Bagian 7

1.1K 57 0
                                    

"Abah,Umik sama Bang Syafiq nanti pamit pulang dulu ya nduk. Kamu baik baik disini".kata Umik saat kami sudah selesai makan di salah satu rumah makan yang dekat dengan kampus.

"Kamu beneran nggak ikut?".tanyanya Bang Syafiq

" iya. Moza disini dulu. Soalnya ada acara kumpul kumpul bareng temen,Bang".jawabku

"Ya sudah. Nanti Umik biar suruh kang ndalem buat jemput kamu. Tapi bener kan kamu nggak sendiri? ".kata umik

" iya mik. InsyaAllah nanti Moza bareng temen Moza.soalnya pengen ke Semarang katanya".

"Ya bagus kalo gitu ada temennya kamu".kata Abah

" injih bah".

***

Hari ini adalah hari terakhirku di Jakarta. Nanti jam 6 pagi aku harus sudah di bandara karena pemberangkatan di majukan. Sekarang pukul 4 subuh aku sedang meneriksa barang barangku apakah ada yang tertinggal.

Setelah satu jam aku siap siap akhirnya aku memilih untuk cepat ke bandara. Jaga jaga agar tidak tertinggal.
Aku segera turun dari kosan dan segera ku hampiri Samuel yang sudah menungguku di lantai bawah.

"Gimana? Sekarang? " . Tanya Samuel ketika ia melihatku sudah dekat dengannya

"Iya".

" Sella nggak jadi ikut kamu dah tahu?".tanya Samuel

" iya. Tadi Sella udah kabarin aku kok".

"Yaudah yuk" ajaknya Samuel

Ya kali ini Samuel yang menemani ku sampai bandara. Sebenarnya Samuel ingin pulang juga namun Samuel ditarik menjadi dosen di Universitas Indonesia tempat kami kuliah. Samuel adalah wisudawan yang juga mendapatkan nilai tertinggi di jurusan menejemen. Oleh sebab itu ia di minta untuk tetap di UI dengan status yang beda. Yaitu menjadi dosen.

"Thanks ya,Sam.dah mau nemenin".kataku

" Iya. Biasa aja kali ,Nad. Oh ya nanti kalo butuh apa apa cerita ke aku ya".kata Samuel

"Siap, pak dosen".kataku dengan mengangkat tangan ku seperti orang hormat.

" Apaan sih, Nad. Siapa yang pak dosen?".

"Ya kamu lah.Selanat ya".

"Belum juga".

"Ya kan sebentar lagi, pak dosen".canda ku

Aku dan Samuel memang, sangat dekat sekali. Samuel adalah tempat ku berkeluh kesah dan Samuel adalah salah satu orang yang selalu membuatku merasakan tidak ada kesunyian lagi. Bahkan waktu aku sakit Samuel rela pagi pagi buta dateng ke asrama ku hanya ingin memastikan bahwa aku baik baik saja. Aku menganggap Samuel adalah Abang ku kedua setelah Bang Syafiq.

" pak dosen jangan lupain Nada ya? ".kata ku dengan tersenyum

" ya mana mungkin saya melupakan mahasiswa saya".balas nya Samuel dengan senyumnya yang lebar

"Iya nanti bapak jangan lupa makan, minum terus sholat ya. Nada nggak bisa sering ingetin lagi".pesanku pada Samuel

" Iya. Nanti kalo kamu ada apa-apa juga jangan lupa cerita ya".pesannya Samuel

***

Kini aku sedang menunggu kang ndalem yang katanya akan menjemputku. Oh ya aku lupa mengabari Umik kalo Sella nggak jadi ikut karena sepupunya nikahan. Mendadak banget yakan? Padahal aku sangat senang pastinya kalo Semua jadi ikut.

Kucari nana Umik di ponselku dengan cepat ku telepon Umik. Tak perlu menunggu lama Umik sudah mengangkat teleponya.

"Assalamu'alaikum.Umik".

" waalaikumsalam. Nduk".

"Umik temen Moza nggak jadi ikut".kataku dengan lemes

" kenapa memangnya? ".

" sepupunya nikahan mik. Tadi papanya jemput Sella".

"Ya sudah nggak usah lemes, gitu suaranya".

" terus yang jemput Moza sinten mik? ".

" yang jemput kamu nak Alvaro. Kamu udah dibandara".

"Njiih mik ini sampun di bandara".

" ya sudah ya kamu tinggi Nak Alvaro nya. Sudah dulu ya nduk ini Umik lagi wonten tamu ".

" Njih mik".

"Ya sudah. Assalamu'alaikum".

Njih mik. Waalaikumsalam".

***

" Assalamu'alaikum ".Ucap seseorang yang tiba tiba sudah berdiri di depanku

Dengan sopan ia membungkukkan tubuhnya saat mengucapkan salam.

" waalaikumsalam. Ada ap_"jawabku

"Ning Moza kan?".tanyanya dengan memastikan .

Sebentar kenapa aku tidak asing dengan laki laki ini? Apa aku pernah melihat nya?
Iya aku pernah melihat laki laki ini. Tapi kapan?

" Ning".

"Ning Moza".

" eh iya. I-iya ada apa? ".

" Bener Ning Moza kan?".tanyanya lagi

"I-iya.bener ada apa ya? ".

" Mari Ning masuk mobil. Saya yang di utus Abah sama Umik buat jemput Ning Moza".
Katanya. Lagi lagi dengan sopan

Entah kenapa aku menurut saja. Tapi aku masih bingung. Sebenernya laki laki ini siapa? Kenapa aku merasa tidak asing

"Biar saya mawon yang bawa barang nya Ning. Jenengan masuk mobil mawon".katanya

Aku menurut dengan masuk mobil di jok belakang.

Setelah barang barang ku sudah masuk kedalam bagasi mobil laki laki itu masuk dan melakukan mobil dengan kecepatan rata-rata.

Sunyi, hening dan rasa acanggung yang kini tengah menjadi saksi bisu. Aku bosan dengan situasi ini. Aish. Rasanya gatal sekali ingin menanyai dia, tapi egoku lebih tinggi. Biasanya santrinya Abah tidak sekaku ini, tidak sediam ini. Tapi kenapa ini seperti kulkas berjalan ?. Sepanjang perjalanan hanya fokus menyetir. Astaghfirullah. Sabar Moza. Sabar.

" ekhemm".dahamku untuk menetralkan kesunyian ini. Tapi sama saja. Ok aku yang mengalah aku kaan basa basi. Kita coba tanya namanya siapa?

"Maaf.nama kamu siapa? ".tanyakuvuhtuk mencari kan suasana yang terlihat sangat canggung ini.
Aish.dia hanya melirik ku sebentar lalu kembali fokus dengan nyetirnya.

Sumpah ini memamng benar benar manusia kulkas. Ok kita coba lagi. Jangan sampai nyerah gitu aja.

" maaf. Nama kamu siapa kalo boleh tau".

Sabar Moza. Sabar. Lama lama ini orang membuat ku kesal sendiri. Kacang memang benar benar mahal ya sekarang. Sudah cukup Moza berhenti ngajak ngomong kulkas. Ok diem. Lebih baik aku tidur dari pada menggubris laki laki kulkas ini.

***

Sebening Cinta Ning MozaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang