Part 38 (POV Jaeshen)

12 7 12
                                    

Sepandai- pandainya menyimpan bangkai, suatu saat baunya akan tercium juga.

Mungkin itu istilah yang tepat untuk keadaan ku sekarang. Kedua orang tuaku mengetahui tentang kejadian di hotel aku bersama Echa. Walaupun aku sudah menjelaskan dan membuktikan aku tidak bersalah, tetap saja papa marah kepadaku. Aku mendapat peringatan terakhir dari papa. Sialnya, masalah ini berpengaruh pada citra papa sehingga citra aku sebagai penerus papa pun ikut buruk. Aku merasa malu atas perbuatanku sendiri. Aku tidak menuruti nasehat mamah yang selalu mewanti-wanti ku untuk jam malam.

Karena itu, kedua orang tuaku jadi lebih ketat padaku untuk aturan jam pulang kampus. Setelah ngampus, aku di larang lagi keluar.

**

"Jaeshen, papa dan mama akan mempercepat perjodohan kamu dan Tania"

"Tapi pah.."

"Kamu masih mau melawan setelah apa yang kamu perbuat? Kamu tidak tau kalau papa melakukan semua ini juga demi memperbaiki citra kamu sebagai penerus papa?"

"Pa.. apa papa tau bagaimana perasaan Tania?"

"Jay. Kedua orang tua Tania pun sudah setuju. Masalah hati itu belakangan"

"Pah.. kenapa harus dipercepat sih?"

"Jaeshen, dengar papa. Kalau kamu sudah bertunangan, setidaknya rumor tentang kamu pasti menghilang. Kamu tidak tau saat ini citra kamu sebagai penerus papa ini sedang hancur di kalangan para pemegang saham? Mau bagaimana nanti perusahaan kita?"

"Pahhh.."

"Diam kamu Jaeshen! Setelah semua yang papa mama kasih buat kamu, ternyata seperti ini balasan kamu! Dan sekarang, papa mencoba menyelamatkan kamu, kamu masih saja tidak mau menurut?! Apa kamu tidak malu?"

Aku hanya diam mendengarkan setiap perkataan papa. Seolah aku tidak pantas lagi untuk berkata ataupun membela diri sekalipun. Ya benar. Aku pun bahkan malu pada diriku sendiri karena kejadian itu. Saat itu, aku berjanji akan menuruti kemauan kedua orang tuaku.

**

Setelah obrolan itu, aku berniat untuk menyampaikan kepada Tania hari ini di kampus. Tetapi yang aku dapatkan adalah kabar jika Tania menjadi sasaran pembullyan oleh perempuan lain di kampus.

Segera aku menelepon Mira, sahabat Tania akan kabar dan keberadaannya. Rasanya, aku punya tanggung jawab atas keadaan yang menimpa Tania, selain itu, dia adalah calon tunangan ku. Walaupun aku tau dia tidak punya perasaan apapun padaku. Tak mengapa, aku bisa bersabar untuk nya.

Setelah mendapat alamat kost-an Mira dan izin darinya untuk menjaga Tania, aku segera bergegas pergi ke tempat tersebut. Disana, aku mendapati Tania masih tertidur pulas.

Lama ku tatap raut wajahnya. Aku merasa tidak pantas untuk seorang perempuan yang amat sangat bersih ini. Ku genggam tangan mungilnya, ku tempelkan tanganku yang menggenggam nya di dahiku. Sungguh sebuah dilema. Aku mencintainya, amat sangat. Tetapi, aku tau dia tidak mencintaiku, aku pun tidak pantas untuknya. Tapi di sisi lain, aku tidak bisa melawan orang tuaku.

'Tania, maafin gue. Lo seperti ini gara-gara gue, maafin gue Tania. Maaf juga Lo akan kerepotan kedepannya karena seorang bajingan brengsek kaya gue Tan. Maaf Tania. Gue janji akan selalu berusaha membuat Lo bahagia' . Aku berdoa tulus dalam hati. Tidak terasa, bulir bening jatuh dari mataku. Aku meratapi diri yang tidak pantas di sandingkan dengan perempuan sebaik Tania walaupun perasaan yang aku punya tulus untuknya. Malangnya, dia terkena bully pun semua karena aku.

Entah sejak kapan aku tertidur di samping Tania, hingga aku tiba-tiba teringat perempuan yang tengah aku jaga membuatku tersentak dan terbangun. Untungnya, perempuan yang aku khawatirkan tersebut sudah bangun dan menatapku.

Kating Idaman (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang