O37

1.9K 153 30
                                    

Nih double up, gue gak boong ya😭

🌒🌒🌒🌒🌒🌒🌒🌒🌒🌒

Sejak pagi Ghea tampak murung, bahkan Draco bicara dia tidak menjawab satupun ucapan Draco.

Sampai dikelas mantra kelas favorit nya pun Ghea tetap tidak fokus.

"ms. Wiltton bisa kau jelaskan apa yang aku jelaskan? kau tampak tidak memperhatikan penjelasan ku sejak tadi"

Ghea tersentak saat suara profesor Flitwick menginterupsi, lamunannya buyar begitu saja.

"ehh G-Ghea tidak tau profesor" kata Ghea gugup bercampur takut.

"sepertinya kau tidak sehat, lebih baik kau ke hospital wings" profesor Flitwick memberi saran, Ghea benar benar terlihat lesu dan tak bersemangat seperti biasanya.

"tidak profesor Ghea akan disini sampai pelajarannya selesai, Ghea janji akan memperhatikan" bantah Ghea, dia merasa profesor Flitwick mengusirnya dari pelajaran favoritnya.

Profesor Flitwick kembali memberi materi yang sempat terhenti karena Ghea menyita waktu nya.

"kau kenapa? dari pagi kau tidak bicara bahkan padaku" Draco mengusap bahu Ghea.

Draco tak mendapat jawaban apapun dari Ghea, hanya saja tatapan Ghea memancarkan kalau dia sedang sedih.

Walaupun dengan isi kepala yang entah kemana, Ghea tetap berusaha memperhatikan penjelasan profesor Flitwick.

"setelah kelas ini kita bicara, aku tau kau tidak baik baik saja" ucap Draco pelan seraya mengusap puncak kepala Ghea.

----------------------

Semua kelas hari ini telah usai. Tanpa ba-bi-bu Draco langsung mengajak Ghea masuk kedalam kamarnya, begitu juga Ghea yang terlihat tak menolak, bahkan mereka menghiraukan teman temannya.

Theo, Blaise, Daphne dan Pansy tau kalau suasana hati Ghea sedang tidak baik, Ghea sedang sedih, jadi mereka membiarkan Ghea dan Draco bicara berdua.

"duduk" Draco mendudukkan Ghea diatas ranjangnya dan dia menarik kursi yang ada didekat meja belajarnya.

"kau kenapa? kalau ada apa apa cerita padaku, kau ingat kita tunangan? tunangan akan membagi masalahnya bersama" ucap Draco lembut agar Ghea tidak tersinggung. Dengan suasana hati seperti ini, membentak Ghea bukanlah pilihan yang tepat.

"Ghea rindu ibu dan ayah Ghea" air mata Ghea meluruh ke pipinya, sudah sejak kemarin dia menahan ini.

Draco tidak bisa apa apa jika Ghea sudah seperti ini, Draco berpindah posisi menjadi disamping Ghea, memeluk tubuh bergetar Ghea karena menangis.

Ghea terus sesenggukan menangis dipelukan Draco, Ghea tidak tau kenapa dia tiba tiba rindu pada orang tuanya, tapi itu wajar jika kita menjadi Ghea.

"ssshhh sudah, ibu Rosalind dan ayah Gerald sudah tenang disana, jika kau menangis seperti ini mereka juga akan sedih nanti" Draco mengusap punggung Ghea, wanita ini selalu rapuh jika membahas kedua orang tuanya.

"G-Ghea tidak punya siapa siapa" lirih Ghea masih dengan tangisan sendunya.

"siapa yang mengatakannya? kau punya aku, ibu Cissy dan ayah Lucius, kita semua keluarga, Ghea punya Draco" tekan Draco pada kalimat terakhirnya.

Ayah dan ibu Ghea memang sama sama anak tunggal, jadi Ghea tidak memiliki sepupu atau bahkan paman dan bibi, kakek dan nenek nya pun sudah meninggal sebelum Ghea lahir.

Tangis Ghea bertambah pecah saat mendengar ucapan Draco, Draco selalu menerimanya bagaimana pun keadaannya.

"ganti baju dulu, oke?" ajak Draco pelan dan sangat hati hati.

A Life || D.malfoy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang