Extra Chapt : 01

39K 3.6K 1K
                                    

[ happy reading! ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ happy reading! ]

🌩️🌩️🌩️

Beberapa bulan berlalu semenjak kepergian Alan, Elma menjalani hari-harinya seperti biasa. Perempuan itu tetap memilih tinggal di rumah lamanya, walaupun bayang-bayang akan kehadiran dan tawa almarhum suaminya masih membekas.

Tak jarang juga, Iris dan Ayana menemani perempuan itu. Sesekali, Gabriel selaku teman sebangkunya dulu berkunjung untuk menghibur, karena Gabriel tahu, Elma benar-benar sendirian.

Terlebih, kandungan Elma sudah menginjak usia sembilan bulan lebih lima hari yang artinya, tinggal hitungan hari lagi, perempuan itu akan melahirkan.

Tanpa adanya sang suami yang menguatkan, dan stand by di sisinya.

Pagi hari ini, Elma berniat membersihkan rumah. Jika saja Alan masih ada, sudah dapat di pastikan, laki-laki itu akan melarang Elma meninggalkan ranjang, dan akan mengerjakan semua pekerjaan rumah sendirian.

Elma bolak-balik mengatur napasnya. Mencoba sabar karena usia kandungan nya makin mempersulit pergerakan nya.

"Assalamualaikum," terdengar suara seorang laki-laki dari teras depan.

Elma yang sudah hapal di luar nalar suara siapa itu, langsung menyuruhnya masuk. "Waalaikumsallam, masuk aja. Gue masih nyapu."

"Bang Azam kemana, El? Tumbenan banget rumah sebelah sepi? Biasanya, doi sibuk nyuci mobil sama motor di teras depan." Haikal bertanya sembari meletakkan bingkisan di atas meja ruang tamu.

Elma mengedikkan bahu. "Katanya, sih, mau ke rumah sakit. Soalnya, Kak Iris lagi demam. Bentar lagi juga balik."

"Eh, aduh. Biar gue aja, ya .." Faiz menyambar sapu yang ada di genggaman Elma. "Tuan putrinya Alan duduk aja yang manis sambil makan martabak, nih."

Elma tersenyum tipis. Tuan putrinya Alan? Ah, dia jadi merindukan suara kemayu almarhum suaminya ketika memanggilnya dengan sebutan seperti itu.

"Makasih, Iz." Elma mendudukan dirinya perlahan di sofa. "Berapa, Kal? Nanti gue ganti."

"Eh, gausah. Ngapain?" Haikal menolak. "Udah, cepet ganti baju. Beberapa jam lagi, kita mau ambil ijazah, sekalian foto album buat pisah kenang sekolah."

Elma menyandarkan punggung nya. "Gue nggak ikut."

"Loh?" Faiz membeo. "Kenapa? Katanya kemaren mau ikutan?"

"Gue lagi hamil gede, Iz. Kata dokter, beberapa hari lagi baby nya mau lahir. Jadi sama Mamah di suruh diem di rumah aja."

"Ohh .." Haikal dan Faiz manggut-manggut. "Yaudah, kita nemenin lo aja di sini."

Akalanka [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang