Part 8

46 10 4
                                        

---

Selesai mandi, aku sudah bisa mendengar suara ibu yang sedang tertawa dengan seseorang. Ah aku tau, mungkin tante Tina sudah datang. Yasudah biarkan saja ibu menikmati waktunya.

Tingg!!!

Bunyi dari aplikasi hijau masuk di handphone ku. Langsung ku buka, ternyata dari ibu.

'Cepat bersiap lalu kemari ya sayang..'

Begitu isi pesan masuk dari ibu ke gawaiku.

Ck.. baru aja aku mau bersantai..

Ku kenakan dress berwarna merah muda dengan panjang yang menutupi lutut. Ku poles wajahku sekena nya, tak lupa juga ku gunakan lipstik berwarna nude.
Setelah ku rasa cukup, aku pun segera melangkah keluar kamar menuju ruang tamu.

"Ibu.. "

"Eh, sayang. Sini. Kenalan sama tante Tina dan anaknya"

"Iyaa Bu.."

Kulempar senyum kepada tante Tina dengan menyodorkan tangan. Tante Tina pun membalas jabatan tanganku dan tersenyum.

"Saya Tania Tante.."

"Salam kenal ya nak Tania. Kamu boleh panggil saya tante Tina"

"Iya Tante"

"Oh iya kenalin. Ini anak tante, namanya Jaeshen. Jaeshen William Effendi"

Aku melihat anak tante Tina, dan aku tersenyum ke arahnya, tanda sebagai perkenalan. Dia membalas senyum ku dengan senyumnya yang hangat dan menawan dengan lesung pipit yang dia punya.

"Tania, kamu temani nak Jaeshen gih. Coba bawa dia ke kebun belakang rumah kita"

"Eehh.. tapi Bu.."

"Terimakasih tante, saya juga ingin melihat kebun tante. Boleh kan tan?"
Seketika Jaeshen menarik tanganku dengan cepat dan meminta izin ibu.

"Tentu saja boleh nak.."
"Tania sayang, temani nak Jaeshen yaa"

"Iya maa.."

Aku pun terpaksa menuruti permintaan ibu dan membawa Jaeshen ke kebun kecil belakang rumahku.

**

"Emm.. Tania"

"Huh ? Kenapa?"

"Soal tadi, sorry ya.. gue bisa ngomong secara informal kan sama Lo ?"

"Iya. Santai aja"

"Oke. Tadi sorry yaa gue udah narik tangan Lo"

"Iyaa iyaa.. lagian kenapa sih ?"

"Yaa emang Lo ngerasa nyaman berada di antara pembicaraan ibu-ibu kaya tadi?"
"Gue pikir, lebih baik kita menjauh dari mereka. Kita juga pasti ga akan nyambung sama obrolan mereka"

"Omongan Lo ada bener nya juga sih"

"Iyalah! Apa gue bilang"

Kami sibuk dengan gawai masing-masing. Seperti yang dia sampaikan, kami hanya menghindari obrolan ibu kami yang sudah pasti tidak akan cocok jika aku atau dia ada disana.

"Tan, Menurut Lo ibu kita bakal lama lagi ga ya?"

"Mana gue tau. Coba deh Lo tanya ibu Lo"

"Udaaahh.. tapi boro-boro di bales. Di baca aja kaga"

"Hahaha. Yaudah. Sabar aja Lo"

"Mana gue ada janji lagi. Aaahhh"

"Lah.. Lo sih. Udah tau mau nemenin ibu Lo, kenapa Lo ga batalin aja janji Lo"

Kating Idaman (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang