Extra Chapt : 02 > end

58K 4.3K 1.7K
                                    

🌩️🌩️🌩️

Lima tahun kemudian, buah hati dari pasangan Alan dan Elma tersebut telah menginjak usia lima tahun semenjak kelahiran nya kala itu.

Sifat dan tingkah lakunya tak jauh berbeda dengan tingkah laku sang ayah. Malah, bisa di bilang jauh lebih parah daripada Alan.

Seperti sekarang contohnya. Elma tengah kesusahan mengejar Erlan di sepanjang jalan kampung. Masalahnya, bocil tengil itu berlari sembari mencekik anak kucing milik tetangga depan kediaman nya.

"ERLAN! YA ALLAH! BALIK, GAK!" Elma berteriak seraya berkacak pinggang. "Bunda aduin ke Om Azam, loh, ya!"

Di ujung gang sana, Erlan berhenti berlari. Bukan nya menurut, keturunan naudzubillah dari Alan itu malah menggoyangkan pantatnya seraya menciumi anak kucing yang sedang dia cekik.

"Nggak mau! Nggak mau" Jeritnya nyaring. "Bunda jelek! Bau silit, wlee .."

"HEH! DI AJARIN SIAPA NGOMONG KAYAK GITU?!" Elma menuding, garang. "Kalo Erlan nggak balik, Bunda bakal pergi ke rumahnya Upin Ipin! Nanti Erlan bakal sendirian di rumah, teru-"

"Aaaa .. nggak mau!" Erlan berlari menghampiri Elma. "Bunda jangan pelgi."

Elma tersenyum miring. Jemarinya mengelus rambut Erlan, sayang. "Makanya, Erlan jangan nakal. Kucingnya di kembali'in, ya. Bu Munawaroh udah ngamuk-ngamuk, tuh."

Mata boba Erlan melirik ke arah kucing mungil di pelukan nya. Dapat dia lihat, gestur wajah yang di tunjukkan kucing berbulu putih dan hitam itu nampak memprihatinkan.

Mungkin, dalam hitungan detik binatang mungil itu akan tiada kalau Erlan tak cepat-cepat melepaskan nya. "Dadah, putam! Nanti kita main lagi, ya!"

"Putam siapa, Bang?" Elma berjongkok, menyamakan tingginya dengan tinggi Erlan.

"Pus itu namanya putam, Bun." Tunjuk Erlan ke arah anak kucing yang tengah berjalan sempoyongan di pinggir jalan. "Putih sama hitam."

"Ohh .. singkatan dari putih sama hitam, iya?" Elma terkekeh. "Siapa yang kasih nama kayak gitu?"

"Bang Alan," Erlan menunjuk pemuda di dekat pohon mangga yang tengah tersenyum sembari melambai ke arahnya. "Dia yang kasih nama itu,"

Elma mengikuti kemana arah telunjuk putra mungilnya. Selanjutnya, dia balik membalas senyum pemuda itu.

Namanya, Alansyah Fikriana. Pendatang baru asal Bandung yang baru saja pindah ke kampung tempat ia tinggal. Jarak rumahnya hanya berkisar lima meter dari kediaman Elma dan Erlan.

"Kamu jangan sering main sama Bang Alan, ya." Elma menggenggam jemari Erlan, menuntun nya menuju ke rumah.

"Knapa? Bang Alan baik, kok." Erlan mendongak. Raut wajahnya sedikit muram ketika mendengar bundanya melarang ia bermain dengan Alan.

"Takut ngerepotin Bang Alan. Dia, kan, di rumahnya juga sibuk." Elma membuka pintu rumah. "Ayo masuk."

"Enggak, kok." Erlan mendudukan diri di sofa. Dia membantah perkataan Elma. "Tiap kali Ellan main kesana, Bang Alan pasti lagi eek sama ngupil."

Akalanka [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang