03 || Hareudang

65.3K 5.4K 664
                                    

[ happy reading! ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ happy reading! ]

🌩️🌩️🌩️

Bel istirahat kedua berbunyi nyaring. Menandakan bahwa adzan dzuhur sebentar lagi akan dikumandangkan lewat spiker masjid sekolah.

Semua siswa laki-laki berbondong-bondong keluar dari masing-masing kelas.

Ada beberapa dari mereka yang sudah siap dengan peci, sajadah, dan sarung yang diselampirkan di pundak, ada lagi yang masih menetap di koridor untuk bergurau.

Tak terkecuali Alan, dan kedua buntutnya.

Ketiga remaja lelaki itu sedang sibuk memperebutkan sarung yang dibawa Dilon selaku teman sekelasnya.

"Ini, gue dulu yang pinjem!" Alan memekik.

"Gue duluan, sapi!" Haikal ikutan memekik keras.

"Dilon, tuh, minjemin sarung nya ke gua! Bukan ke lo-lo pada, kambing!" Faiz berteriak nyaring.

"Heh, molen krempeng! Ngalah napa, sama yang lebih muda!" Alan menarik kuat.

"Gue Agustus, lo Juni! Masih muda'an gue, kebo!" Sahut Faiz tak mau kalah.

"Sini'in sarung nya, ARGH!" Haikal menarik kuat, namun sarung yang diperebutkan belum juga sampai ke tangan nya.

"Lo, kan, kaya, Lan! Masa' cuma sarung sebiji, sampe rebutan sama kita-kita, sih!" Faiz memprotes.

"Walaupun gua kaya, gua juga pengen barang gratisan!" Jawab Alan nyolot.

"Dasar orang kaya ga bermodal, lo!"

"Bodo, amat!" Alan menarik kuat sarung tersebut sampai berbunyi krek.

Melihat sarung wadimor berklir hitam abu yang menjadi bahan rebutan ketiga cogan tersebut telah sobek di bagian tengah, ketiga nya sontak terdiam.

"Ah, aduh, gue tiba-tiba kebelet nising, nih!" Lagi-lagi, bocah bernama Alan itu kembali mengeluarkan jurus andalan nya.

Apa lagi kalau bukan akting?

"Ck! Gausah boong, lu!" Haikal menuding.

Bismillah, ayo tut, keluar tut!

Bret!

"Bangsat! Lo kentut, Lan?!" Alan nyengir sambil mengusap perutnya beberapa kali.

Akalanka [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang