sudah ayo cepet" suruh nya Umik

"Iya ,mik. "

Lalu ku langkah kan kakiku menuju kamar ku untuk siap-siap.

***

Sekitar setengah jam akhirnya aku turun menuju ruang keluarga . Umik menatap ku dengan tersenyum

"MasyaAllah.lama banget kamu kalo siap-siap ya? " godanya Umik

"Ya kan mandi dulu, " kataku dengan menatap Gus Alvaro yang juga tengah menatap ku

"Ya sudah. Mari ,Ning." katanya

"Ya wes. Ati-ati" kata Umik

"Assalamu'alaikum." ucap kami bersamaan setelah mencium punggung tangan Umik

"Waalaikumsalam,Hati-hati. "Kata Umik

Akhirnya aku  dan mbak Sari masuk ke dalam mobil milik Gus Alvaro terbelih dulu.

Saat di perjalanan aku hanya diam tidak menggubris apapun yang ditanyakn Gus Alvaro ,walaupun itu sekedar basa basi. Hanya mbak Sari yang menjawab dengan sekedar nya.

" Ning. Njenengan tahu toko emas yang dekat dari sini? "Tanya Gus Alvaro dengan melirik ku sebentar

"Kulo ngertos Gus, "jawab mbak Sari karena akju tak kunjung menjawab

" Disebelah mana mbak? "Tanya nya Gus Alvaro pada Mbak Sari

" Nanti ini langsung lurus Gus. Nanti ada pertigaan belok kanan, tempatnya di pinggir kanan jalan. "Jelasnya Mbak Sari

"Iya mbak. Maturnuwun" ucapnya Gus Alvaro

"Ning Moza kenapa hanya diam? " tanya Gus Alvaro dengan melihatmu dari balik kaca depan

Aku tetap diam dengan menatap padatnya jalanan dengan kendaraan yang berlalu lalang.

"Mungkin Ning Moza sedang capek Gus, makanya tidak menjawab" kata mbak Sari

"Mungkin Mbak. Ini tokonya Mbak? "

"Njihh leres Gus"

Setelah Gus Alvaro memarkirkan mobilnya, dengan cepat ku tarik Mbak Sari untuk cepat masuk tanpa harus menunggu Gus Alvaro.

***

Sebening Cinta Ning MozaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang