24 || Family time

42.8K 4.4K 706
                                    

[ happy reading! ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ happy reading! ]

🌩️🌩️🌩️

Sekitar pukul enam pagi waktu setempat, Ayana menelfon putra bungsunya untuk diminta datang ke rumah. Mendengar hal tersebut, satu jam kemudian tepatnya pada pukul tujuh, Alan dan Elma langsung saja tancap gas ke kediaman Bratanadipta.

Setelah memarkirkan motor di garasi, Alan langsung saja membuka pintu rumahnya, tanpa melepas sepatu dan menggantinya dengan sandal rumahan yang sudah disediakan di teras rumah.

"Assalamualaikum! Alan come back! Bunda? Papa? Azam? Kalian dimana?" Alan merebahkan dirinya di sofa ruang tamu. Dia rindu suasana rumahnya.

"Alan! Itu sepatunya dilepas dulu!" Elma menegur. "Nanti Mama Ayana marah!"

Alan tertawa senga. "Bunda? Marah sama gue? Ohh, ga bisa tsay,"

Pletak!

"Lepas, gak, sepatunya!" Setelah melempar baskom plastik dari dapur tepat ke lengan Alan, Ayana berjalan mendekat seraya memasang tampang garang khas nya.

"Eh, Bunda," Alan menampilkan cengiran lebarnya. Dia bangkit, lantas mencium punggung tangan Ayana.

"Siapa, ya? Maaf, nggak ada recehan." Ujar ibu muda dua anak berparas cantik itu, bercanda.

"Gitu amat sama anak sendiri. Yaudah, Alan balik lagi."

"Eh, eh, jangan, dong! Baperan amat, sih? Sini, peluk. Bunda kangen tau sama kamu," Ayana meraih tubuh tegap Alan ke dalam pelukan nya. "Uuuu . . anak ganteng nya Bunda yang dulunya cepirit udah gede, ya?"

"Ck! Ah, Bunda! Jangan di ungkit, dong! Malu, ada Elma."

Ayana tertawa kecil. "Mana Elma?"

"Tuh, lagi ganti sendal di depan." Dua detik setelah Alan berujar, Elma hadir di ruang tamu.

"Sini, sini," Ayana tersenyum lebar. Perempuan itu merentangkan kedua tangan nya ke arah menantu pertamanya.

Dengan senang hati, Elma memeluk mama mertuanya itu. "Mama sehat-sehat aja, kan?"

"Iya. Kamu gimana sama Alan? Dia nggak bertingkah, kan? Sifat autis nya nggak muncul, kan?"

Elma tertawa. "Dikit,"

"Papa sama Bang Azam mana, Bun? Tumben nggak kelihatan. Biasanya caper naik turun tangga,"

Akalanka [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang